Strategi Satan: Mengaburkan Salib – Bagian 5
eBahana.com – Kita akan fokus pada bagaimana karya salib diaplikasikan dengan cara praktikal dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai fondasi untuk diskusi, mari kita ringkas karya salib dengan mengatakan “salib adalah dasar pemeliharaan total Allah untuk setiap orang percaya.” Segalanya sudah disediakan untuk kita melalui salib.
Semua yang kita perlukan, dalam waktu dan kekekalan, dalam setiap bagian kehidupan kita – spiritual, mental, emosional, fisikal, finansial, temporer, atau kekal – kita terima melalui salib. Tidak ada dasar lain. Pilihannya hanya satu apakah kita menerima dengan dasar salib, atau tidak menerimanya sama sekali.
Dalam Roma 8:32, Paulus berkata, “Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan [segala sesuatu] kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Coba cerna kata-kata ini. Allah, melalui Yesus, memberi kita segalanya dengan cuma-cuma. Diluar Yesus – Ia tidak memberi apa-apa. Melalui salib, kita menerima segalanya. Namun diluar salib, kita tidak berhak atas apa pun.
Kita juga harus ingat salib adalah dasar kekalahan total Satan oleh Kristus. Melalui kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kenaikkan- Nya, Yesus sudah mengalahkan Satan dan kerajaannya secara total, kekal dan tidak bisa dibatalkan. Tidak ada yang Satan bisa lakukan untuk merubah fakta itu. Dan sebagai hasil dari salib, kita memiliki
kemenangan atas Musuh. Jika kita bertempur dengan Satan dengan dasar lain selain salib, kita akan dikalahkan. Meski demikian, diatas fondasi yang Yesus capai melalui salib, kita hidup berkemenangan secara total.
Karena dua fakta penting diatas mengenai salib – dasar pemeliharaan total Allah dan dasar kekalahan total Satan – Musuh mengimplementasi strategi khusus melawan gereja. Untuk mengaplikasikan kemenangan Yesus dengan efektif dalam kehidupan praktikal kita sehari-hari, kita perlu menyadari strategi ini dan bagaimana mengatasinya.
Ketika Yesus disalib, Satan awalnya membayangkan ia memperoleh kemenangan besar. Meski demikian, dengan kecewa, ia mendapatkan sebaliknya yang terjadi. Satan menyadari melalui kematian Yesus di Kalvari, semua klaimnya dibatalkan, dan semua kuasanya di ambil darinya. Ia tidak bisa merubah apa yang sudah dicapai melalui salib – yang diselesaikan oleh Allah Mahabesar kekal untuk selama-lamanya.
Jika kita di posisi Satan, menemukan melalui pengorbanan Yesus di salib segalanya yang kita coba capai digagalkan, apa yang akan kita lakukan? Dengan cara Satan yang sangat cerdik – menghadapi realita ini, ia tahu pilihan satu-satunya [mengaburkan karya dan kuasa salib, menghalangi orang-orang menyadari apa yang Yesus capai untuk mereka di Kalvari].
Ketika kita sebagai orang Kristen kehilangan visi kemenangan Yesus untuk kita di Kalvari, kita tidak bisa lagi mengalami faedah-faedah yang diberikan oleh salib. Lebih jauh, ketika kuasa salib di kaburkan, kita tidak bisa menerapkan kemenangan Kristus atas Satan.
Ini khususnya strategi yang Satan coba implementasi selama hampir dua ribu tahun. Sebagian besar masalah-masalah gereja terjadi ketika Satan mengaburkan apa yang Yesus capai untuk kita melalui kematian-Nya di salib.
Strategi Satan diekspresikan sangat jelas oleh Paulus dalam suratnya kepada orang-orang Galatia. Kita membaca kata-kata ini dalam Galatia 3:1:
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona (bewitched atau menyihir) kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?”
Kata-kata ini “mempesona atau menyihir” kunci untuk mengerti masalah-masalah orang Kristen dalam gereja hari ini.
Paulus membuat pernyataan luar biasa kepada orang-orang Galatia yang sudah diselamatkan dan dibaptis dalam Roh, dan yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat. Ia menulis, “Who has bewitched you?” – Alkitab King James Version – “Siapa yang sudah mempesona atau menyihir kamu?”
“Sihir” kata utama yang menggambarkan dilepaskannya kekuatan- kekuatan spiritual dari kerajaan Satan kedalam bumi. Paulus berkata kepada orang-orang Galatia bahwa mereka berada dibawah pengaruh kuasa-kuasa ini.
Tolong dimengerti orang-orang Galatia adalah orang-orang Kristen yang “dipenuhi Roh Kudus.” Mereka semua dipenuhi Roh – namun mereka semua tidak memiliki tingkat kepenuhan Roh yang sama.
Ada banyak orang Kristen yang dipenuhi Roh dan tidak menyadari
Satan mengimplementasi strateginya melawan mereka. Mereka tidak sadar bahwa mereka sedang “disihir.”
Bagaimana Paulus tahu orang-orang Galatia disihir? Bagian kedua Galatia 3:1 mengatakan pada kita:” mereka kehilangan visi Yesus Kristus yang disalib.” Kuasa satanik masuk kedalam gereja spiritual yang sebelumnya pernah bergairah dan mencuri pengertian mereka tentang salib. Sihir mengaburkan realita salib dan semua yang Yesus sudah capai melaluinya untuk mereka.
Akibat kehilangan visi Yesus yang disalib, orang-orang Galatia jatuh kedalam kedagingan (hawa nafsu) dan legalisme. Umumnya, dimana pun kita menemukan legalisme, itu produk dari kedagingan. Bahkan meski mematuhi peraturan-peraturan dan hukum-hukum kedengarannya sangat spiritual, tetap itu ekspresi kedagingan.
Bukan karakteristik spiritualitas.
Paulus melanjutnya:” Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia- sia!
Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan
mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” (Galatia 3:2-5).
Tolong dicatat fakta-fakta ini: orang-orang Galatia diselamatkan dan dibaptis dalam Roh, dan Allah mengerjakan mujizat diantara mereka. Namun mereka disihir. Dalam nas ini, Paulus berbicara mengenai dua akibat yang kita cirikan dengan kehilangan visi Yesus yang disalib. Apakah itu? Pekerjaan hukum dan pekerjaan daging – dengan kata lain, legalisme dan kedagingan.
Legalisme didefinisikan sebagai “usaha memperoleh kebenaran dengan Allah dengan mematuhi seperangkat peraturan.” Tidak jadi masalah apakah hukum Musa, beberapa regulasi denominasi, atau kode moral pribadi. Siapa pun yang ingin memperoleh kebenaran dengan Allah dengan mematuhi hukum atau seperangkat peraturan adalah legalisme.
Definisi alternatif legalisme adalah “menambah pada persyaratan- persyaratan yang Allah sudah tetapkan untuk memperoleh kebenaran dengan-Nya.”
“Sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita [percaya] kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Roma 4:24-25).
Tidak ada pendeta, gereja, organisasi, atau guru Alkitab memiliki otoritas untuk menambah persyaratan apa pun untuk memperoleh kebenaran dengan Allah selain dari iman. Persyaratan apa saja [sebagai tambahan] untuk mempercayai Satu yang menyerahkan
Yesus bagi dosa-dosa kita dan membangkitkan-Nya untuk kebenaran kita adalah legalisme.
Orang-orang Galatia ditipu oleh Satan karena ia berhasil mengaburkan realita dari apa yang terjadi di salib. Akibatnya, orang- orang percaya ini kembali kedalam usaha-usaha kedagingan untuk menyenangkan Allah dengan mematuhi peraturan-peraturan, yang dalam kasus mereka adalah hukum-hukum Yahudi.
Akibat-akibat dari tipu muslihat ini dalam gereja Galatia mengejutkan. Seperti Galatia 3:10 menunjukkan,
“Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat” (Galatia 3:10).
Realita yang sebagian besar orang tidak mengerti adalah untuk dibenarkan oleh hukum Musa, seseorang harus melakukan seluruh hukum “setiap” waktu. Jika kita menyerahkan diri kita kebawah hukum dan gagal mematuhi setiap aspek darinya, kita membawa kutuk atas diri kita. Kenapa? Karena hukum sendiri berkata setiap orang yang tidak melakukan “semua” hukum “setiap” waktu dikutuk.
Dalam Galatia, akibat-akibat dari salib dikaburkan oleh aktifitas- aktifitas Satan adalah legalisme, kedagingan, dan kutuk.
Untuk pengertian lebih jauh apa yang terjadi dengan orang-orang Galatia, kita bisa beralih pada Yeremia 17:5:
“Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN.”
Kutuk dijatuhkan pada siapa pun “yang hatinya menjauh dari pada TUHAN.” Jika, seperti orang-orang Galatia, sekelompok orang mulai dengan berkat dan kuasa supernatural Allah, memiliki Roh Kudus bergerak dan bekerja melalui hidup mereka, menghasilkan hasil- hasil yang hanya Ia sendiri bisa hasilkan, dan lalu orang-orang itu kembali pada usaha, rencana, organisasi, dan program mereka sendiri, apa yang mereka katakan pada Allah? “Allah, kita senang memiliki Roh Kudus, namun menurut kita akan lebih baik jika kita melakukannya tanpa Engkau.” Orang-orang itu menghina Roh Allah. Itu sebabnya Ia menjatuhkan kutuk atas mereka.
Ayat selanjutnya adalah gambaran jelas mengenai orang dibawah kutuk:
“Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (Yeremia 17:6).
Bagi orang dalam ayat ini, ada banyak berkat-berkat disekitarnya, namun tidak pernah mencapainya. Hujan turun disekitarnya, dan tanah disekitarnya berbuah. Namun ia hidup dalam tanah kering, tandus, terkutuk.
Hampir setiap denominasi besar dalam gereja mulai dengan lawatan supernatural Allah. Jika tidak, mereka tidak pernah memiliki dampak dalam sejarah. Tidak jadi masalah, denominasi yang mana, karena Allah melawat mereka dengan kuasa supernatural berdaulat-Nya.
Tragiknya, meski demikian, sangat sedikit dari denominasi- denominasi ini saat ini bergantung pada kuasa supernatural berdaulat-Nya yang sama yang melahirkan mereka. Seperti orang- orang Galatia, mereka mulai dengan Roh namun mencoba menjadi sempurna dalam kedagingan (lihat Galatia 3:3).
Kita menggarisbawahi poin ini karena isu ini sesuatu yang riil, saat ini, dan sangat penting. Ini bukan masalah samar-samar yang terjadi dalam kelompok kecil terpencil yang kesasar disuatu tempat. Kita mengungkap strategi destruktif Satan melawan gereja Yesus Kristus. Apa senjata utama Satan? “Mengaburkan realita salib.”
Umumnya akibat kehilangan visi kita mengenai apa yang Yesus capai bagi kita di salib – kita mengganti yang spiritual dengan yang jiwani.
Manusia terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh, dan jiwa memiliki fungsi- fungsi absah. Meski demikian, jiwa tidak bisa mengambil alih fungsi roh. Ketika orang-orang meninggalkan yang supernatural dan mulai bergantung pada kemampuan dan usaha-usaha mereka sendiri, mereka keluar dari yang spiritual dan masuk kedalam yang jiwani.
Berikut adalah daftar delapan cara jiwani dimanifestasi dalam gereja. Ini contoh bagaimana pengganti-pengganti agamawi mengambil tempat realita spiritual.
Pertama, teologi mengambil tempat pewahyuan. Teologi menggunakan akal manusia untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin. Namun tidak sama dengan pewahyuan langsung dari Allah.
Kedua, pendidikan mengambil tempat pembentukan karakter. Yesus tidak hanya berbicara dengan orang-orang. Ia menantang mereka untuk mengikuti-Nya. Dengan kata lain, Ia tidak hanya memberi
pengetahuan intelektual. Ia mengimpartasi gaya hidup. Berbahaya melatih orang-orang dengan tingkat intelektual namun mengabaikan pembentukan karakter mereka.
Ketiga, Kitab Suci berkata, “Sebab keinginan daging, adalah perseteruan terhadap Allah” (Roma 8:7). Ketika kita hanya mendidik pikiran kedagingan, kita mendidik Musuh Allah. Banyak seminari hari ini menghasilkan musuh-musuh Allah yang berpendidikan.
Keempat, psikologi adalah pengganti untuk – “discernment” atau membedakan roh mencari kehendak dan hikmat pengetahuan Allah.
Kelima, program-program mengganti pimpinan supernatural Roh Kudus, dan karunia-karunia supernatural dan pelayanan-pelayanan Roh.
Keenam, kepandaian berpidato menggantikan kuasa supernatural dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
Ketujuh, pemikiran (reasoning) menggantikan hidup dalam iman.
Kedelapan, hukum-hukum mengambil tempat kasih sebagai standar perilaku.
Poin terakhir membawa fokus kita kembali pada topik legalisme. Jika kita tahu orang-orang Kristen yang kita katagorikan sebagai legalistik – apakah mereka mengasihi? Dalam kehidupan Kristen, hukum-hukum dan kasih cenderung berkompetisi satu sama lain. Orang-orang yang sibuk mempertahankan dan menerapkankan hukum-hukum sering tidak mengasihi. Contoh alkitabiah dari realita ini adalah orang-orang Farisi.
Dalam Perjanjian Baru, apakah kita memperhatikan bagaimana orang-orang Farisi menentang banyak mujizat-mujizat yang Yesus demonstrasikan? Mata buta dicelikan dan orang-orang lumpuh berjalan. Namun orang-orang Farisi tidak pernah sekalipun mengekspresi apresiasi belas kasih Allah. Sebaliknya, mereka menentang Yesus melanggar peraturan-peraturan Sabat mereka. Kita pikir orang Farisi dengan hati batu akan senang melihat orang buta disembuhkan. Namun dalam kasus ini dan banyak lainnya, legalisme menang atas kasih.
Rasul Paulus lebih banyak terganggu dengan legalisme dari pada dosa di muka umum, karena jauh lebih halus dan masalahnya lebih berbahaya. Ketika Paulus sadar akan masalah di Galatia, ia tidak menulis risalah teologikal. Ia langsung duduk dan menulis surat cepat dengan tulisan tangannya (lihat Galatia 6:11) karena ia begitu prihatin mendalam mengenai mereka.
Dalam surat-surat Paulus kepada gereja-gereja lain, ia hampir selalu mulai dengan mengucap syukur pada Allah untuk gereja-gereja yang kepadanya ia menulis. Bahkan dalam suratnya kepada gereja di Korintus – dimana ada hubungan sedarah, perzinahan, dan kemabukan di Meja Tuhan – ia masih mulai dengan mengucap syukur kepada Allah untuk belas kasih yang diberikan pada orang- orang Korintus. Meski demikian, ketika ia menulis kepada orang- orang Galatia, ia begitu sedih sehingga ia tidak mengucap syukur pada Allah untuk mereka. Sebaliknya, ia secara terus-terang blak- blakkan berkata, “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu” (lihat Galatia 1:6).
Sudah pasti, apa yang dipresentasi tentang strategi Satan dan kerjanya bisa memiliki efek yang mengganggu kita. Meski demikian, kita akan melanjutkan dari masalah usaha-usaha Satan mengaburkan kuasa salib kepada solusi Allah – pewahyuan salib Yesus Kristus.
Oleh Loka Manya Prawiro.