Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pintu Masuk Menuju Hikmat Terpendam & Demonstrasi Tertinggi Kasih Allah – Bagian 4




eBahana.com – Alasan kelima salib harus disimpan dalam pusat kehidupan kita – karena pintu masuk menuju hikmat tersembunyi Allah. Kita mengacu pada 1 Korintus 2:4, dimana Paulus menyatakan bahwa kita tidak bergantung pada hikmat manusia atau hikmat dunia.
Dalam ayat 6, Paulus mendiskusikan berbagai jenis hikmat:

“Sesungguhnya demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari ‘penguasa-penguasa dunia ini,’ yaitu penguasa- penguasa yang akan ditiadakan.

Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan ‘rahasia’, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” (1 Korintus 2:6-7).

Hal-hal dari Allah yang tidak bisa ditemukan dengan panca indera, dengan akal, atau dengan imaginasi. Paulus katakan pada kita dalam ayat 10,

“….kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.”

Ketika kita datang melewati pintu salib, Roh Kudus mengungkapkan pada kita apa yang kita tidak pernah bisa temukan melalui

pemikiran, melalui imaginasi, atau melalui spekulasi. Hikmat seperti itu datang hanya melalui pewahyuan. Satu-satunya titik jalan masuk yang Roh Kudus hormati adalah salib. Jika kita datang dengan dasar lain, Ia tidak tertarik. Namun ketika kita menjadikan salib sentral, Ia berkata, “Itu Pribadi yang Aku tertarik.”

Kita harus menjadikan sasaran dalam hidup kita aktifitas-aktifitas yang menarik Roh Kudus. Ketika Roh Kudus hadir, segala sesuatu berjalan baik. Untuk menarik Roh Kudus, kita perlu meninggikan Yesus dan memberitakan Kristus yang disalib. Ketika kita terlibat dalam aktifitas-aktifitas ini, Roh Kudus berkata, “Aku suka orang- orang ini. Aku merasa kerasan dengan mereka. Aku akan partisipasi dalam persekutuan itu karena menyenangkan hati-Ku ketika Yesus ditinggikan.”

Ini kesaksian Paulus sendiri dalam mencari pewahyuan surgawi, yang ia katakan dalam Filipi 3. Kesaksian yang ia katakan dalam ayat-ayat ini mengacu pada kehidupannya dalam Yudaisme dan warisannya sebagai orang agamawi Yahudi:

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Filipi 3:7-11).

Ambisi tertinggi Paulus mengenal Yesus Kristus. Ia tidak menulis sebagai seseorang yang tidak tahu Kristus – namun keinginannya mengenal Yesus lebih baik. Kerinduan mengenal Yesus bahkan masih kerinduan Paulus setelah bertahun-tahun pelayanan Kristen yang berbuah.

Paulus menyatakan bahwa ia ingin mengenal kuasa kebangkitan Kristus. Ia juga mengakui bahwa dengan kuasa itu datang “persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Tanpa salib – tidak ada mahkota. Salib adalah jalan menuju rahasia hikmat tersembunyi Allah dimana kita berbagi kemuliaan-Nya.

Apa yang Paulus katakan dalam Filipi 3 melengkapi apa yang ia tulis dalam Efesus 2:4-6:

“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan – dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan ‘tempat bersama-sama’ dengan Dia di sorga.”

Tujuan penebusan kita adalah untuk memampukan kita berada di tempat surgawi, duduk bersama dengan Kristus. Terjemahan Alkitab Weymouth berkata bahwa Allah sudah “men-takhtakan kita” bersama Kristus (lihat Efesus 2:6).

Dalam arti tertentu, ketika kita datang pada salib. Melalui penyaliban dan kematian Kristus, kita juga dihidupkan dengan-Nya dan kebangkitan-Nya bersama-Nya. Ini besar. Namun bukan akhir – karena kita berhenti di takhta. Kita ditakhtakan dengan-Nya! Kita tidak sampai disana dengan usaha kita sendiri. Hanya ketika kita masuk melalui salib, kita memiliki kualifikasi untuk ditakhtakan.

Gambaran serupa hikmat tersembunyi Allah dinyatakan dalam simbolisme tabernakel Musa. Dalam tabernakel, ada tiga bidang. Cara setiap bidang dibedakan adalah dengan terang yang ada di dalamnya.

Pertama, pelataran luar, yang diterangi terang natural matahari, bulan, dan bintang-bintang. Dari pelataran luar, kita melangkah ke tabir pertama masuk ke Tempat Kudus. Disini kita tidak berjalan dengan terang natural. Terang di Tempat Kudus diterangi oleh tujuh cabang kaki dian emas yang dibakar dengan minyak zaitun. Kaki dian merepresentasi terang yang di inspirasi Firman Allah dan di iluminasi oleh Roh Kudus.

Meski demikian, Tempat Kudus bukan tujuan kita. Tabir pertama merepresentasi “kebangkitan” (dibangkitkan dengan Kristus). Ini membutuhkan langkah iman – karena kita tidak berjalan dengan melihat, melainkan dengan iman dalam Firman Allah (lihat 2 Korintus 5:7). Setelah itu kita melangkah melalui tabir kedua yang menandakan “kenaikkan.” Tabir kedua adalah Ruang Mahakudus, Tempat Allah bersemayam pada tabut perjanjian (lihat Yesaya 37:16). Ini merepresentasi takhta surgawi.

Dari dalam tabir kedua Yesus menjalankan dua pelayanan tertinggi- Nya sebagai Raja dan Imam. Tidak ada lilin atau sinar artifisial didalam Ruang Mahakudus. Gelap total. Berapa banyak dari kita

menjadikan ini tujuan kita – hanya ruang kecil tanpa sinar, hanya satu item furnitur. Tidakkah itu menggairahkan?

Namun gambar dari tabernakel ini sangat jelas, karena lebih jauh kita berjalan dalam kehidupan Kristen, lebih sedikit perhatian kita dialihkan. Satu-satunya orang-orang yang akan berjalan melalui tabir kedua adalah mereka yang hanya ingin satu hal: Allah Sendiri. Didalam tabir kedua, jika kita memenuhi syarat-syaratnya, ada terang yang bukan natural atau artifisial. “Kemuliaan shekinah” – hadirat Allah yang secara supernatural mengiluminasi segalanya. Ini rahasia, hikmat tersembunyi Allah.

Kita tidak perlu melangkah melalui tabir kedua, kita bisa berhenti di mana pun. Meski demikian, ada sesuatu dalam diri kita yang ingin naik lebih tinggi. Tempat dimana kita kehilangan segalanya kecuali Allah. Namun ketika kita memiliki Allah, kita memiliki segalanya.

Ini klimaks Roma 8 – dimana kita dipersatukan dengan Kristus, dan tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih-Nya. Paulus berkata ia tidak perduli dengan hukum atau dengan warisannya dalam Yudaisme. Ia tidak perduli kehilangan hartanya. Tidak ada yang penting, karena semua yang ia inginkan berada didalam tabir kedua.

Seperti Paulus kita ingin pewahyuan Yesus Kristus. Kita tidak ingin hanya teologi atau doktrin; kita ingin pewahyuan intim pribadi Yesus. Itu satu-satunya realita yang bisa memuaskan sepenuhnya kerinduan jiwa kita. Satu-satunya jalan padanya adalah melalui salib.

Sementara kita membaca kata-kata ini, mungkin ada yang menggerakkan hati kita. Mungkin ada kerinduan seperti yang Paulus ekspresikan – untuk mengenal Yesus lebih intim. Kita mungkin memiliki kerinduan untuk melangkah kedalam Ruang Mahakudus –

berjalan melalui pintu masuk salib kedalam hikmat tersembunyi Allah.

Mungkin kita tidak mengerti semua implikasi yang kita rindukan. Namun kita bisa mengekspresinya pada Tuhan dengan doa berikut:

“Tuhan Yesus, saya ingin melangkah lebih jauh bersama Engkau. Jika salib satu-satunya jalan untuk membawa saya kesana, saya ingin pergi setinggi mungkin – untuk di takhtakan dengan Engkau di tempat surgawi.

Terima kasih untuk salib sebagai jalan ke tempat rahasia tersembunyi-Mu. Tolong saya menemukan jalan saya kepada hikmat itu. Dalam nama Yesus. Amin.

Alasan keenam dan terakhir kenapa kita tidak boleh mengijinkan salib disingkirkan dari posisi sentral kehidupan kita. Salib adalah demonstrasi kasih tertinggi Allah dan nilai kita dihati-Nya. Dalam Yohanes 15:13-14, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Demonstrasi tertinggi kasih seseorang untuk orang lain adalah keinginan memberi nyawanya untuk orang itu. Apa yang Yesus katakan pada murid-murid-Nya adalah Ia sedang mendemonstrasikan kasih terbesar. Ia sedang memberikan nyawa- Nya untuk sahabat-sahabat-Nya.

Dengan pernyataan Yesus yang dalam ini sebagai latar belakang, mari lihat Roma 5:6-10. Dalam nas ini, Paulus menjelaskan secara terperinci kodrat kasih Allah dan luasnya kasih-Nya.

“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Lebih-lebih, karena kita sekarang telah ‘dibenarkan oleh darah-Nya’, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.”

Analisa singkat dari nas ini mengungkapkan empat pernyataan Paulus mengenai kondisi manusia ketika Kristus mati untuk kita. Ia berkata, pertama, “waktu kita masih lemah” (ayat 6). Kita sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong diri kita sendiri; kita secara total bergantung pada belas kasih Allah.

Kedua, Paulus berkata Kristus mati untuk “orang-orang durhaka” (ayat 6). Kita durhaka; kita memiliki kodrat dan cara hidup yang menyinggung perasaan Allah. Kita memiliki perilaku berpikir dan bersikap yang berlawanan dengan pikiran-pikiran dan jalan-jalan- Nya.

Ketiga, Paulus menulis bahwa “Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (ayat 8). Kita tidak taat, memberontak dan tidak mencoba menyenangkan Allah.

Keempat dan terakhir, ia berkata bahwa “ketika kita masih seteru, diperdamaikan dengan Allah” (ayat 10). Kita secara alamiah melawan Allah dan jalan-jalan-Nya.

Paulus menggunakan empat frasa berbeda ini untuk menggambarkan kondisi kita ketika Kristus mati untuk kita. Kita tanpa kekuatan, secara total tidak tertolong. Kita durhaka; segalanya mengenai kita bertentangan dengan kodrat Allah. Kita orang-orang berdosa, pemberontak-pemberontak yang tidak taat. Dan kita musuh-musuh Allah. Ketika kita dalam kondisi itu, Kristus mati buat kita. Itu ukuran kasih Allah bagi kita.

Sangat penting kita mengerti sepenuhnya dalamnya kasih Allah untuk kita, karena kita sering bertemu orang-orang Kristen yang tidak benar-benar yakin Allah mengasihi mereka. Mungkin kita, juga, pernah mengalami keraguan-keraguan mengenai kasih Allah untuk kita. Keraguan-keraguan itu tidak akan pernah bisa sepenuhnya diatasi sampai kita memahami kondisi kita ketika Kristus mati untuk kita.

Allah tidak akan membiarkan kita diperdamaikan dengan-Nya dengan dasar apa pun selain dari pada apa yang Yesus sudah lakukan di salib. Kita mungkin mengandalkan pertolongan pendeta untuk jaminan agar kita benar-benar dikasihi Allah.
Meski demikian, cepat atau lambat, Ia akan menyingkirkan semua sumber jaminan dari hidup kita. Kenapa? Karena Ia tidak mau kita mendasari pengertian kasih-Nya pada apa pun kecuali pengorbanan Yesus di salib.

Pada masa-masa gelap, kita mungkin menemukan diri kita bertanya apa yang sedang terjadi dengan kita. Dalam masa-masa itu, Allah akan mengiluminasi hanya satu poin sebagai petunjuk dalam kegelapan. Apa itu? Salib, satu-satunya yang kita perlu tahu dalam keadaan-keadaan seperti itu. Masalah dengan banyak dari kita, kita tahu terlalu banyak. Allah ingin membawa kita ke tempat dimana cukup bagi kita hanya tahu bahwa Kristus sudah mati untuk kita.
Dalam Roma 8, berbicara besarnya kasih Allah, Paulus menulis: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau
ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan” (Roma 8:35-36).

Kita perlu mencatat bahwa ketika ayat 36 berbicara mengenai “domba-domba sembelihan,” yang dimaksud adalah umat Allah. Saat ini ada banyak orang Kristen di berbagai bagian di bumi yang mengalami bentuk persekusi ini. Sebenarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu hari kita tidak akan mengalami hal yang sama. Terlepas dari kenyataan ini, janji masih sama bagi mereka dan bagi kita: kita tidak bisa dipisahkan dari kasih Yesus Kristus.

“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat- malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang,

maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, atau pun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:37-39).

Ini klimaks (puncak) “Ziarah Roma,” perjalanan spiritual Paulus yang membawa kita dalam delapan pasal pertama kitab Roma, mencapai puncak dengan nas diatas. Klimaks itu kesatuan kekal, tak terpisahkan dengan Yesus Kristus – dibungkus sempurna dalam kasih-Nya untuk selama-lamanya.

Salib bukan hanya demonstrasi kasih Allah untuk kita. Juga demonstrasi nilai dan harga kita untuk-Nya. Satu dari masalah- masalah paling umum yang ditangani psikolog pada pasien-pasien mereka adalah rasa tidak berharga. Ini masalah sangat umum diseluruh tubuh Kristus juga.

Sebenarnya, hanya ada satu dasar riil untuk mengetahui nilai kita – dan itu salib. Nilai kita sebagai orang bukan apa yang kita pikir nilai kita. Melainkan, nilai kita adalah apa yang Allah bersedia bayar untuk kita. Luar biasanya, harga yang Ia bayar untuk menebus kita adalah hidup Anak-Nya, Yesus. Tidak ada yang Allah bisa berikan lebih berharga. Karenanya, nilai kita lebih besar dari pada apa pun lainnya dalam alam semesta. Fakta itu harus mengejutkan kita.

Pengertian mengenai darah Yesus sebagai harga pembelian kita selalu dalam pikiran rasul-rasul. Dalam Kisah Para Rasul 20, Paulus berkata, kepada penatua-penatua gereja di Efesus:

“Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk

menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Para Rasul 20:28).

Tolong dicatat: darah Allah yang membeli gereja – yaitu, darah Allah melalui Yesus. Dengan cara yang sama, Petrus menulis:

“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

“Tak bernoda” berarti tanpa dosa asali, dan “tak bercacat” berarti tanpa dosa pribadi. Seperti Petrus tegaskan, seluruh penebusan kita dicapai melalui satu: darah Yesus. Kitab Imamat 17:11 berkata bahwa hidup, atau jiwa, dari tubuh ada dalam darah – yang Allah katakan pada orang-orang Israel Ia sudah berikan pada mereka diatas altar untuk penebusan dosa jiwa mereka.

Melalui nubuat, Yesaya 53:12 mengatakan pada kita Yesus mencurahkan hidup-Nya, atau jiwa-Nya, “sampai mati.” Ketika Yesus mencurahkan darah-Nya di salib, Ia memberi hidup-Nya – jiwa-Nya – sebagai harga penebusan untuk seluruh umat manusia.

Harganya lebih dari yang dibutuhkan, karena satu kehidupan ilahi sempurna lebih berharga dari pada semua kehidupan dari semua umat manusia dalam semua sejarah zaman. Kehidupan itu dibayar penuh untuk membeli kita kembali lepas dari cengkeraman Iblis.
Kita ditebus, Alkitab berkata, dengan darah Yesus. (Lihat Efesus 1:7; 1 Petrus 1:18-19). Dengan tanda itu, salib dimana Yesus

mencurahkan darah-Nya adalah demonstrasi tertinggi kasih Allah untuk kita dan nilai kita untuk-Nya.

Disini, lagi, daftar semua enam alasan kenapa salib harus disimpan sentral dalam kehidupan gereja dan dalam kehidupan kita secara pribadi:

Pertama, salib adalah satu pengorbanan sempurna cukup untuk semua, yang menyingkirkan rasa bersalah semua umat manusia.

Kedua, melalui salib, kasih karunia supernatural dilepaskan.

Ketiga, melalui salib, ada pelepasan tanda-tanda dan mujizat- mujizat supernatural Allah.

Keempat, salib adalah satu-satunya dasar dari kekalahan total Satan (Iblis).

Kelima, salib adalah pintu menuju rahasia hikmat tersembunyi Allah.

Keenam, salib adalah demonstrasi tertinggi kasih Allah untuk kita dan nilai kita untuk-Nya.

Mari kita mengambil waktu sejenak untuk mengucap syukur pada Tuhan. Khususnya ketika kita memperhitungkan besarnya kasih Allah untuk kita, kita memiliki alasan besar untuk mengucap syukur. “Terima kasih, Tuhan, untuk salib. Terima kasih untuk segalanya yang sudah dilepaskan dalam hidup saya melalui semua yang Yesus capai di salib. Saya menerimanya semua di salib. Engkau mendemonstrasikan kasih-Mu untuk saya dan untuk semua orang dimana-mana. Melalui salib, Engkau membiarkan saya tahu nilai saya dalam pandangan-Mu. Saya tunduk terpukau dengan perasaan

bersyukur pada-Mu untuk besarnya kasih-Mu untuk saya. Dalam nama Yesus. Amin.”

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply