Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Merasa Lelah Menjadi Orang Tua?




eBahana.com – Istilah burnout sudah dikenal, sebagai sebuah kondisi kelelahan akibat dampak tekanan, baik di dalam pekerjaan, atau pelayanan, dan sebagainya. Kondisi burnout ternyata juga bisa dialami orang tua, di mana orang tua merasa stres atau tekanan pada proses pengasuhan anak, yang dirasakan secara intens dan berkelanjutan. Inilah yang disebut dengan parental burnout. Akibatnya orang tua menjadi kurang optimal dalam proses pengasuhan dan pembimbingan anak, bahkan mampu melukai menghambat perkembangan anak.

Berikut beberapa tanda orang tua mengalami parental burnout, antara lain:

  • Merasakan kelelahan secara fisik dan emosional yang terus menerus. Orang tua bisa merasa kewalahan dalam mengasuh anak, terlebih ketika kondisi anak sedang rewel terus menerus, tantrum, GTM (gerakan tutup mulut) saat makan, dan sebagainya. Hal ini membuat orang tua harus bekerja lebih keras dalam mengasuh anak, sehingga tidak jarang orang tua merasa lelah secara fisik dan emosinal.
  • Menurunnya kualitas pengasuhan, sehingga orang tua malah terkesan abai dalam memenuhi kebutuhan anak. Orang tua senantiasa berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada anak, namun tidak bisa dimungkiri terkadang pelayanan kita terhadap anak bisa ‘menurun’. Hal itu dikarenakan faktor yang bersifat internal maupun eksternal (lingkungan), dan ketika kualitas pengasuhan kita berkurang, membuat tidak optimalnya pemenuhan kebutuhan anak.

  • Merasa kesepian. Tidak sedikit orang tua, terutama ibu, yang merasakan hampa dan merasa kesepian dalam melakukan pengasuhan pada. Tentu hal ini bisa terjadi karena pengasuhan anak yang dirasa monoton, dan tidak sedikit orang tua yang merasa kehilangan arti dan makna sebagai orang tua yang seharusnya dimilikinya.
  • Lelah bahkan muak dengan peran sebagai orang tua. Kadangkala orang tua bisa merasa bahwa peran yang dijalani sangatlah berat, muncul rasa ingin ‘lari’ dari tanggung jawab sebagai orang tua.
  • Menunjukkan perilaku agresif secara fisik maupun verbal kepada anak. Tentu hal ini sangat berbahaya terhadap anak, baik secara fisiknya terlebih lagi pada kondisi kejiwaan anak. Dan ini dapat membuat anak mengalami trauma di masa kecil.

Ketika orang tua mengalami parental burnout, maka konsekuensi yang ditimbulkan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga berdampak kepada pasangan dan anak.

Konsekuensi yang dialami untuk diri sendiri biasanya berupa merasa bersalah, gangguan tidur, beberapa masalah kesehatan dan munculnya pikiran-pikiran negatif seperti ingin bunuh diri atau bahkan terjebak dalam adiksi obat-obatan (biasanya obat penenang), atau minuman keras.

Konsekuensi untuk pasangan adalah meningkatnya intentitas konflik dengan pasangan, berkurangnya perhatian terhadap pasangan, dan membuat tugas pasangan dalam pengasuhan anak makin berat.

Dan konsekuensi yang dialami anak, antara lain anak akan bisa mengalami kekerasan baik secara fisik maupun verbal, sehingga kebutuhan anak dalam pengasuhan kurang terpenuhi secara optimal, yang bisa berdampak bagi perkembangan jiwa anak.

Lalu  bagaimana cara mencegah dan mengatasi parental burnout ini ? Berikut ini terdapat beberapa cara guna mencegah dan mengatasi parental burnout.

  • Tingkatkan kepercayaan diri akan kemampuan Anda sebagai orang tua. Orang tua yang memiliki rasa percaya diri, akan membuat dirinya nyaman, selalu optimis dalam pengasuhan anak, dan senantiasa menganggap setiap kegiatan pengasuhan penting dan bermakna. Yakinlah bahwa Anda adalah orang tua yang terbaik bagi anak-anak Anda. Karena bila TUHAN menilai ada orang lain yang lebih pantas bagi anak Anda, pasti anak Anda akan lahir di keluarga yang lain tersebut.
  • Bekali diri dengan ilmu parentingSangat penting bagi orang tua untuk terus belajar dan memahami ilmu tentang parenting atau pengasuhan anak. Hal ini akan memudahkan kita dalam mencari solusi ketika anak kita sedang mengalami dinamika perkembangan. Kunjungi situs-situs yang memuat artikel seputar keluarga, ikuti akun-akun media sosial yang memuat tips-tips praktis seputar pernikahan dan parenting, serta ikuti webinar atau seminar yang membahas topik keluarga. Prinsip dan nilai-nilai dasar dalam parenting mungkin tidak terlalu banyak berubah, tapi teknik membangun komunikasi, cara menegur anak, metode membangun kedekatan dengan anak bisa jadi berubah menyesuaikan perkembangan jaman. Cara-cara yang dulu efektif untuk generasi opa-oma, ayah-ibu kita, belum tentu cocok untuk dilakukan kepada anak-anak kita.
  • Dapatkan dukungan positif dari pasangan, lingkungan keluarga dan teman. Orang tua akan sangat terbantu ketika berada dalam lingkungan yang positif. Peran keluarga dan teman sangat dibutuhkan orang tua ketika mengalami situasi yang buruk dalam pengasuhan anak. Belajar dari keberhasilan, maupun juga kesalahan yang dilakukan orang tua lainnya, sehingga Anda dan pasangan bisa terinspirasi menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Dan, cobalah untuk senantiasa menjalin komunikasi yang sehat dengan pasangan, agar Anda dan pasangan bisa tetap sehati dan sepakat, saling mendukung dalam segala hal, termasuk dalam hal pengasuhan anak.

  • Lakukan kegiatan selain menjadi orang tua. Agar tidak jenuh dengan rutinitas pengasuhan anak, maka orang tua perlu melakukan kegiatan lain seperti menyalurkan hobi atau kegiatan positif lainnya yang dapat membuat diri menjadi lebih segar dan lebih siap melanjutkan peran sebagai orang tua. Melakukan hobi selain bisa mengalihkan pikiran, hobi bisa juga meluapkan tumpukan emosi negatif (misalnya dalam bentuk lukisan, puisi, musik, atau dengan berolah raga), sehingga kondisi mental kita disegarkan dan dipulihkan kembali untuk melanjutkan perjalanan menjadi orang tua yang penuh dengan dinamika. Aktivitas juga bisa berupa melakukan perawatan tubuh, melakukan liburan berdua dengan pasangan ataupun sekedar hang out dengan teman-teman.

  • Buatlah target yang lebih realistis untuk anak. Terkadang orang tua terbebani dengan anggapan bahwa anaknya belum bisa ini dan itu, dan tanpa sadar hal itu cerminan kekuatiran orang tua bakal dianggap sebagai orang tua yang gagal. Padahal bisa jadi kita sebagai orang tua yang menetapkan target yang tidak realistis, karena tidak mempertimbangkan potensi dan bakat anak. Yang ada kita terus menuntut anak untuk bisa ini dan itu, dan pada akhirnya ketika anak tidak mencapai target, yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakat dan talentanya serta kemampuan perkembangannya, malah membuat kita menjadi stress dan merasa bersalah. Dan di sisi lain, yang lebih berbahaya sebenarnya, adalah membuat anak semakin rendah diri, karena merasa gagal menyenangkan orang tuanya, dan merasa dirinya tidak bisa apa-apa. Kenali lebih dulu potensi dan kekuatan anak. Jangan jadikan anak sebagai ‘alat’ untuk bisa menjadi capaian keberhasilan diri. Kembangkan anak sesuai dengan kekuatan dan potensinya, besarkan hatinya bila ia belum berhasil. Hal yang penting adalah anak merasa diterima, merasa disayang, dan merasa aman. Bukankah kesehatan dan kesejahteraan mental anak jauh lebih penting daripada prestasi dan prestise yang sangat fana?
  • Rutin berolahraga dan beribadah. Banyak manfaat yang didapat dari berolahraga selain menjaga kesehatan, berolahraga  juga dapat meningkatan hormon-hormon yang memicu energi positif dalam diri kita, sehingga dampaknya akan membuat diri merasa bersemangat dalam mengasuh anak. Berdoa, membaca Alkitab, mendengarkan lagu-lagu rohani, dan beribadah secara teratur, juga sangat membantu banyak orang tua. Kita sebagai manusia sangat terbatas, dan kita sangat memerlukan tuntunan dan kekuatan dari TUHAN yang kuasanya tak terbatas. Aktivitas rohani membantu kita mendapatkan kekuatan yang diperlukan untuk melanjutkan perjalanan kita sebagai orang tua.
  • Cari dan terimalah bantuan. Dalam menghadapi masalah, termasuk masalah dalam pengasuhan anak, seringkali tidak bisa diselesaikan sendiri. Kita perlu bantuan orang lain, terutama yang berkompeten. Dalam mengasuh anak, kita sebagai orang tua sangat membutuhkan masukan atau saran dari pihak-pihak yang lebih berkompeten, seperti psikolog anak, konselor, maupun dokter. Untuk itu jangan ragu untuk meminta bantuan kepada pihak-pihak terkait, ketika Anda sedang mengalami kesulitan pengasuhan anak.

Memang tidak mudah menjadi orang tua. Tidak ada seorang pun, bahkan TUHAN sekalipun, yang menuntut Anda harus selalu menjadi orang tua yang selalu berhasil bahkan sempurna setiap waktu. Adalah wajar bila sesekali Anda merasa lelah. Namun yang penting, Anda perlu mengantisipasi, dan melakukan segala upaya yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dan mengatasi agar Anda tidak terjebak dalam parent burnout.

(Himawan Hadirahardja – Penulis buku “Orang tua adalah Gembala yang Baik dalam Keluarga” Penerbit Yayasan Andi, 2019; serta pemerhati masalah pernikahan dan keluarga)



Leave a Reply