Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Satu yang Menyembuhkan dan Satu yang adalah Panji Kita – Bagian 3




eBahana.com – Kita sudah melihat nama Allah “Jehovah,” atau “Yahweh,” dihubungkan dengan tujuh nama spesifik, atau gelar, merepresentasi tujuh aspek kesetian perjanjian Allah dalam berurusan dengan manusia. Kita melihat yang pertama dari nama perjanjian ini, “Satu Yang Menyediakan.” Komitmen pertama Allah pada umat-Nya menyediakan. Sekarang, kita akan membahas nama perjanjian kedua, “Satu Yang Menyembuhkan.”

Nama ini pertama ditemukan dalam Keluaran 15, yang menghubungkan pengalaman bangsa Israel dibebaskan dari Mesir. Mereka baru saja menyeberangi Laut Mati dan memulai perjalanan mereka melalui padang gurun: “Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.

Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara (pahit).

Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?”

Musa berseru-seru kepada TUHAN dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-petaturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, firman-Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah (Jehovah) yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:22-26).

Nama perjanjian Allah kedua diberikan di akhir nas: “Aku TUHANlah….yang menyembuhkan engkau.”

Kata yang di terjemahkan “penyembuh” ini adalah kata dasar Ibrani untuk kesembuhan fisikal.” Dalam Ibrani modern, ini kata yang digunakan untuk “dokter.” Sebenarnya ini bisa diterjemahkan: “Aku Jehovah, doktermu.” Itu Ibrani pada masa kini. “TUHAN” (“Jehovah,” atau “Yahweh”) berhubungan dengan kata Satu Yang Menyembuhkan. Sebagai alternatif, kita bisa mengatakan, “Tuhan yang menyembuhkan.”

Mari fokus pada beberapa poin dari catatan di atas.

Pertama, mengesankan dalam krisis yang digambarkan dalam Keluaran 15:22-26, sekitar tiga juta orang bersungut-sungut sementara satu orang berdoa. Dan Musa mendapatkan solusi-nya.

Ini mengingatkan kita bahwa selalu lebih bijaksana untuk berdoa dari pada bersungut-sungut. Kitab Suci berkata, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma bersusah-susah” (Filipi 2:14- 16).

Kedua, inisiatif pewahyuan ini datang dari Allah. Ada begitu banyak keraguan dalam gereja hari ini mengenai kuasa dan keinginan Allah untuk menyembuhkan. Kita perlu melihat Allah mengajar umat-Nya: Ia membawa umat-Nya sampai ke titik putus asa dan kehilangan harapan, dan lalu, keluar dari kehendak dan nasihat-Nya sendiri, Ia mengungkapkan diri-Nya sebagai penyembuh umat-Nya. Bukan karena orang-orang minta. Melainkan karena keputusan Allah sendiri. Allah Sendiri memutuskan menjadi penyembuh umat-Nya.

Ketiga, penting menyadari dibutuhkan tindakkan iman untuk melepaskan kerja kuasa mujizat Allah. Allah menunjukkan Musa pohon tertentu, Musa harus mengambil pohon itu dan melemparnya kedalam air. Tindakkan iman itu – melempar pohon kedalam air – melepaskan kerja kuasa mujizat Allah dalam air itu.

Musa bisa saja berdiri di pinggir air dan “percaya” tanpa melakukan apa-apa, dan bisa juga tidak terjadi apa-apa. Ini prinsip “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Jika kita percaya, kita perlu mendemonstrasikan iman kita melalui kata-kata kita, tindakkan, atau keduanya.

Keempat, kita juga perlu melihat pohon itu sebagai cara menyembuhkan mereka dengan air pahit. Dalam Ibrani, kata “pohon” digunakan untuk pohon yang tumbuh dan pohon yang sudah di tebang. Dalam Perjanjian Baru, dalam banyak terjemahan, kata “pohon” digunakan untuk salib (lihat Kisah Para Rasul 5:30).

Sekali lagi, catatan Mara mengarahkan mereka ke masa depan ke salib Kristus sebagai tempat di mana perjanjian kesembuhan ini akhirnya digenapi.

Kita tidak pernah diberitahu kenapa airnya pahit. Namun Musa diperlihatkan bagaimana membuatnya manis. Kadang-kadang, kita membuang energi dalam hidup dengan bertanya pertanyaan- pertanyaan yang tidak menghasilkan buah, seperti “Kenapa ini atau itu terjadi?” Kita harus potong pintas pertanyaan-pertanyaan itu, dan datang kepada Allah, dan berkata, “Tuhan, tunjukkan apa yang harus saya lakukan.” Dan Allah akan melakukannya. Mengerti kenapa hal-hal terjadi hanya membebani pikiran kita. Namun Allah selalu memberi jawaban praktikal ketika kita ingin tahu apa yang harus kita lakukan.

Persyaratan dasar untuk kesembuhan dinyatakan dengan jelas: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu…”(Keluaran 15:26). Dalam Ibrani asli, secara harfiah, “Jika mendengar, kamu akan mendengarkan suara TUHAN.” kata “dengar” diulang dua kali.

“Apa artinya “mendengar, mendengarkan?” Allah memberi kita dua kuping, kuping kanan dan kuping kiri. “Mendengar, mendengarkan” adalah mendengar-Nya dengan dua kuping. Namun jika kita mendengar-Nya hanya dengan satu kuping dan mendengar orang lain dengan kuping yang satunya, kita mengalami kekacauan dan bukan iman.” Kita harus stop kuping kita mendengar bisikan jahat setan dan sebaliknya mendengar Allah dengan kedua kuping kita.

Kita melihat komitmen Allah untuk menyediakan, digenapi dalam Yesus, Domba Allah. Demikian pula dengan komitmen Allah untuk menyembuhkan. Juga, digenapi dalam Yesus. Ini catatan Perjanjian Baru: “Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.

Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Matius 8:16-17).

Yesus adalah penggenapan final dari perjanjian kesembuhan Allah bagi umat-Nya. Di salib, Yesus tidak hanya menanggung dosa kita, Ia juga memikul kelemahan-kelemahan dan menanggung penyakit- penyakit dan kutuk-kutuk kita. Ia tidak hanya menyediakan pengampunan, namun Ia juga menyediakan kesembuhan.

Persediaan-Nya bukan hanya di alam spiritual, namun juga di alam fisikal. Itu komitmen perjanjian yang Allah buat dengan Israel.

Karena alasan ini, kita tidak menemukan dalam Perjanjian Baru – orang Israel yang datang pada Yesus untuk kesembuhan, ditolak. Tidak ada catatan orang Israel mana pun ditolak mendapatkan kesembuhan. Sebagai contoh, baca catatan ini: “Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya.

Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah- Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh” (Matius 14:35-36).

Dengan kata lain, “Kewajiban perjanjian-Ku bukan dengan mereka yang bukan dari kaum Israel.

“Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.”

Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (atat 25-26).

Kecuali kita mengerti (kodrat komitmen perjanjian), sulit untuk kita mengerti jawaban Yesus. (Yesus memiliki perjanjian dengan Israel dimana Ia berkomitmen menjadi penyembuh mereka). Karenanya, kesembuhan adalah roti anak-anak. Perempuan ini tidak memiliki perjanjian, tidak bisa mengklaim. Namun ia memiliki iman.

“Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (ayat 27).

Pikirkan signifikans pernyataannya. Ia berkata, “Tuhan, aku tidak membutuhkan sepotong roti. Yang aku butuhkan remah-remah. Satu remah kecil cukup untuk kebutuhan anak perempuanku.” Respons Yesus adalah salah satu yang paling indah dalam Kitab Suci.

“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (ayat 28).

Iman perempuan itu menimbulkan belas kasih Yesus, meskipun Ia tidak memiliki kewajiban perjanjian.

Ingat Allah “masih” tetap penyembuh umat-Nya. Berkat-berkat perjanjian sekarang tersedia bagi orang-orang Yahudi dan orang- orang non-Yahudi – bagi mereka semua yang datang dengan iman, melalui Yesus, kepada Allah Bapa, berdasarkan nama perjanjian- Nya: Satu Yang Menyembuhkan.

“Aku TUHANLAH yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:26).

“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”

Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:13-14).

Nama perjanjian Jehovah, atau Yahweh ini, “Satu Yang Adalah Panji Kita,” ditemukan dalam kitab Keluaran. Disebut dalam hubungan dengan insiden yang dialami oleh orang-orang Israel pada perjalanan mereka melalui padang gurun ke Tanah Perjanjian setelah keluar dari Mesir. Satu dari bangsa-bangsa non-Yahudi, orang-orang Amalek, menyerang perjalanan orang-orang Israel ke warisan mereka. Mereka harus berperang untuk melanjutkan perjalanan mereka. Pada akhirnya, mereka berhasil mengalahkan orang-orang Amalek, dan mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka. Ini catatan insiden ini: “Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim….Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.”

Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: “TUHANLAH (Jehovah) PANJI-PANJIKU!”

Ia berkata: “Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun” (Keluaran 17:8, 13-16).

Episode khusus ini menyimpan signifikans permanen karena pelajarannya. Dalam perjalanan dan usaha kita masuk kedalam, warisan yang Allah sudah sediakan untuk kita, kita selalu akan menghadapi perlawanan. Ini bukan hanya sesuatu yang terjadi sekali, akan terjadi dari generasi ke generasi. Tuhan akan dipihak kita. Ia akan berdiri dengan kita melawan musuh, namun kita harus berpartisipasi dalam peperangan-peperangan ini.

Aspek khusus pertolongan Tuhan yang diungkapkan dalam nas diatas ditemukan dalam nama altar yang Musa bangun: “Tuhan adalah Panji-ku” (Jeluaran 17:15). Kita melihat bahwa Tuhan sudah memberi kita panji yang akan membawa kita kemenangan dalam perang yang harus kita lalui.

Ada banyak ditulis dalam Perjanjian Baru mengenai peperangan ini. Sebagai contoh, Paulus menulis, “…karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa- penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:12).

Dengan kata lain, kita sebagai orang Kristen akan menghadapi perlawanan dan peperangan. Perang kita bukan dengan musuh- musuh fisikal namun dengan kekuatan-kekuatan spiritual satanik yang akan melawan perjalanan spiritual kita.

Dalam 2 Korintus, Paulus berbicara mengenai tipe persenjataan yang kita butuhkan dalam peperangan ini: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam peperangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:3-4).

“Bukan dari darah dan daging” persenjataan kita, kebalikkan dari darah dan daging – melainkan spiritual. Allah sudah menyediakan kita dengan persenjataan spiritual untuk peperangan spiritual.

Dalam Mazmur 20:6, khususnya, kita mendengar tentang panji yang Tuhan sudah sediakan: “Kami mau bersorak-sorai tentang kemenanganmu dan mengangkat panji-panji demi nama Allah kita; kiranya TUHAN memenuhi segala permintaanmu.”

Panji kita nama Tuhan Allah kita, dan kemenangan-Nya menjadi kemenangan kita sementara kita mendirikan panji-panji dalam nama-Nya.

Ada banyak yang bisa dipelajari, tentang nama Tuhan dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Paulus mengatakan ini tentang Yesus.

“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan, ” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” ( Filipi 2:9-11).

Maka, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kita memiliki panji dimana semua kekuatan jahat harus tunduk dan menyerah. Dengan cara ini, Paulus berkata, kemenangan Kristus menjadi kemenangan kita.

“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana” (2 Korintus 2:14).

Kemenangan yang Kristus menangkan atas Satan di salib disediakan bagi kita dangan syarat kita menggunakan panji yang Allah sediakan. Panji adalah nama Tuhan Yesus Kristus. Maka, nama Tuhan adalah panji kita dalam peperangan spiritual.

Sementara kita terus melihat panji kita – nama Tuhan – kita menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama dan sejarah untuk menggarisbawahi siginifikans orang yang membawa panji – orang yang membawa panji dalam tentara kuno. Menggambarkan kekalahan kekuatan besar orang-orang non-Yahudi, tentara Asyur, nabi Yesaya berkata,

“Keindahan hutan Asyur dan kebun buah-buahannya akan dihabiskan-Nya, dari batangnya sampai rantingnya, sehingga akan menjadi seperti seorang sakit yang merana sampai mati” (Yesaya 10:18).

Ketika pembawa panji pingsan, seluruh tentara menjadi kacau balau. Tentara-tentara kuno dilatih untuk menyusun kembali disekitar pembawa panji. Jika mereka tertekan dalam peperangan, mereka rawan di pecah belah dan di pisah satu sama lain. Pembawa panji akan mencari keunggulan seperti bukit atau dataran tinggi, dan mengangkat pembawa panji. Namun jika pembawa panji pingsan, tidak ada tempat untuk tentara menyusun kembali. Itu berarti masalah serius bagi pasukan tentara.

Dalam kasus kita, sebagai orang Kristen, pembawa panji kita adalah Roh Kudus. Yesaya berkata, “Maka orang akan takut kepada nama TUHAN di tempat matahari terbenam dan kepada kemuliaan-Nya di tempat matahari terbit, sebab Ia akan datang seperti arus dari tempat yang sempit, yang didorong oleh nafas TUHAN” (Yesaya 59:19).

Roh Tuhan, Roh Kudus, adalah pembawa panji kita ketika kita tertekan keras dalam peperangan Kristen oleh kekuatan-kekuatan Satan, dan mereka datang seperti banjir melawan kita. Pembawa panji kita mengangkat panji – nama Tuhan Yesus Kristus. Lalu, kita menyusun kembali disekitar panji itu. Ketika kita melihat nama Tuhan Yesus diangkat, kita berkumpul disana. Nama Yesus titik temu kita.

Hari ini, di seluruh bumi, Roh Kudus mengangkat pembawa panji nama Yesus Kristus. Umat Allah mencari titik temu pembawa panji, terlepas denominasi gereja dan faktor-faktor lain yang memisahkan mereka.

Terakhir, lihat gambaran dalam Kidung Agung (Salomo) mengenai gereja berkemenangan, yang dibangun dalam Perjanjian Baru melalui karya penebusan Kristus: “Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya….”Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?” (Kidung Agung – Salomo 6:4, 10).

Yang digambarkan disini adalah gereja pengantin Kristus. Namun tentara Kristus, juga.

Menarik untuk dicatat dua gambaran penutup orang-orang Kristen dalam surat Efesus: pengantin (lihat Efesus 5:25-32) dan tentara (lihat Efesus 6:10-17). Kita pengantin dan tentara. Kita akan datang pada panggung sejarah sesuai dinubuatkan dalam Kidung Agung (Salomo) – seperti tentara, mengagumkan dengan panjinya: nama Tuhan Yesus Kristus.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply