Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jehovah atau Yahweh dan Satu yang Memelihara – Bagian 2




eBahana.com – Kita akan mempelajari nama besar kedua Allah Ibrani, yang secara tradisional dipresentasikan dalam bahasa Inggris dengan kata “Jehovah.” Meski demikian, “Jehovah” bukan satu-satunya kata yang digunakan untuk nama ini dalam bahasa Inggris. Dalam “Jerusalem Bible,” ditulis “Yahweh.” Ini kemungkinan merepresentasi sesuatu yang dekat dengan pengucapan asli dalam Ibrani. Dalam versi lain, “Berkeley Bible,” nama ini diterjemahkan “The Eternal.” Dengan kata lain, diterjemahkan dengan kata sifat.

Kita melihat ada misteri tertentu berputar di sekeliling nama ini.

Dalam bentuk Ibrani asli, nama ini terdiri dari empat konsonan, Y-H- W-H, dan tidak ada “huruf hidup.” Kita perlu mengerti itu, biasanya, dalam bahasa Ibrani, hanya konsonan yang ditulis. “Huruf hidup” harus disediakan oleh pembaca. Kadang-kadang, diletakkan dibawah konsonan. Dalam kasus apa pun, ini prinsip dasar: kecuali kita sudah tahu kata itu, biasanya kita tidak bisa mengucapkannya karena kita tidak tahu menyisipkan “huruf hidup” apa di mana.

Ada empat konsonan dalam nama sakral, unik Allah. Sejak masa kedua bait Israel, nama ini belum pernah diucapkan oleh bangsa Yahudi. Dianggap terlalu sakral untuk mereka ucapkan. Maka, dimanapun nama ini disebut dalam Kitab Ibrani, mereka menggantinya dengan nama lain. Biasanya, mereka ganti dengan “Adonai,” yang berati “Tuhanku.” “Adonai” berarti “Tuhan” – fakta menarik dari kata “Adonai,” seperti “Elohim,” dalam bentuk jamak; bentuk tunggal-nya “Adoni” – sebagai alternatif, kebalikan dari mengucapkan nama ini, bangsa Yahudi hanya mengatakan, “Nama.”

Karena nama kedua Allah diungkapkan dalam Kitab Suci hanya dengan empat konsonan, jika kita ingin mengucapkannya, kita harus menentukan “huruf hidup” apa untuk disisipkan. Dalam sebagian besar Alkitab versi Inggris, nama ini direpresentasikan dengan kata “TUHAN,” dimana “TUHAN” ditulis dalam huruf kecil. Banyak orang membaca Alkitab tanpa menyadari ini. Jika kata “Tuhan” tidak ditulis dalam huruf besar, maka merepresentasi “Adon” dalam teks asli Ibrani.

Namun jika kata “TUHAN” ditulis dalam huruf besar, merepresentasi nama sakral, Jehovah: Y-H-W-H.

Mari kita lihat penjelasan nama ini yang Tuhan Sendiri beri. Tuhan sudah mengatakan pada Musa ia akan kembali ke Mesir dan membebaskan Israel, dan Musa bertanya, “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata-kata kepada mereka: Allah [Elohim] nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka?”

Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”

Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (nama sakral, YHWH) Allah (Elohim) nenek moyangmu, Allah (Elohim) Abraham, Allah (Elohim) Ishak dan Allah (Elohim) Yakub, telah mengutus aku kepadamu: inilah nama- Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun” (Keluaran 3:13-15).

Nama YHWH memiliki arti yang berhubungan dangan nama “AKULAH AKU.”

Pernyataan aslinya “AKU ADALAH AKU.” Dalam Ibrani mula-mula, ketika nama ini disebut dalam orang ketiga, “Ia adalah Ia.” Meski demikian, kita harus memasukan faktor lain. Dalam bahasa Ibrani, “present tense” sering memiliki arti “future.” Jadi, nama ini bisa berarti keduanya “Aku adalah Aku” atau “Ia adalah Ia.” Dengan kata lain, nama mengkomunikasi jauh lebih banyak dari pada yang kita bisa katakan dalam satu atau dua kata sederhana.

Mari kita lihat dengan cara ini: YHWH secara esensial berarti “Ia adalah Ia.” Secara “grammar,” meski demikian, lebih seperti nama pribadi – semestinya kata benda ketimbang kata benda umum.

Dengan cara ini, menekankan Allah sebagai Pribadi. Nama pribadi ini – “Yahweh” atau “Jehovah” atau TUHAN, yang mana pun kita ingin mengatakannya – pertama ditulis dalam Kejadian 2 sehubungan dengan penciptaan manusia.

“Ketika itulah TUHAN Allah (Jehovah Elohim, atau Yahweh Elohim – kombinasi dua nama) membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kejadian 2:7).

Kata “manusia” dalam Ibrani “Adam” – juga nama. Maka, kita melihat nama “Jehovah,” atau “Yahweh (Allah) menciptakan nama “Adam – manusia.” Fakta ini mengungkapkan kepribadian Allah dan manusia. Allah pribadi menciptakan manusia pribadi. Kenapa?

Untuk bersekutu antara keduanya.

Penggunaan nama “Jehovah,” atau “Yahweh,” dalam ayat ini mengungkapkan fakta Allah, sebagai Pribadi, menciptakan manusia, sebagai pribadi. Membawa keinginan awal Allah untuk hubungan Pribadi dengan pribadi manusia. Kita bisa simpulkan dengan cara ini: nama “Elohim” mengindikasi Allah sebagai Pencipta umum alam semesta, sementara “Jehovah, ” atau “Yahweh,” mengindikasi-Nya sebagai Pencipta pribadi manusia.

Aspek pertama, nama sakral ini adalah nama pribadi. Memfokuskan pada fakta bahwa Allah adalah Pribadi riil. Ia tidak abstrak, bukan entitas, bukan hanya makhluk tertinggi, melainkan satu Pribadi.

Aspek kedua yang ditekankan oleh nama “Jehovah,” atau “Yahweh,” adalah Allah kekal dan tidak berubah. Kebenaran ini di implikasi dengan penggunaan kata kerja “adalah” dalam Keluaran 3:14: “AKU ADALAH AKU.” Allah “satu yang akan.” Dalam arti tertentu, “di masa lalu,” “di masa kini,” dan “di masa depan.” Allah secara simultan dalam kekekalan.

Kodrat kekal, tidak berubah Jehovah, atau Yahweh, bukan hanya di implikasi, namun juga diungkapkan langsung sehubungan dengan nama-Nya. Sebagai contoh, di akhir Perjanjian Lama, Tuhan Sendiri mengungkapkan ini dalam pesan Maleakhi kepada Israel, “Bahwasanya Aku, TUHAN [Jehovah, atau Yahweh], tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap” (Maleakhi 3:6).

Kelangsungan hidup Israel bergantung pada kesetiaan, tidak berubah, kekal Tuhan.

Ada cara alternatif untuk menterjemahkan ayat itu “Aku adalah TUHAN, Aku tidak berubah” (Alkitab New King James Version). Itu esensi inti nama-Nya. Ia kekal, Satu yang tidak berubah.

Kebenaran ini diungkapkan dalam berbagai cara dalam Perjanjian Baru. Kitab Ibrani berkata mengenai Allah Anak, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).

Di masa lalu, di masa kini, dan di masa depan semua dipersatukan bersama Allah. Kita membaca dalam kitab Wahyu, “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8).

Melampaui waktu, Ia yang pertama dan terakhir, awal dan akhir, secara simultan. Ia Satu “yang sekarang dan yang sebelumnya dan yang akan datang.” Frasa itu kemungkinan cara terbaik merepresentasi arti sejati kata “Jehovah,” atau “Yahweh.” Allah bukan hanya satu di masa kini, namun Ia juga mengandung didalam diri-Nya masa lalu dan masa depan.

Untuk menyimpulkan, nama unik, spesial, sakral ini – “Jehovah,” atau “Yahweh” – memiliki dua signifikans khusus. Pertama, menekankan bahwa Allah adalah satu Pribadi. Kedua, menekankan bahwa Allah adalah kekal, Satu yang tidak berubah.

Kita sudah mempelajari dua nama besar Ibrani untuk Allah yang ditemukan dalam Perjanjian Lama: “Elohim,” dan “Jehovah,” atau “Yahweh.” “Elohim” menandakan Allah sebagai Pencipta berkuasa alam semesta. “Jehovah,” atau “Yahweh,” nama pribadi Allah.

Sementara dua aspek utama nama “Jehovah,” atau “Yahweh,” Allah pribadi dan kekal, nama ini juga diasosiasikan dengan perjanjian- perjanjian yang Allah buat dengan orang-orang. Ada dua alasan untuk asosiasi ini, yang saling berhubungan dengan aspek-aspek nama yang dicatat diatas.

Pertama, perjanjian hubungan antara pribadi dengan pribadi. Untuk alasan itu, nama pribadi Allah harus digunakan dalam hubungan ini.

Kedua, perjanjian tidak berubah, atau permanen. Karenanya nama itu menekankan kodrat kekal, tidak berubah Allah harus dihubungkan dengan perjanjian-perjanjian.

Mari kita lihat dua saja pernyataan Allah mengenai perjanjian- perjanjian-Nya, keduanya ditemukan dalam Mazmur 89: “Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama- lamanya” (ayat 29).

“Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah”(ayat 35).

Sekali Allah sudah membuat komitmen dalam perjanjian, Ia tidak pernah melanggarnya. Jadi, lagi, perjanjian khususnya diasosiasikan dengan nama “Jehovah,” atau “Yahweh,” yang berbicara mengenai kodrat kekal tidak berubah Allah.

Kata Ibrani untuk “kasih setiaku,” yang ditulis dalam ayat 28 mazmur diatas, selalu berhubungan dengan perjanjian. Terjemahan lain, “Kesetiaan Allah memelihara perjanjian.” Juga diterjemahkan “Kasih setia Tuhan itu kekal” dan “belas kasih.” Kita mengerti dengan benar hanya ketika kita menghubungkan kasih setia Allah dengan perjanjian-Nya; aspek kodrat Allah itu yang memegang-Nya pada perjanjian-Nya.

Nama “Jehovah,” atau “Yahweh,” berhubungan langsung dengan tujuh nama spesifik, atau gelar, yang merepresentasi tujuh aspek kesetiaan Allah memelihara perjanjian dalam Ia berurusan dengan manusia. Sesuai urutan dalam Kitab Suci, nama-nama ini mengungkapkan Jehovah dalam aspek berikut: pertama, Satu yang menyediakan; kedua, Satu yang menyembuhkan; ketiga, Satu yang adalah panji kita; keempat, Satu yang adalah damai kita; kelima, Satu yang adalah gembala kita; keenam, Satu yang adalah kebenaran kita; ketujuh, Satu yang hadir secara permanen.

Kita akan mengekplorasi setiap nama perjanjian Tuhan ini berurutan, dimulai dengan Satu Memelihara atau Menyediakan. Nama ini disebut pertama kali dalam Kejadian 22 dalam cerita Abraham membawa anaknya Ishak ke Gunung Moriah, dimana ia bersedia mengorbankannya sebagai korban pada Tuhan. Ketika mereka sampai di kaki gunung, Abraham mengatakan pada hamba- hambanya untuk tetap disana dengan keledai sementara ia mengambil Ishak dan api untuk korban bakaran. Abraham dan anaknya naik ke gunung bersama-sama. Ini berikutnya: “Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang ditangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama- sama.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Disini sudah ada api dan kayu, tetapi dimanakah anak domba untuk korban bakaran itu?:

Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan” (Kejadian 22:6-8).

Setelah mereka sudah sampai ke puncak gunung dan Abraham sudah mempersiapkan anaknya sebagai korban, di momen terakhir, Allah mengintervensi dan mengatakan padanya bahwa Ia tidak mensyaratkan pengorbanan Ishak. Sebaliknya, Abraham mengorbankan seekor ram yang ia temukan terjerat dengan tanduknya dalam semak belukar (lihat ayat 9-13). Lalu, kita membaca bagian dimana namanya muncul: “Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan” (ayat 14).

Itu dimana perjanjian pertama nama Jehovah, atau Yahweh, muncul – Jehovah menyediakan, Satu yang memelihara (Orang Inggris mengatakannya “Jehovah Jireh”). Meski demikian, pengucapan itu sangat jauh dari bagaimana bunyinya dalam Ibrani.

Dalam Ibrani, kata yang diterjemahkan “Menyediakan” secara harfiah “Melihat.” Dari arti itu, kita mendapat pikiran indah yang ketika Allah melihat, Ia menyediakan. Kita juga mendapat konsep luar biasa komitmen perjanjian pertama Allah untuk menyediakan. Ini akar semua komitmen-Nya: Ia menyediakan untuk umat-Nya.

Mari kita lihat bekerjanya komitmen perjanjian Tuhan ini untuk menyediakan bagi umat-Nya. Gambaran paling indah sementara kita melihatnya dikerjakan dalam pewahyuan Kitab Suci berikut. Menunjukkan kita pada satu Pribadi yang menggenapkan semua komitmen-komitmen perjanjian Allah: Yesus Mesias.

Catat beberapa poin khusus. Pertama, persediaan utama domba. Ishak berkata, “…dimanakah anak domba untuk korban bakaran itu?” (Kejadian 22:7), dan Abraham menjawab, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku” (ayat 8). Ketika penggenapan komitmen tiba, itu seekor domba – Domba Allah. Ini bagaimana Yohanes Pembaptis berbicara mengenai Yesus: “Pada keesokan harinya Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).

Allah memenuhi keyakinan Abraham pada-Nya. Dua ribu tahun kemudian, Ia menyediakan Domba, korban tertinggi – Satu yang dalamnya semua komitmen perjanjian Allah dipenuhi. Ketika kita berpikir tentang nama itu “TUHAN Menyediakan” (Kejadian 22:14), selalu membawa pikiran kita pada Domba yang melaluinya persediaan diberikan. “Tuhan akan menyediakan domba untuk korban.” Ketika Yesus datang, Ia domba yang disediakan, “domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”

Kitab Suci berkata dalam insiden itu dengan Abraham, “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan” (Kejadian 22:14). Lagi, ini mempesona sementara kita menelusuri bekerjanya. Moriah umumnya disepakati gunung yang sama yang terjadi dalam Perjanjian Baru sebagai Golgota atau Kalveri. Jadi, di gunung dimana Abraham membuat pengakuan iman aslinya itu, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya”(ayat 8), dan dimana dikatakan kemudian, “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan”(ayat 14), dua ribu tahun kemudian, disediakan dengan kematian Yesus di salib.

Itu persediaan Allah tertinggi untuk kebutuhan – bukan hanya Abraham, semua mereka yang percaya pada Allah.

Abraham dan Ishak dan korban di gunung Moriah tipe-tipe apa yang terjadi di Kalvari. Abraham tipe Allah Bapa, Ishak tipe Allah Anak, api untuk korban tipe Roh Kudus, dan kayu yang Ishak bawa tipe salib.

Ada semua pemandangan penyaliban dalam pendahuluan: Abraham, bapa, mengorbankan anak satu-satunya, Ishak; api Roh yang dibutuhkan untuk membuat pengorbanan; dan kayu di mana pengorbanan akan dilakukan.

Kita bisa simpulkan ini dalam satu ayat Perjanjian Baru: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).

Ada komitmen total: “TUHAN menyediakan”(Kejadian 22:14) – bukan hanya dalam satu situasi atau untuk satu kebutuhan, melainkan dalam setiap situasi, untuk setiap kebutuhan, dalam waktu dan kekekalan.

Tuhan sudah membuat perjanjian yang diasosiasikan dengan nama pribadi, ilahi-Nya sendiri, yang tidak berubah. Ia akan selalu menyediakan untuk umat-Nya. Bukti tertinggi dan persediaan tertinggi adalah dalam Anak Allah, Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi korban penghapus dosa, “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).

Mari kita mengambil waktu sejenak dan bermeditasi pada ayat ini?

“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”

Ingat, “dengan Dia.” Kita tidak bisa mendapatkan persediaan tanpa Domba. Persediaan ada dalam Domba Allah – Yesus.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply