Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kerajaan Imam-Imam – Bagian 10




“Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya” (Ibrani 3:1-2).

Apa pekerjaan praktikal identifikasi kita dengan Yesus dalam hidup kita sehari-hari sebagai orang percaya atau sebagai murid? Apa dampaknya dalam cara kita hidup? Kita harus menjadi orang seperti apa?

Ayat dibawah adalah penyataan paling menantang dalam Perjanjian Baru. Penyataan ini ditemukan dalam injil Yohanes. Merinci kehadiran pertama Yesus diantara murid-murid-Nya, setelah kebangkitan-Nya pada Minggu malam. Murid-murid mengurung diri di ruang terkunci karena takut kepada orang-orang Yahudi dan tiba- tiba Yesus datang di tengah-tengah mereka. Ini apa yang terjadi:
“Ketika hari sudah malam hari pertama minggu itu berkumpulah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”

Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.

Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:19-22).

Tidak diragukan lagi, hati murid-murid berdetak keras sehingga mereka butuh pengulangan pesan damai itu. Mereka setengah ketakutan. Mereka tidak bisa mengerti apa yang terjadi. Kata-kata Yesus selanjutnya: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Lalu melalui hembusan nafas Kristus yang telah bangkit, Roh Kudus masuk kedalam setiap dari murid- murid itu dengan cara yang baru sama sekali. Melalui Roh Kudus, hidup dan kodrat Yesus di impartasi kepada mereka. Berdasarkan impartasi kehidupan dan kodrat-Nya, Yesus bisa berkata kepada mereka kata-kata yang menakjubkan itu – sehingga Ia mengutus mereka.

Bapa mengutus Yesus kedalam dunia untuk memenuhi tugas unik yang tak seorang pun bisa penuhi. Yesus sudah menyelesaikan tugas itu dan akan kembali kepada Bapa. Ia tidak pergi tanpa meninggalkan representatif-Nya di bumi. Ia berkata pada murid- murid-Nya, “sama seperti Bapa awalnya mengutus Aku untuk memenuhi tugas khusus, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu, murid-murid-Ku, untuk memenuhi tugas khusus. Aku akan kembali kepada Bapa, namun Aku akan meninggalkan kamu di bumi sebagai representatif-Ku.”

Apa yang termasuk dalam frasa “seperti Bapa mengutus Aku”? Mari kembali pada nas sebelumnya dalam injil Yohanes untuk memberi beberapa jawaban pada pertanyaan itu. Dalam Yohanes 14, Filipus berbicara kepada Yesus:

“Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”

Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.

Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes 14:8-10).

Respons Yesus kepada Filipus mengungkapkan tiga aspek hubungan Yesus dengan Bapa. Pertama, Yesus tidak mengatakan kata-kata- Nya sendiri. Ia mengatakan kata-kata yang di percayakan pada-Nya oleh Bapa yang mengutus-Nya.

Kedua, Yesus tidak melakukan apa pun dalam pelayanan mujizat-Nya melalui kuasa-Nya sendiri. Ia berkata, “Aku tidak melakukannya. Bapa yang melakukan pekerjaan- Nya melalui-Aku.” Ketiga – dan ini bahkan lebih menakjubkan – melihat Yesus sama dengan melihat Bapa. Ia berkata, “Kamu tidak perlu melihat Bapa. Kamu sudah melihat Aku. Dan jika kamu sudah melihat Aku, kamu sudah melihat Bapa.”

Mari kita ringkas. Pertama, Yesus mengucapkan kata-kata yang keluar dari Bapa. Kedua, Bapa melakukan pekerjaan-Nya melalui Yesus. Ketiga, melihat Yesus sama dengan melihat Bapa.

Disini aplikasinya. Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Dengan kata lain, “Hubungan antara Bapa dengan Aku sama dengan hubungan antara Aku dengan kamu, murid-murid- Ku.”

Apa artinya itu? Arti tepatnya apa yang benar dalam hubungan Yesus dengan Bapa harus benar dalam hubungan kita dengan Yesus. Pertama, kita tidak mengucapkan kata-kata kita sendiri; kita mengucapkan kata-kata yang keluar dari Yesus. Kedua, kita tidak melakukan pekerjaan kita sendiri. Yesus dalam kita yang melakukan pekerjaan-Nya, seperti Bapa dalam Yesus yang melakukan pekerjaan-Nya. Ketiga, melihat kita sama dengan melihat Yesus. Tidakkah itu tantangan dan tanggungjawab?

Kita representatif resmi Kristus di bumi, masing-masing dengan tugas khusus. Kebenaran sama ini di presentasikan oleh Paulus dalam 2 Korintus:
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami.

Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:17- 21).

Proses ini dimulai dengan ciptaan baru. Ini yang terakhir dalam melewati kematian kedalam hidup baru. Maka, dalam ciptaan baru itu kita menjadi representatif resmi Allah dan Kristus di bumi. Seperti Allah dalam Kristus mendamaikan dunia dengan Allah. Kita duta besar Kristus, Paulus berkata, Allah membuat seruan-Nya melalui kita untuk diperdamaikan dengan-Nya. Identifikasi dengan Yesus itu satu-satunya dasar untuk perdamaian. Dan maka ayat penutup berkata, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (ayat 21).
Perhatikan dua poin esensial. Pertama, kita tidak bisa menjadi representatif Kristus sampai kita sendiri sudah ditransformasi. Kita harus masuk kedalam ciptaan baru. Kita harus diciptakan baru. Ciptaan lama tidak memiliki pesan.

Kedua, pesan kita berdasarkan pada pertukaran ilahi yang terjadi di salib. Disana di Kalvari, Allah membuat Yesus, yang tidak mengenal dosa dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Pikirkan diri kita diperdamaikan pendamai. Pertama, kita harus diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus. Lalu kita menjadi representatif dan pembawa berita perdamaian melalui Kristus ke seluruh dunia.

Mari kita ambil proses ini satu langkah lebih jauh. Kita di identifikasi bukan hanya dengan kebangkitan dan pelayanan Yesus, namun juga dengan kenaikkan dan pelayanan-Nya di surga. Ketika Yesus naik ke surga dan mengambil tempat-Nya di atas takhta bersama Bapa, Ia masuk kedalam dua pelayanan tertinggi, unik dan final-Nya. Ia menjadi Raja dan Imam. Dalam ini juga, kita diundang untuk mengidentifikasi diri kita dengan Yesus.

Banyak nas dari Kitab Wahyu mengekspresikan kebenaran ini:
“dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.
Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin” (Wahyu 1:5-6).

Perhatikan ketika Yesus sudah membebaskan dosa kita dengan darah-Nya, melalui tindakkan itu Ia membuat kita menjadi kerajaan dan imam-imam (atau raja-raja dan imam-imam, atau kerajaan imam-imam) bagi Allah dan Bapa.

Kebenaran yang sama di ungkapkan lagi dalam Wahyu 5:
“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai- meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi” (Wahyu 5:9:10).
Perhatikan ketika kita dibeli atau ditebus dengan darah Yesus, melalui penebusan itu kita dibuat menjadi kerajaan dan imam-imam bagi Allah.

Ketika menulis kepada orang-orang percaya dalam surat pertamanya, Petrus menyatakan ini juga: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Petrus 2:9). Apa tanggung jawab khusus raja-raja dan imam-imam? Cukup jelas bagi kita tanggung jawab atau tugas raja adalah memerintah. Banyak orang tidak melihat dengan jelas tugas imam, namun dibuat jelas melalui Kitab Suci.

Tanggung jawab imam-imam adalah mempersembahkan korban. Dalam urutan Allah, hanya imam-imam bisa mempersembahkan korban kepada Allah. Jadi kita dibuat menjadi raja untuk memerintah dan jadi imam-imam untuk mempersembahkan korban.

Sehubungan dengan persembahan korban kita sebagai imam-imam, dalam 1 Petrus dikatakan: “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (1 Petrus 2:5).

Pada saat kita disebut immamat kudus, kita harus memiliki korban untuk dipersembahkan pada Allah. Petrus berkata “persembahan rohani.” Dengan kata lain, bukan persembahan Hukum Musa. Bukan binatang.

Kita mengikuti contoh Yesus, yang di surga mempersembahkan pada Allah persembahan rohani dengan doa syafaat-Nya mewakili kita. Kitab Suci mengatakan pada kita, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:25).

Pelayanan Yesus di bumi tiga setengah tahun, namun pelayanan- Nya sebagai Raja dan Imam sudah hampir dua ribu tahun. Dan pelayanan Yesus itu akan berlanjut terus sampai kekekalan. Kita diundang tidak hanya untuk berbagi dengan Yesus pelayanan-Nya dibumi, namun melalui identifikasi kita dengan-Nya, juga untuk masuk pelayanan surgawi, kekal-Nya sebagai raja-raja dan imam- imam-Nya. Secara spiritual, identifikasi kita dengan Yesus membuat kita warga Sion surgawi. Ini sesuatu yang sudah terjadi selama identifikasi kita dengan Yesus.

Dimana pun kita saat ini – di dapur kita, di ruang keluarga kita, di meja kerja kita – itu lokasi kita dibumi. Itu lokasi tubuh kita. Kita mungkin tidak menyadarinya, namun roh kita memiliki lokasi lain. Roh kita dengan Yesus.

Roh kita di atas takhta-Nya. Kita sudah datang ke Bukit Sion – Sion surgawi.
Ini begitu indah dinyatakan dalam Ibrani 12. Perhatikan bentuk kata kerjanya sementara kita melihat nas signifikan ini:

“Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel” (Ibrani 12:22-24).

Ini ditulis kepada orang-orang percaya di bumi, dan tidak dikatakan “kita akan datang” – melainkan dikatakan “kita sudah datang ke Bukit Sion.” Nas itu menggambarkan lokasi spiritual kita. Bukan hanya ada jemaah besar malaikat-malaikat, namun Gereja sejati ada disana dalam roh – Gereja anak sulung (semua itu yang sudah dilahirkan kembali dari kematian kedalam ciptaan baru melalui iman dalam Yesus Kristus). Kita sudah disana dalam jemaah mulia. Keluar dari Sion surgawi, melalui identifikasi kita dengan Yesus, kita memerintah mewakli Allah melalui doa-doa kita. Kita kerajaan imam-imam. Kita memerintah melalui doa. Ini dinyatakan dalam Mazmur 110:
“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”

Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu!” (Mazmur 110:1-2).

Yesus sudah memerintah, meskipun musuh-musuh-Nya masih ada. Tongkat otoritas di letakkan dalam tangan umat Allah seperti mereka mengambil tempat mereka di Sion. Dan keluar dari Sion tongkat otoritas pergi keseluruh bangsa-bangsa di bumi. Maka kita di identifikasi dengan Yesus, bahkan sekarang, dalam dua pelayanan besar-Nya sebagai Raja dan Imam. Dan itu kulminasi menakjubkan dari semua aspek panggilan dalam Yesus Kristus.

Kita sudah membahas prinsip-prinsip dasar bagaimana Yesus Kristus memanggil setiap dari kita untuk melayani-Nya dalam tujuan- tujuan-Nya untuk kita. Kita sudah mempelajari atribut panggilan yang otentik dalam Allah dan apa artinya dalam hidup kita.

Kita sudah belajar bahwa kulminasi dan tujuan final panggilan kita di identifikasi dengan Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya sebagai Raja dan Imam. Kita memerintah dengan-Nya, dan kita berdoa syafaat dengan-Nya. Kita sudah dipanggil untuk menaklukkan – malalui pelayanan berkemenangan untuk Yesus Kristus sampai Ia kembali.

Kita sampai pada komitmen. Apakah kita siap membuat komitmen sepenuhnya pada Yesus Kristus dan pada panggilan yang Ia tentukan untuk kita? Apakah Yesus Kristus memiliki tempat dalam hidup kita?

Gereja memiliki satu Tuhan. Yesus. Gereja memiliki satu Kepala. Yesus. Kita milik Yesus Kristus – roh, jiwa dan tubuh, untuk waktu dan kekekalan. Ia menebus kita dengan darah-Nya ketika Ia mati di salib, dan kita sudah menyerahkan diri kita pada-Nya.

Kita memiliki kesempatan mendedikasikan hidup kita pada Tuhan Yesus Kristus. Itu tidak berarti kita tidak akan berbuat dosa lagi atau kita tidak akan memiliki problem atau kita tidak akan pernah gagal. Sederhananya itu berarti kita membuat komitmen tulus pada Yesus Kristus, menjadi pekerja di ladang tuaian. Kita tidak perlu pergi keluar, mengundurkan diri atau menyerahkan jabatan atau menjual harta benda atau melepaskan rumah. Ketika kita komit pada Yesus Kristus, Ia akan menjadi Satu yang mengatakan pada kita langkah selanjutnya. Namun ketika kita komit pada panggilan kita dalam Yesus Kristus, hidup berkelimpahan, hidup dipenuhi. Bergairah, mempesona dan sangat menarik.

Apakah kita bersedia membuat komitmen pada Yesus Kristus – mengikut-Nya untuk sisa waktu kita dan untuk seluruh kekekalan? Apakah kita siap menyerahkan hidup kita di tangan-Nya, untuk kemuliaan-Nya dalam cara apa pun yang Ia inginkan? Jika itu keinginan kita, katakan pada Yesus saat ini, “Tuhan, Saya ingin menyerahkan diri saya sepenuhnya kepada-Mu.”

Jika kita sudah mengatakan kata-kata itu pada Yesus, kita siap berdoa doa berikut. Pertama ambil waktu sejenak untuk berdiam diri dalam hadirat Allah. Ketika kita sudah selesai berdoa, lepaskan diri kita kepada Tuhan. Sembah Dia, puji Dia dan ucapkan terima kasih pada-Nya. Lalu doakan doa ini:
“Bapa, dalam nama Yesus saya datang kepada-Mu. Saya mengasihi Engkau, Tuhan, dan saya mengucapkan terima kasih untuk kesempatan mengabdikan hidup saya sepenuhnya untuk Yesus Kristus.

Tuhan, saya berdiri dengan otoritas saya sebagai orang percaya dalam Yesus Kristus, dan saya melepaskan diri saya sekarang dari setiap ikatan, setiap belenggu, dari apa pun yang menahan saya berbalik dari komitmen saya pada Yesus. Saya mendeklarasikan diri saya lepas dalam nama Yesus, dan saya menyerahkan diri saya kedalam tangan-Mu, Tuhan. Saya menyerahkan diri saya untuk Engkau pakai. Engkau Kepala atas Gereja yang adalah Tubuh-Mu, dan saya bagian dari Tubuh-Mu.

Tuhan, mulai saat ini dan seterusnya, saya menyerahkan diri saya dibawah kendali-Mu. Saya percaya Engkau akan memberkati saya, menguatkan saya dan memakai saya sesuai komitmen saya pada- Mu dalam menjawab panggilan-Mu.

Tuhan, saya berdoa untuk tuaian jiwa. Engkau mengarahkan kami untuk bertanya pada-Mu, untuk mengutus pekerja-pekerja kedalam tuaian-Mu. Tuhan, saya mengajukan diri saya pada-Mu sebagai satu dari pekerja-pekerja itu. Sesuai kehendak-Mu untuk saya, sesuai yang Engkau pandang cocok untuk keadaan saya, situasi saya dan karunia saya, tolong dorong saya kedalam ladang tuaian agar menjadi pekerja untuk-Mu, Tuhan.

Saya merespons dengan segenap jiwa pada panggilan-Mu atas hidup saya, dan sekarang saya membuat komitmen sepenuhnya pada panggilan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.”
Jika kita baru saja berdoa doa itu, kita bisa bersukacita sepenuhnya, kita tahu bahwa Tuhan sudah mendengar kita, menerima janji kita dan mengamanatkan kita dalam pelayanan-Nya.

Tuhan memberkati kita dan memenuhi kita sementara kita melayani-Nya mulai saat ini dan seterusnya. Kita tahu dengan sepenuh hati bahwa kita dipanggil untuk menaklukkan. Dan hidup kita tidak akan pernah sama.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply