Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pengharapan Panggilan Kita – Bagian 9




eBahana.com – “Maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya” (Yesaya 40:5).
Satu dari isu besar dalam pikiran banyak orang Kristen adalah eskatologi. Kita akan membahas sikap kita terhadap kedatangan Tuhan karena berhubungan dengan panggilan kita dalam Kristus.
Arti “eskatologi,” adalah “pembelajaran apa yang akan terjadi pada akhir zaman.”
Mari kita mulai dengan menyikapi sikap orang-orang Kristen awal terhadap kembalinya Tuhan. Dimana Gereja hidup dengan bergairah mengantisipasi kedatangan Tuhan.
Surat Paulus kepada orang-orang Korintus:
“Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.
Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Korintus 1:7-8).

Gereja Korintus dengan penuh semangat menunggu Tuhan Yesus diungkapkan, dan Paulus menjanjikan mereka bahwa Yesus akan meneguhkan mereka sampai hari itu.
Lalu dalam 1 Korintus 11, dalam ordonansi Perjamuan Malam Terakhir, ada satu ayat berkata: “….setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26).
Menurut ordonansi itu, yang Paulus klaim diberikan padanya melalui pewahyuan langsung dari Tuhan Yesus Kristus, setiap kali kita melakukan Perjamuan Kudus, kita menantikan kedatangan-Nya. Salah satu faedah Perjamuan Kudus merestorasi perspektif kedatangan Tuhan.
Selanjutnya kita lihat beberapa ayat dari surat Paulus kepada orang- orang di Tesalonika:
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya” (1 Tesalonika 3:13).
Orang-orang Kristen Tesalonika ini menanti-nantikan dan mempersiapkan diri mereka supaya tak bercacat dan kudus untuk kedatangan Tuhan. Lebih jauh dalam surat yang sama, kita membaca:
“Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal” (1 Tesalonika 4:15).

Lagi, peristiwa besar yang di antisipasi adalah kedatangan Tuhan. Dan lalu lebih jauh dalam surat yang sama, kita menemukan kata- kata:
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 5:23).
Tampaknya ada hubungan langsung antara kebutuhan untuk kekudusan pribadi dan antisipasi kedatangan Tuhan.
Selanjutnya, mari kita lihat beberapa nas dalam surat-surat Paulus kepada Timotius:
“Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan padamu:
Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Timotius 6:13-14).
Lagi, poin yang mereka lihat, tantangan menjadi setia, adalah kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Maka kita menemukan tantangan serupa dan serius bagi mereka para pengkhotbah.
“Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Timotius 4:1-2).
Dalam surat yang sama, dalam pasal yang sama, Paulus menulis:
“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timotius 4:8).
Kualifikasi yang diperlukan untuk menerima mahkota kebenaran tampaknya yang ditunggu untuk kedatangan-Nya.
Paulus menulis ini pada Titus:
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan- keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (1 Titus 2:11-13).
Lagi, kita melihat hubungan dekat antara kekudusan dan menunggu kedatangan Tuhan. Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa “kedatangan gemilang” Yesus Kristus, motivasi utama mereka hidup saleh.

Selanjutnya mari kita lihat apa yang Yakobus katakan dalam suratnya:
“Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.
Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (Yakobus 5:7-8).
Kedatangan Tuhan tampaknya juga motivasi untuk bertahan. Paulus berbicara mengenai kita sebagai orang Kristen:
“Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1 Petrus 1:5-7).
Terakhir, kita melihat surat pertama Yohanes: “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia datang menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya” (1 Yohanes 2:28).

Apa pun pandangan yang kita miliki mengenai eskatologi, satu fakta jelas. Fakta yang terbukti kebenarannya oleh semua penulis-penulis besar surat-surat Perjanjian Baru. Antisipasi tertinggi orang-orang Kristen Perjanjian Baru adalah kedatangan Tuhan. Mendorong mereka supaya tak bercacat dan kudus. Kualifikasi utama untuk menerima mahkota kebenaran. Menolong mereka bertahan. Motif mereka untuk hidup benar. Mereka hidup dengan mata mereka ke arah peristiwa itu.
Jika itu pandangan Gereja mula-mula, tidakkah harus juga menjadi fokus utama kita?
Ada dua aspek dari gaya hidup ini, dan keduanya bagian dari apa pun panggilan spesifik yang Allah tetapkan atas hidup kita. Pertama, motivasi utama gaya hidup dan panggilan kita harus membawa Injil ke ujung bumi. Kedua, harapan utama gaya hidup dan panggilan kita harus kedatangan Kristus.
Apakah kita bisa menjadi orang seperti itu? Seorang yang hidup dengan satu motivasi utama – menjangkau ujung bumi dengan Injil. Seorang yang memiliki satu pengharapan – kedatangan Tuhan. Gaya hidup orang-orang seperti ini berbeda. Mereka jenis orang yang berbeda.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply