Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Karunia Pengakuan – Bagian 6




eBahana.com – Ada banyak area dalam hidup kita yang kita harus bertobat, mengaku dosa, dan memperoleh pengampunan. Melalui proses didikan Tuhan, kunci untuk merendahkan diri – tidak pelik: mengaku dosa-dosa kita.

Kita tidak bisa tetap congkak di hadirat Allah ketika kita mengaku dosa-dosa pribadi, yang memalukan dan merendahkan kita. Kita mengaku “dosa-dosa” – bukan “masalah-masalah.” Banyak orang tidak mau menggunakan kata “dosa” hari ini. Mereka ingin menyebut kesalahan-kesalahan mereka “masalah-masalah”. Meski demikian, darah Yesus tidak menyucikan kita dari masalah-masalah. Darah Yesus hanya menyucikan kita dari satu hal: dosa (lihat 1 Yohanes 1:7).

Jika kita tidak mengaku dosa-dosa kita, Allah tidak akan menyucikan kita darinya. Kita bertanggungjawab pada-Nya untuk dosa itu, dan kita bertanggungjawab untuk apa yang kita lakukan. Kita tidak bisa menyalahkan kedua orang tua kita, pasangan kita, pendeta kita, atau siapapun lainnya.

Jika kita berdosa, hanya ada satu penyembuhan: mengakuinya pada Tuhan.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

Apakah kita benar-benar percaya ayat ini? Tidak ada kata-kata yang bisa mengekspresikan betapa pentingnya ini dalam hidup kita. Bahwa “ada penyembuhan untuk dosa.” Banyak komunitas-komunitas dan

kebudayaan-kebudayaan dimana orang-orang tidak tahu ada penyembuhan untuk dosa. Betapa istimewanya kita bahwa Allah telah mengungkapkan ini kepada kita. Kita bersyukur pada Allah untuk darah Kristus. Tidak ada yang bisa menyucikan kita dan memurnikan hati kita kecuali darah berharga Domba Allah, Tuhan Yesus Kristus. Ia mencurahkan darah-Nya agar kita diampuni, disucikan, dan di justifikasi.

Apakah kita tahu arti “dijustifikasi” bagi orang percaya? Ini berarti “Saya seolah-olah tidak pernah berdosa,” dibenarkan dengan kebenaran Yesus melalui darah-Nya. Ini bukan kebenaran kita, melainkan milik-Nya. Dan kebenaran-Nya adalah kebenaran yang tidak pernah mengenal dosa. Untuk orang-orang Kristen, di justifikasi adalah realitas kemenangan!

Justifikasi bukan formula teologis yang pelik. Jika

orang-orang Kristen bisa benar-benar mengerti dalamnya tingkat pengampunan yang mereka telah terima melalui Yesus Kristus, mereka akan menjadi benar-benar bergairah! Sebetulnya, hampir berdosa tidak bergairah mengenai pengampunan yang kita terima ketika kita dijustifikasi.

Raja Daud seorang yang mencari hati Allah (1 Samuel 13:14; Kisah Para Rasul 13:22), dan ia banyak melakukan pengakuan dosa. Apakah kita memperhatikan dalam Kitab Suci berapa pengakuan ia lakukan. Dan berapa kali ia bergulat dengan penyakit. Dalam Mazmur 38, Daud berkata:

“Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku” (ayat 4).

Jika kita menginginkan kesembuhan, periksa apakah penyakit kita diakibatkan oleh dosa. Kadang-kadang itu bisa menjadi faktor-faktor penyebabnya. Kita tahu bahwa Daud seorang yang mencari hati Allah. Allah mengasihinya dan ia mengasihi Allah. Meski demikian, ia mengaku, “tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku

oleh karena dosaku.” Dalam ayat selanjutnya, Daud berkata,

“…sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku” (Mazmur 38:5).

Jika kita ijinkan dosa yang tidak diakui menumpuk dalam hidup kita, ini bisa menjadi beban yang ditambahkan ke atas beban yang sudah lebih tinggi dari kepala kita.

Apakah kita goyah hidup dibawah beban dosa yang belum diakui? Jika ini bisa terjadi pada Daud, ini bisa juga terjadi pada siapa saja dari kita. Ini masalah dengan banyak gereja. Kita goyah dibawah beban dosa yang belum diakui. Ini bisa menjadi alasan kurang adanya suka cita, kehidupan riil, kebebasan untuk bersaksi, dan rasa kurang prihatin pada mereka yang belum diselamatkan dalam gereja modern. Dan setiap dosa yang kita lakukan tanpa pengakuan hanya menambah beban pada beban yang sudah ada.

Mengaku dosa-dosa kita kepada Allah adalah apa yang disebut “merendahkan diri vertikal” – kita merendahkan diri kita dalam hubungan vertikal dengan Allah. Mengaku dosa-dosa kita kepada orang lain yang kita sakiti adalah “merendahkan diri horizontal.” Yang kedua mungkin paling

menantang. Sebagai contoh, banyak suami congkak, arogan, dan tidak sensitif dalam hubungan mereka dengan istri-istri mereka. Apa yang perlu mereka lakukan? Mereka perlu merendahkan diri mereka dihadapan istri-istri mereka dan mengakui kegagalan-kegagalan mereka.

Istri-istri bisa juga butuh melakukan hal yang sama. Ini praktik alkitabiah. Yakobus 5:16 berkata,

“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.”

Ini merendahkan diri horizontal. Tidak ada orang yang dikecualikan dari persyaratan mengaku dosa. Bukan hanya pengakuan langkah benar untuk dilakukan, namun juga kunci untuk kesembuhan fisik. “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Dengan kata lain, dosa yang belum diakui adalah halangan kesembuhan. Kunci merendahkan diri adalah mengakui dosa kita. Kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, dan mengakuinya kepada satu sama lain.

Bagaimana kita bisa tahu apa yang harus diakui? Ketika berurusan dengan dosa yang belum diakui, jangan

menyelidiki kedalam karakter kita sendiri, karena lebih dalam kita lakukan, akan menjadi lebih buruk. Itu bukan penyembuhan Allah. Penyembuhan Allah datang melalui Roh Kudus. Roh meyakinkan akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8). Maka, ijinkan Roh Kudus meyakinkan kita apa yang kita perlu akui.

Mari kita pelajari ide ini lebih jauh dengan menunjuk dua ayat mengenai hati dari Yeremia 17, dimulai dengan ayat 9:

“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapa yang dapat mengetahuinya?.”

Kata Ibrani yang diterjemahkan disini sebagai “licik” adalah “akov,” yang adalah kata yang sama dengan yang digunakan dalam nama “Ja-akov,” atau Yakub, yang berarti “pengganti.” Kata pasif bukan aktif. Bukan hati yang ditipu atau diperdaya, sebaliknya hatilah yang menipu.

Dengan kata lain, “hati menipu.” Hati kita menipu. Tidak mengatakan kebenaran pada kita. Menipu kita. Kita tidak bisa mengandalkan hati kita untuk mengatakan kondisi sejatinya.”

Ayat selanjutnya dalam Yeremia 17 mengatakan,

“Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (ayat 10).

Hanya ada satu Pribadi yang benar-benar tahu apa yang ada di hati kita – dan ini bukan kita! Melainkan Tuhan. Jika kita tanya kepada-Nya, Dia akan dengan lembut dan anggun mulai mengungkapkan kepada kita kondisi hati kita sebenarnya. Kita memiliki konsep yang kabur betapa memperdaya dan jahatnya hati kita. Sekali lagi, hanya Satu yang bisa menunjukkan kodrat sebenarnya hati kita – Tuhan, melalui Roh Kudus.

Dalam Matius 12:28, Yesus berkata, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah…..” Dalam Lukas 11:20, Ia berkata, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah – dalam alkitab versi bahasa Inggris ditulis menunjuk dengan jari.” Ini mengatakan pada kita bahwa Roh Kudus adalah “jari” Allah. Ketika Allah berurusan dengan kita, Ia tidak meletakkan seluruh tangan-Nya di hati kita dan berkata, “Ada masalah disitu.” Ia meletakkan jari-Nya di area khusus hidup kita dan berkata, “disini letak masalahnya.” Ia akan sangat spesifik dalam mengatakan masalah kita.

Karenanya, jangan bergantung pada hati kita sendiri untuk mengatakan pada kita kebenaran tentang diri kita. Hanya Satu yang memiliki kualifikasi untuk melakukan itu – Tuhan. Ia akan sangat anggun. Ia tidak akan mengagetkan kita dengan semuanya sekaligus. Ia tahu kita tidak akan bisa menghadapinya.

Ketika kita berpikir tentang Raja Daud dan dosa-dosa yang ia lakukan – termasuk perzinahan dan pembunuhan – benar-benar mengagumkan ia disebut seorang yang mencari hati Allah. Jadi jangan patah semangat, ketika Allah meletakkan jari-Nya pada area-area berdosa dalam hidup kita yang kita tidak sadar kita perlu bertobat, mengaku, dan menerima pengampunan. Kita masih tetap bisa menjadi seorang yang mencari hati Allah jika kita belajar merendahkan diri kita dihadapan-Nya. Ada awan besar dosa yang belum diakui di atas gereja Yesus Kristus. Bukan untuk menghukum kita, karena Allah tidak datang untuk menghukum kita. Ia ingin mengampuni dan membebaskan kita, jika kita bersedia mengaku dosa-dosa kita.

Bagaimana kita bisa tahu apa yang Allah syaratkan untuk kita akui? Kita perlu minta Allah menunjukkan kita melalui

Roh Kudus-Nya. Doa Daud dalam Mazmur 139:23-24 adalah tipe permohonan ini:

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Mari kita berdoa doa Daud ini sehubungan dengan diri kita. Ketika berdoa doa seperti ini, kita dituntut untuk meluangkan waktu sendiri dalam hadirat Allah untuk mendengar jawaban-Nya. Mari kita membuka hati kita kepada Allah sekarang dengan berdoa doa berikut bersama:

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” Tuhan Allah, tunjukkan pada saya hal-hal dalam hidup saya yang tidak menyenangkan-Mu. Tunjukkan cara-cara saya menyakiti orang lain. Tunjukkan saya cara-cara saya menyakiti keluarga saya sendiri. Tuhan, tolong tangani saya dengan lembut. Jangan bawa saya terlalu cepat.

Saya benar-benar ingin melepaskan dosa dari hidup saya. Saya sungguh-sungguh ingin merendahkan diri. Terima kasih Engkau telah membawa saya kedalam jalan kekekalan. Dalam nama Yesus. Amin.

Kita sudah mengangkat doa ini, kita harus siap ketika Allah dengan serius membawa kita. Jika kita katakan pada-Nya, “Selidiki aku, ya Allah,” seperti Daud lakukan, Ia akan menyelidiki kita. Kita bisa mengharapkan Allah menunjukkan kita area-area itu dalam hidup kita yang kita perlu akui. Mari kita mengakuinya. Mari kita bertobat, menerima pengampunan Allah, dan minta kuasa Roh Kudus merubah kita.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply