Yesus adalah Pintu yang Baik dan Benar (5)
eBahana.com – Sejak dahulu hingga sekarang, kejahatan pencuri dan perampok selalu menjadi momok masyarakat. Apa yang membedakan antara pencuri dan perampok pada zaman dahulu dan sekarang? Kejahatan pencurian dan perampokan juga mengalami perkembangan zaman sesuai dengan era yang ada. Pada zaman dahulu mereka yang akan melakukan kejahatan pencurian dan perampokan lebih banyak menggunakan kekuatan fisik, baik perseorangan maupun kelompok.
Sementara pada era sekarang, kejahatan lebih banyak menggunakan akal sehat dan pengetahuan. Hal yang perlu diingat dan disadari oleh kita, hanya kekuatan iman kepada Allah dan kuasa Roh Kudus yang mampu memfilter supaya kita tidak menjadi korban pencurian dan perampokan serta kita juga tidak terjerumus ke dalam pencurian dan perampokan. Dengan kekuatan itu hendaknya kita mampu mengenali modus pencurian dan perampokan. Salah satu modus dari pencurian dan perampokan adalah seperti yang ditulis oleh rasul Yohanes di dalam Injil.
Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
Salah satu modus yang dikatakan di dalam Injil Yohanes adalah: “Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok.” Hal yang dimaksudkan dengan yang datang sebelum Aku adalah: ada seseorang, baik pribadi maupun kelompok yang masuk kandang dan ingin membawa domba-domba pergi. Namun maksud dan tujuannya tidak terlaksana karena “domba-domba itu tidak mendengar mereka.” Dengan kata lain mereka gagal membawa domba-domba pergi karena domba-domba tersebut tidak mengenal mereka. Pada dasarnya mereka tidak bisa memaksa untuk pergi. Domba-domba itu bisa pergi jika terjadi kesepakatan atau terkena tipu daya pencuri atau perampok.
Disadari atau tidak, yang dikatakan rasul Yohanes dan sering manusia lakukan adalah pada ayat: Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok. Tindakan mencuri dan merampok itu tidak hanya mengambil atau merampas segala sesuatu yang sifatnya benda. Kita pun sebagai pengikut Kristus seringkali bersikap mendahului kehendak-Nya. Salah satu bentuk dari mendahului Tuhan adalah menghakimi orang lain, merendahkan, menghina orang lain. Sebab dengan kita melakukan hal di atas itu seolah kita sebagai Yang Maha Kuasa.
Kita sering berpwrilaku sebagai hakim padahal kita bukan hakim. Terlebih pada era serakrang, pencurian dan perampokan non benda itu sangat banyak dilakukan. Justru peristiwa-peristiwa itu dilakukan oleh orang yang berpengetahuan, berpendidikan dan berderajat pangkat tinggi, baik negeri maupun swasta. Apa yang dilakukan mereka yang berkaitan dengan tindakan mencuri dan merampok? Hal yang sering mereka lakukan adalah penyalahgunaan wewenang, seperti melakukan tindakan yang bukan menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) namun dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok atau golongannya.
Pertanyaanya, apakah di dunia spiritualitas juga ada praktik-praktik yang telah disebutkan di atas? Walaupun di dalam kehidupan kerohanian yang seharusnya steril dari praktik-praktik tersebut di atas tetapi pada kenyataanya justru banyak sekali mereka melakukan hal itu. Mereka mengatasnamakan pekerjaan Tuhan, mengatasnamakan jemaat yang seharusnya untuk kemuliaan nama Tuhan tetapi untuk kemuliaan diri sendiri.
Memang pencurian dan perampokan non benda ini sangat sulit dibuktikan dan ditangkap untuk diadili karena tidak semua orang bisa menangkap dan menemukan bukti kejahatanya. Sebab membutuhkan investigasi (penyidikan dan penyelidikan ) untuk mengungkapnya. Hanya penegak hukum yang bisa melakukannya, yaitu kepolisian dan kejaksaan. Keduanya diberi wewenang dengan Undang Undang dan peraturan pemerintah. Oleh karena itu kita harus waspada dalam kehidupan. Dengan selalu memperbaharui iman kepada Tuhan dan tidak lupa memperbaharui orientasi di dalam melakukan apapun juga. Hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Hanya kekuatan firman dan kekuatan Roh Kudus yang akan memberikan kesanggupan kepada kita smua.
(Markus Sulag)