Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Maka Tibalah Akhir




eBahana.com – Kita sekarang akan membahas fase penutupan terakhir kebangkitan. Paulus mengindikasikan ini akan didahului dengan kebangkitan orang-orang percaya sejati – “mereka yang milik Kristus saat kedatangan-Nya” – dan akan bersamaan dengan perwujudan kerajaan seribu tahun Kristus. “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.

Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.

Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”(1 Korintus 15:23-26).

Dalam ayat 24 Paulus melanjutkan fase akhir kebangkitan, dengan frasa “Kemudian tiba kesudahannya.” Ia melanjutkan untuk mengindikasi peristiwa-peristiwa utama lain yang berhubungan dengan fase akhir kebangkitan ini.

Pada waktu itu Kristus sudah menyelesaikan pemerintahan seribu tahun-Nya di bumi, pada akhir dimana Allah Bapa akan membawa semua musuh-musuh Kristus takluk pada-Nya. Terakhir dari musuh- musuh ini adalah maut.

Setelah itu, Kristus Anak akan pada gilirannya menyerahkan kerajaan-Nya pada Allah Bapa. Sesuai dengan posisi-Nya sebagai Anak, Ia akan secara suka rela menempatkan diri-Nya dan kerajaan- Nya takluk pada Bapa-Nya.

Peristiwa akhir kerajaan seribu tahun Kristus di bumi digambarkan melalui dua ayat Paulus. “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menakklukan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Korintus 15:28).

Sementara kita mempelajari gambaran nubuatan akhir ini, kita perhatikan harmoni sempurna yang ada dalam Trinitas antara Bapa dan Anak. Pertama Allah Bapa akan, selama kerajaan seribu tahun, menjadikan Kristus Anak sebagai perwakilan dan pemerintah-Nya yang ditunjuk atas segala sesuatu. Pada akhir dari periode ini Bapa akan membawa semua musuh Kristus takluk pada-Nya – musuh terakhir maut. Setelah itu Kristus Anak akan pada gilirannya takluk pada otoritas Bapa Sendiri dan semua yang Bapa sudah taklukkan pada-Nya. Dengan cara ini, Paulus berkata, Allah Bapa, melalui Kristus, akan “menjadi semua di dalam semua.”

Penyerahan seluruh kerajaan ini oleh Kristus pada Bapa merepresentasi klimaks dan puncak rencana Allah untuk semua zaman. Paulus juga menggambarkan kemuliaan puncak tujuan Allah ini. “Sebab Ia (Allah) telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi” (Efesus 1:9-10).

Mempersatukan bersama segala sesuatu dalam Kristus oleh Allah Bapa, Paulus berkata, akan mengantar masuk “dispensasi (periode) kepenuhan waktu” artinya, periode yang akan menandai puncak dan perwujudan rencana Allah yang secara gradual menjadi dewasa sepanjang zaman-zaman.

Jika kita kembali pada Wahyu 20 kita akan melihat bagaimana kebangkitan akhir semua sisa orang mati akan dihubungkan dengan bagian-bagian lain rencana Allah untuk mengantar pemerintahan seribu tahun Kristus.

Yohanes menggambarkan usaha terakhir Satan untuk melawan otoritas Allah dan Kristus dan mendorong pemberontakkan melawannya. Ini terjadi pada akhir kerajaan seribu tahun. “Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut.

Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam selama-lamanya” (Wahyu 20:7-10).

Yohanes menggunakan frasa-frasa “perkemahan tentara orang- orang kudus” dan “kota yang dikasihi” untuk menggambarkan kota Yerusalem dan teritori sekelilingnya.

Selama kerajaan seribu tahun, Yerusalem akan menjadi pusat duniawi administrasi dan pemerintah atas bangsa-bangsa di bumi.

Selama masa ini Satan (Iblis) akan dibatasi sebagai tahanan dalam jurang maut, namun saat mendekati akhir ia akan di ijinkan pergi bebas cukup lama untuk mendorong pemberontakkan terakhir diantara bangsa-bangsa non-Yahudi, yang akan berujung dengan usaha menyerang Yerusalem.

Allah akan intervensi, namun, dengan api dari surga. Pemberontakkan akan secara total dikalahkan. Dan Satan sendiri akan dilempar ke lautan api kekal, disana disiksa selama-lamanya bersama dengan binatang (Antikris) dan nabi palsu. Mereka sudah terlebih dulu di lempar ke lautan api dan belerang saat Kristus kembali ke bumi dan dimulainya kerajaan seribu tahun.

Setelah Yohanes menggambarkan kebangkitan terakhir semua orang mati. “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.

Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya, dan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.

Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkan ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.

Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu 20:11-15).

Dalam catatan ini kita perhatikan kebangkitan terjadi lebih dulu, sesudah itu baru penghakiman. Prinsip sama ini dapat dilihat dalam setiap tahap kebangkitan. Karena di dalam tubuh mereka orang- orang melakukan perbuatan baik atau jahat, dalam tubuh mereka juga mereka harus hadir dihadapan Allah untuk mendengarkan penghakiman-Nya atas perbuatan-perbuatan itu.

Kita sudah melihat semua mereka yang percaya Kristus untuk keselamatan akan dibangkitkan sebelum seribu tahun. Ini akan termasuk orang-orang benar perjanjian lama dan orang-orang benar perjanjian baru. Karenanya, mayoritas mereka yang dibangkitkan pada akhir seribu tahun adalah orang-orang yang mati dalam dosa atau tidak percaya.

Dalam hubungan ini signifikan Yohanes mengacu pada mereka yang dibangkitkan pada akhir seribu tahun sebagai “orang mati.” Ia berkata, “aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu.” Ini berbeda dari bahasa yang ia gunakan untuk menggambarkan kebangkitan orang benar yang mati pada awal kerajaan seribu tahun. Mengenai ini ia berkata, “dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun” (Wahyu 20:4).

Jadi, mengenai kebangkitan orang benar, Yohanes berkata bukan hanya mereka dibangkitkan, namun juga “mereka hidup.”

Dilain pihak, mereka yang Yohanes lihat dibangkitkan pada akhir seribu tahun masih “mati.” Meski dibangkitkan dari kubur dalam tubuh mereka, mereka masih secara spiritual mati – mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, di asingkan dan di putus dari hadirat dan persekutuan dengan Allah. Mereka dibawa kehadapan Allah untuk terakhir kali, hanya untuk mendengar keputusan penghakiman terakhir-Nya atas mereka. Setelah itu, tujuan mereka adalah lautan api, “kematian kedua,” tempat terakhir, pembuangan kekal dari hadirat Allah, tempat tanpa harapan perubahan dan kembali.

Diantara semua ini, namun, Kitab Suci mengindikasikan akan ada sedikitnya dua katagori orang-orang yang akan mucul pada kebangkitan kehidupan dan bukan penghukuman.

Satu katagori termasuk orang-orang seperti ratu dari Selatan – Sheba dan orang-orang Niniwe yang disebut oleh Yesus. “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!

Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus” (Lukas 11:31-32).

Dalam tiap contoh-contoh ini jelas orang-orang dari generasi ini (yang menolak belas kasih yang ditawarkan pada mereka melalui Yesus) akan dibangkitkan untuk penghakiman dan penghukuman. Bersama dengan mereka dua kelompok akan dibangkitkan yang akan menerima belas kasih saat penghakiman: ratu dari Selatan dan orang-orang Niniwe.

Tidak seperti orang-orang benar perjanjian lama, dua kelompok ini tidak diberi pewahyuan mengenai pengorbanan penebusan Kristus – bayangan nubuat – dimana mereka bisa percaya untuk keselamatan. Akibatnya mereka tidak akan termasuk dalam kebangkitan sesuai ayat “mereka yang milik Kristus saat kedatangan-Nya.” Namun, mereka merespons dalam iman pada terang yang datang pada

mereka. Pada akhir seribu tahun, karenanya, mereka akan dibebaskan dari penghukuman dan mengalami kebangkitan kehidupan.

Apakah akan ada orang-orang lain dalam katagori yang sama seperti ratu dari Selatan dan orang-orang Niniwe? Jika demikian, siapa? Dan berapa? Jawaban untuk pertanyaan ini bisa datang hanya dari kemahatahuan Allah Sendiri. Satu hal, namun, pasti: mereka yang sudah mendengar dan menolak injil Kristus sudah menutup selama- lamanya diri mereka dari belas kasih Allah.

Katagori kedua orang-orang yang dibebaskan dari penghukuman pada kebangkitan terakhir adalah orang-orang benar yang mati selama kerajaan seribu tahun Kristus di bumi.

Mengenai masa seribu tahun ini, kita menemukan catatan nubuatan berikut dalam Yesaya. “Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk” (Yesaya 65:20).

Gambaran yang diberikan disini oleh Yesaya kehidupan di bumi selama seribu tahun mengindikasikan meski rentang hidup manusia diperpanjang, namun orang benar dan orang berdosa yang mati dalam masa seribu tahun akan tetap tunduk pada kematian. Dari sini kita bisa simpulkan orang benar yang mati dalam masa seribu tahun akan dibangkitkan pada akhir masa namun tidak akan mengalami penghukuman Allah seperti diberlakukan atas orang fasik yang dibangkitkan pada saat yang sama.

Jika kita sekarang kembali pada Wahyu 20 kita perhatikan kelengkapan dan akhir kebangkitan yang digambarkan oleh Yohanes. “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya” (Wahyu 20:13).

Bagi kebangkitan akhir sisa orang yang mati ini tidak ada pengecualian. Termasuk “setiap orang.” Tidak ada yang yang dihilangkan. Setiap realm dari alam semesta ciptaan Allah dipanggil melalui otoritas ilahi untuk menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya. Tiga kata yang Yohanes gunakan dalam hubungan ini adalah “laut,” “Kematian” dan “Hades.”

Kata Yunani “Hades” sesuai dengan kata Ibrani “Sheol” yang digunakan dalam Perjanjian Lama. Hades atau Sheol adalah tempat penahanan sementara untuk roh-roh meninggal, sebelum kebangkitan dan penghakiman akhir mereka. Setelah kebangkitan dan penghakiman akhir, orang-orang fasik diserahkan ke lautan api dan belerang. Kata Ibrani yang biasanya digunakan dalam Perjanjian Lama untuk lautan api ini bukan “Sheol” namun “Gehenna.”

Ada karenanya perbedaan jelas antara Sheol, atau Hades, dan Gehenna, atau lautan api. Sheol adalah tempat penahanan sementara bagi roh-roh yang diserahkan, namun bukan tubuhnya, dari orang meninggal. Gehenna adalah tempat akhir, hukuman tanpa akhir dimana diserahkan, setelah kebangkitan, seluruh kepribadian setiap orang fasik – roh, jiwa, dan tubuhnya bersama.

Perbedaan antara Sheol dan Gehanna lebih jauh dikemukakan melalui pernyataan Yohanes dalam Wahyu 20:14. “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.”

Apa sebenarnya kodrat Kematian dan Hades seperti diungkapkan dalam Perjanjian baru? Visi terkenal Yohanes mengenai empat penunggang kuda memberi terang atas pertanyaan ini. Mengenai penunggang kuda keempat, Yohanes berkata: “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya” (Wahyu 6:8).

Jelas dari catatan ini Kematian dan Hades diungkapkan Yohanes sebagai pribadi. Hanya pribadi bisa duduk di atas kuda, dan hanya pribadi lainnya bisa mengikuti yang pertama. Nas ini karenanya memberi terang pada kodrat Kematian dan Hades seperti diungkapkan dalam Kitab Suci.

Dalam arti kematian adalah kondisi. Penghentian kehidupan, pengalaman yang menghasilkan pemisahan roh dari tubuh. Namun, Kematian juga pribadi. Kematian adalah malaikat gelap, pelayan Satan yang mengklaim roh setiap orang fasik dan jahat yang dipisah dari tubuh ketika ia mati.

Kebenaran serupa diaplikasikan juga pada Hades. Dalam arti Hades adalah tempat penahanan bagi roh-roh meninggal. Dalam arti lain, namun, Hades adalah pribadi. Hades, seperti Kematian, adalah malaikat gelap, pelayan Satan, mengikuti erat di atas tumit Kematian.

Hades mengambil alih roh-roh orang-orang fasik dan jahat yang sudah di klaim oleh Kematian dan memimpin mereka ke alam roh- roh meninggal dari mana ia menerima namanya – yaitu, Hades.

Jadi Kematian dan Hades adalah malaikat-malaikat gelap, pelayan- pelayan kerajaan Satan. Namun perbedaan antara mereka adalah: Kematian pertama mengklaim roh-roh meninggal dari semua yang mati dalam ketidakbenaran (tidak dijustifikasi atau diselamatkan); Hades menerima mereka dari Kematian dan memimpin mereka ke tempat penjara yang ditetapkan. Untuk alasan ini Yohanes melihat mereka bergerak diantara orang-orang dalam urutan itu: pertama Kematian, mengklaim roh-roh meninggal, lalu Hades, membawa mereka ke penjara di dunia bawah.

Pemandangan dari Wahyu ini memberi terang pada kata-kata Yesus. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (Yohanes 8:51).

Yesus tidak berkata disini orang percaya tidak akan mengalami kematian fisikal. Ia berkata orang percaya tidak akan “mengalami maut.” Ia tidak mengacu pada kondisi kematian fisikal, yang menghasilkan pemisahan roh dari tubuh. Ketika Ia berbicara mengenai “mengalami maut,” Ia mereferensi pada pribadi malaikat gelap yang namanya Kematian, dan pada malaikat gelap lain yang namanya Hades.

Yesus maksudkan roh orang percaya sejati, ketika meninggalkan tubuh, tidak akan berada di bawah dominion dua malaikat gelap ini, Kematian dan Hades. Melainkan, seperti orang miskin Lazarus, roh meninggal orang percaya sejati akan diterima oleh malaikat- malaikat Allah – malaikat-malaikat terang – dan bersama mereka di kawal ke Firdaus.

Dengan ini di pikiran, kita juga bisa mengerti pernyataan Paulus “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut” (1 Korintus 15:26), dan juga pernyataan Yohanes “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api” (Wahyu 20:14).

Dalam setiap dari nas-nas ini referensi utama adalah pada Kematian dan Hades sebagai pribadi-pribadi, sebagai malaikat-malaikat gelap, pelayan-pelayan Satan dan musuh-musuh Allah dan umat manusia. Terakhir dari semua musuh-musuh Allah yang menerima penghakiman adalah Kematian. Bersama dengan Hades ia akan dilempar ke lautan api, disana bergabung tuan mereka, Satan, dan semua pelayan-pelayan Satan dan pengikut-pengikut lainnya: malaikat dan manusia.

Dengan tindakkan penghukuman terakhir ini, musuh-musuh Allah terakhir akan selama-lamanya diusir dari hadirat-Nya.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply