Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Gambaran Surga & Hidup Adalah Pertempuran – Bagian 1




  • Dalam 2 Korintus 12:2-4 Paulus menulis:
    “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

Aku juga tahu tentang orang itu – entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”

Nas-nas ini mengindikasi ada tiga surga, satu diatas lainnya. Paling atas apa yang Paulus gambarkan sebagai “surga ketiga.” Lokasi Firdaus dan tempat tinggal pribadi Allah, tempat paling suci di alam semesta. Nas-nas ini memberi kita konsep yang sering diasosiasikan dengan surga – kekudusan. Kata-kata yang diucapkan disana begitu sakral sehingga tidak boleh diucapkan manusia.

“Paradeisos” atau firdaus adalah kata Yunani untuk “taman.” Menggambarkan taman Allah di surga. Firdaus tujuan akhir semua orang berdosa yang sudah benar-benar bertobat dan yang sudah bertahan dan bertekun dalam kehidupan iman. Di salib, Yesus menjanjikan pencuri yang menyesal keduanya akan bersama-Nya di Firdaus hari itu: “Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Kitab Wahyu memperkenalkan kita pada daerah yang direfer sebagai “surga tengah.” Ini menggambarkan bentangan besar dengan berbagai tipe makhluk yang datang dan pergi.

Ayat-ayat berikut menggambarkan makhluk-makhluk kuat yang membuat proklamasi dari surga tengah.

“Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit [secara harfiah, surga tengah] dan berkata dengan suara nyaring: “Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya” (8:3).

“Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit [secara harfiah, surga tengah] dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum” (14:6).

“Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit [secara harfiah, surga tengah], katanya: “Marilah kesini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar” (19:17).

Kata Yunani yang digunakan untuk surga tengah adalah “mesouranema”, yang berarti, surga tengah. Ini adalah surga kedua.

Kita bisa asumsikan, surga yang bisa dilihat dengan mata natural kita – adalah surga pertama. Semua penduduk bumi terbiasa hidup di surga ini.

Bagaimana dengan penghuni surga? Jenis makhluk apa mereka? Nama yang paling umum untuk mereka adalah “malaikat”. Kata “malaikat” berasal dari kata benda Yunani “angelos,” yang adalah kata standar untuk “pengabar.” Malaikat, karenanya, dipandang sebagai pengabar-pengabar yang dikirim dari surga.

Tidak semua malaikat, meski demikian, pengabar. Mereka memiliki berbagai fungsi potensial lain. Apapun tugas mereka, mereka diutus oleh Allah untuk tujuan-tujuan-Nya.

Namun Kitab Suci membuat jelas ada juga malaikat-malaikat jahat yang diutus oleh Satan (Iblis). Beberapa dari konflik ini digambarkan dalam Kitab Suci khususnya dalam Kitab Daniel.

Maka kita menghadapi fakta bahwa dunia yang kita ketahui hari ini berada dalam konflik. Konflik ini tidak terbatas pada bumi.

Termasuk semua yang terjadi di surga kedua.
Malaikat-malaikat yang diutus oleh Allah memiliki tiga tugas utama. Pertama, mereka pengabar-pengabar Allah. Kedua, mereka agen- agen yang di utus untuk melindungi mereka yang berada dalam bahaya. Ini digambarkan sebagai “malaikat-malaikat penjaga.”

Dalam Matius 18:10 Yesus berbicara mengenai anak-anak yang memiliki malaikat-malaikat di surga yang terus menerus melihat wajah Bapa.

Mata Bapa yang mengawasi, mengarahkan malaikat- malaikat itu kepada anak-anak yang rentan dan mudah diserang. Katagori ketiga adalah malaikat-malaikat prajurit atau pejuang yang terlibat dalam konflik dengan malaikat-malaikat musuh.

Banyak orang Kristen berasumsi surga tempat damai dan harmoni, keindahan dan penyembahan. Ini mungkin benar dengan “surga ketiga,” namun tidak berlaku pada surga pertama dan kedua. Beberapa ayat Kitab Suci memberi gambaran yang sangat berbeda dari apa yang saat ini sedang berlangsung di surga kedua. Dari waktu ke waktu terjadi konflik besar antara malaikat-malaikat yang berperang – beberapa melayani Allah dan yang lainnya melayani Satan. Terutama di daerah-daerah surgawi (udara) konflik terjadi.

Satan juga melemparkan tuduhan-tuduhan fitnah terhadap orang- orang Kristen di bumi yang melayani Tuhan. Dalam Wahyu 12:10, ia digambarkan oleh malaikat sebagai “pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”

Kitab Suci memprediksi bahwa Satan akan dilempar keluar dari surga kedua. Namun sebelum ini terjadi, jelas ia masih terus menduduki tempat di udara dan ia memenuhi udara dengan tuduhan-tuduhan jahat terhadap umat Allah.

Ayat berikut peringatan pada penduduk bumi apa yang akan terjadi ketika Satan di lempar dari surga ke bumi: “celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat” (Wahyu 12:12).

Ayat-ayat ini menanti-nantikan masa ketika Satan memiliki “waktu singkat.” Mungkin sudah dekat, tapi belum digenapi. Sudah pasti peristiwa-peristiwa yang digambarkan terjadi di surga belum sampai penggenapan.

Kita perlu realistik, karenanya, mengenai aktifitas-aktifitas Satan saat ini. Banyak orang Kristen terbiasa berbicara seolah-olah Satan di batasi di neraka, namun ini tidak benar. Ada dua pangeran satanik disebut Kematian dan Hades yang memerintah di neraka (lihat Wahyu 20:13), namun Satan sendiri berkeliling dengan bebas di seluruh alam semesta. Ini digambarkan dalam Ayub 1:6-7: “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.

Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”

Nas ini mengindikasi bahwa Satan bisa datang bahkan kehadapan hadirat Allah bersama malaikat-malaikat kebenaran yang melayani Tuhan. Meski demikian, dalam contoh ini Tuhan satu-satunya yang sebenarnya bisa mengindentifikasinya sebagai Satan. Malaikat- malaikat lain tidak mengenal siapa dia. Ini sesuai dengan pernyataan Paulus dalam 2 Korintus 11:14: “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat tetang.”

Hidup penuh dengan konflik, pergulatan dan perang. Banyak dari kita menerima ini sebagai fakta tanpa pertanyaan.

Apa alasan semua konflik di dunia? Apakah kita menerima yang abnormal sebagai sesuatu yang normal? Kenapa ada perang? Kenapa ada pergulatan, percekcokan dan perselisihan? Apakah Kitab Suci memberi kita penjelasan sebab semua konflik? Bagaimana awalnya, akankah selalu begitu?

Ketika kita melihat Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa konflik, perang dan sikap “prajurit rohani” diterima sebagai bagian dari kehidupan Kristen. Konflik bukan sesuatu yang luar biasa yang hanya sedikit orang Kristen hadapi. Alkitab mengajar bahwa semua orang Kristen harus siap menghadapi konflik dan peperangan di alam spiritual.

Pertama kita akan melihat beberapa ayat Kitab Suci yang menggambarkan konflik dan peperangan sebagai bagian normal dari kehidupan Kristen. Lalu kita akan mencari ayat-ayat Kitab Suci untuk melihat bagaimana semua dimulai.

Referensi pertama kita adalah 2 Korintus 10:3-5:
“Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.”

Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhkan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.
Paulus berbicara disini berkenaan dengan semua orang Kristen. Ia berkata kita berjuang – tidak di alam kedagingan melainkan di alam spiritual.

Kita memiliki senjata dalam peperangan kita, kita menyerang dan meruntuhkan benteng-benteng. Paulus menggunakan empat ekspresi militer dalam tiga ayat: perang (berjuang), senjata, meruntuhkan benteng-benteng, menawan. Ini esensial dan bagian yang tidak bisa dihindari dari kehidupan Kristen.

Perhatikan dari awal Perjanjian Baru tidak meletakkan orang-orang Kristen pada posisi defensif namun pada posisi ofensif. Ini satu dari kesalahan-kesalahan terbesar

Kekristenan saat ini. Kita memandang diri kita berada pada posisi defensif. Kita orang-orang Kristen yang harusnya memerangi musuh kita. Kita tidak boleh menunggu untuk melihat apa yang musuh akan lakukan pada kita.

Dalam Matius 16:18, Yesus berjanji mengenai Gereja-Nya: “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Dalam peperangan hari-hari itu, “gerbang” kota adalah tempat lemah dimana tentara penyerang akan fokus melakukan penyerangannya. Yesus menjanjikan kita bahwa kita (Gereja) akan melakukan tindakkan ofensif melawan benteng-benteng satanik dan mempenetrasi gerbang-gerbang mereka dan mereka tidak akan bisa mendorong kita keluar. Kita yang harus menahan musuh dalam ketidakpastian: “Apa yang orang-orang Kristen akan lakukan selanjutnya.”

Dalam 1 Timotius 1:18 kita menemukan kata-kata yang diucapkan Paulus kepada Timotius sebagai pemberita Injil: “Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik.”

Timotius seorang muda yang sudah dipanggil sejak awal hidupnya untuk memberitakan Injil. Nubuat-nubuat sudah diberikan atasnya yang memberi garis besar tipe pelayanan yang Allah tetapkan. Memperingatkan konflik, oposisi dan bahkan bahaya. Paulus mengatakan, “Aku ingin engkau ingat nubuat-nubuat yang engkau sudah terima, dan memperjuangkan perjuangan yang baik.

Engkau harus melayani sepenuh hati dengan keberanian dan dedikasi dalam peperangan spiritual – sebagai komitmenmu untuk melayani Yesus Kristus.” Kata “peperangan” disebut lagi.

Dalam 2 Timotius 2:3-4 Paulus kembali pada tema yang sama, mengaplikasikan kata “prajurit” pada Timotius untuk menggambarkan pelayanan Kristennya.
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.

Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”

Paulus berasumsi Timotius seorang prajurit, terlibat dalam peperangan spiritual, dipilih untuk peperangan ini oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia harus, karenanya, berperilaku dengan cara yang sesuai dengan posisinya sebagai seorang prajurit. Sama sekali berbeda dari kehidupan sipil. Seorang prajurit harus tahu ia tidak bisa hidup seperti orang sipil.

Paulus membawa pelajaran ini pada Timotius sebagai pemberita Injil: “Engkau tidak bisa hidup seperti orang lain. Engkau memiliki panggilan khusus. Engkau mengemban tanggungjawab khusus. Engkau dipisahkan, seperti prajurit dipisahkan untuk hidup khusus.” Lagi kita melihat asumsi bahwa kehidupan Kristen melibatkan peperangan.

Kembali pada Efesus 6:12, kita menemukan gambaran jelas lain kehidupan Kristen: “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Paulus disini mengilustrasikan kehidupan Kristen dengan metafora dari Pertandingan Olimpiade: perjuangan [bahasa aslinya pertandingan gulat]. Ia berkata sebagai orang-orang Kristen kita terlibat dalam pertandingan gulat. Gulat melibatkan seluruh pribadi seseorang. Bentuk konflik paling total tubuh dalam sport. Ini tipe kontes khusus yang Paulus gunakan untuk mengilustrasi kehidupan Kristen.

“Karena perjuangan [pertandingan gulat] kita bukanlah melawan darah dan daging – kita tidak bergulat melawan pribadi-pribadi manusia – tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan otoritas-otoritas, melawan dominator-dominator dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Pernyataan-pernyataan ini perlu mendapat perhatian. Perhatikan gambaran luar biasa yang mengkonfrontasi kita: orang-orang Kristen terlibat dalam pertandingan gulat, bukan melawan pribadi-pribadi manusia tetapi melawan makhluk-makhluk spiritual, tidak terbatas di bumi melainkan juga di udara (surga kedua).

Kehidupan Kristen bukan musik indah; setiap orang Kristen yang berkomitmen akan menemukan peperangan menjadi bagian dari pengalaman totalnya. Karena pemerintah kita di surga berperang, kita di bumi secara otomatikal juga berperang.

Pemerintah surgawi kita berperang dengan kerajaan Satan. Karenanya, kita disyaratkan mengambil tempat kita sebagai prajurit dalam perang ini.

Kebenaran ini mengenai peperangan spiritual dikuatkan dengan cara Alkitab berbicara mengenai Allah Sendiri sebagai komandan militer. Bahasa ini tidak terjadi hanya sekali atau dua kali tetapi ditemukan sepanjang Kitab Suci. Sebagai contoh, Keluaran 15:3 mencatat kidung yang Musa dan anak-anak Israel nyanyikan melewati air Laut Merah.

Melihat penghakiman Allah menghancurkan seluruh tentara Mesir, bangsa Israel menunjukkan ekspresi rasa syukur dan rasa kemenangan mereka dalam lagu: “TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya.”
Dalam Ibrani asli, kata TUHAN, dengan huruf besar, merepresentasi nama sakral empat huruf “YHWA” atau “Jehovah.” Para sarjana modern cenderung menggunakan “Yahweh.”

Jadi kita bisa menulis ayat itu: “TUHAN itu pahlawan perang; Yahweh nama-Nya.” Ayat berikutnya ditulis: “Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau” (ayat 4).

Perhatikan Allah, sebagai komandan militer, telah mengakibatkan kekalahan total atas musuh-musuh umat-Nya. Bukan hanya metafora tetapi benar-benar mengekspresi hasil-hasil yang dicapai.

Lalu dalam Yosua 5 kita melihat Yerikho dikepung oleh tentara- tentara Israel. Yosua tidak diragukan mencoba merencanakan strateginya untuk merebut kota kuno yang dipertahankan dan dibentengi dengan baik ini.

Seorang menampakan diri pada Yosua yang tentunya bukan orang biasa, melainkan “TUHAN” Sendiri. Ini diilustrasikan dalam tiga ayat berikut:

“Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: “Kawankah engkau atau lawan?”

Jawabannya: “Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang.” Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?”

Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.” Dan Yosua berbuat demikian” (Yosua 5:13-15).

Disini Pribadi ilahi datang pada Yosua – dengan mengunus pedang- Nya – dan mengungkapkan identitas-Nya: “Aku Panglima Balatentara TUHAN.” Tidak dipertanyakan lagi bahwa ini Satu yang kemudian dimanifestasi dalam sejarah manusia sebagai Yesus dari Nazaret, Anak kekal Allah. Komandan ini bukan Bapa tetapi Anak.

Ini satu dari banyak ayat-ayat Perjanjian Lama dimana Ia dimanifestasi kepada manusia, termasuk Abraham, Yakub, Musa dan Yosua. “TUHAN” mendeklarasi diri-Nya Sendiri sebagai komandan militer dan Ia telah menghunus pedang di tangan-Nya. Ini bagian dari gambaran total Alkitab mengenai Allah.

Presentasi serupa mengenai Tuhan sebagai pejuang tertulis dalam Mazmur 24:8: “Siapakah itu Raja Kemuliaan?”
“TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!”

Alkitab menekankan terus menerus bahwa Tuhan pejuang perang! Sesuai dengan ini, kita menemukan seratus nas dalam Kitab Suci dimana Jehovah disebut “TUHAN semesta alam” atau “Allah semesta alam” (“LORD of hosts” atau “God of hosts”). Kata “host” terminologi bahasa Inggris tua untuk “tentara.” Dia Allah dari tentara-tentara, TUHAN dari tentara-tentara.

Yesaya 13:4 menggunakan kata ini dalam mendeklarasi nubuat penghakiman Allah atas kota Babylon. Menurut sejarah, Babylon dikepung tentara dan dihancurkan. Sebelum semua itu terjadi, Yesaya diberi visi penghakiman Allah atas Babylon, dan ia menggambarkan sekelompok besar bangsa-bangsa berkumpul bersama melawan kota ini:

“Ada suara keramaian di atas gunung-gunung, seperti suara kumpulan orang yang besar jumlahnya! Suara kegaduhan dari kerajaan-kerajaan, dari bangsa-bangsa yang berkumpul! TUHAN semesta alam [The LORD of hosts atau tsava] sedang memeriksa pasukan perang.”

Kata Ibrani yang digunakan disini untuk “host atau tsava” adalah kata Ibrani modern untuk tentara Israel. Kata tersebut tidak pernah berubah artinya. Allah masih “TUHAN komandan pasukan perang” hari ini dan Ia masih memeriksa pasukan perang.

Apa latar belakang konflik dalam dunia kita. Apa sebab akar peperangan dan kerusuhan? Siapa kekuatan-kekuatan yang terlibat? Kita sudah melihat Allah komandan militer, dan kita bagian dari tentara dibawah komando-Nya. Tetapi apa – dan siapa – yang Ia perangi?

Latar belakang – sebab akar – semua kerusuhan, konflik dan perang bisa disimpulkan dalam satu kata: “pemberontakkan.” Ini problem akar alam semesta: pemberontakkan melawan pemerintahan adil Allah. Dunia kita hari ini penuh dengan pemberontak-pemberontak.

Problem manusia bisa digambarkan dengan tiga bagian utama pohon: carang, batang pohon dan akar. Sebagian besar orang disibukkan dengan carang (dahan dan ranting). Jika kita berharap menyingkirkan pohon, namun hanya memotong sedikit dahan, kita tidak benar-benar merubah banyak. Batang pohon yang membawa ranting dan akar memberi makan batang pohon.

Gereja pada umumnya bergumul sebagian besar waktu mereka dengan menangani dahan dan ranting. Biasanya tidak sampai ke tingkat bawah itu; menangani batang pohon, apalagi akar. Kita harus menggali kebawah ke “akar problem,” dan akar problem adalah pemberontakkan.

Dalam memperkenalkan pesan Yesus dan Injil kepada umat manusia, Yohanes Pembaptis membuat pernyataan definitif: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api” (Matius 3:10).

Pesan Injil “radikal; yakni, menangani akar. Allah berkata, “Aku tidak lagi puas dengan hanya memotong ranting-ranting atau bahkan memotong batang pohon. Aku akan menangani akar – keinginan untuk independen dari-Ku.” Independen pada gilirannya tidak bisa dihindari menjadi penentang.

Sebagian besar presentasi Injil hari ini tidak dilakukan cukup dalam. Tidak menangani dosa pemberontakkan melawan Allah. Kita akan terkejut menemukan berapa banyak anggota-anggota baik gereja disekeliling kita belum pernah melakukan penyerahan diri sejati kepada Allah.

Lihat Doa Bapa Kami. Perhatikan frasa-frasa pembukaan dari pola doa ini dalam Matius 6:9-13:
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak- Mu di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

Frasa-frasa pembukaan mendefinisi seluruh sikap dan atmosfir doa ini. Pertama, kita berdoa sebagai anggota-anggota dari satu Tubuh. Kita tidak berdoa “Bapa-ku,” kita berdoa Bapa “kami.” Ada orang- orang lain selain kita yang terlibat dalam hubungan ini dengan Allah. Satu dari masalah-masalah terbesar yang orang-orang miliki adalah berpikir bahwa tidak ada orang lain yang sudah mengalami penderitaan seperti apa yang mereka sudah derita.

Alikitab mengajar kita untuk memandang diri kita sebagai anggota- anggota dari satu Tubuh. Kata “kami” sangat penting: “Bapa kami.” Kita di ingatkan bahwa kita adalah anak-anak laki-laki dan perempuan Allah. Kita memiliki hak untuk datang pada-Nya sebagai seorang Bapa, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kita punya saudara-saudara laki-laki dan perempuan dalam keluarga surgawi kita.

Lalu kita harus belajar memuja dan menghormati: “Dikuduskanlah nama-Mu.” Sedikit bagian dari gereja hari ini memuja Allah dengan tulus. Kita mungkin dituntut “menyesuaikan” perilaku diri secara eksternal, tetapi itu sangat berbeda dengan memuja, menghormati dan takut akan Allah Mahabesar. “Kuduskanlah nama-Mu.”
Frasa selanjutnya “Datanglah kerajaan-Mu.”

Allah memiliki Kerajaan dan tujuan akhir-Nya dalam periode ini untuk membawa Kerajaan- Nya ke bumi. Ketika kita berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu,” kita mensejajarkan diri kita dengan tujuan-tujuan Allah. Bukan hanya frasa agamawi yang indah. Kita berkata, “Allah, datanglah Kerajaan- Mu – kita siap berperan dalam kedatangan Kerajaan-Mu.” Itu kenapa kita mengatakannya. Karena kita mengidentifikasi diri kita dengan tujuan Allah.

Lalu kita berkata, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Bagaimana kehendak Allah terjadi di surga? Jawabannya, terjadi dengan sempurna. Tidak ada rintangan, frustasi dan keterlambatan. Kehendak Allah terjadi dengan sempurna di surga. Yesus mengajar kita untuk berdoa agar itu terjadi dengan cara yang sama di bumi. Jika Yesus mengajar kita untuk berdoa seperti itu, maka dimungkinkan itu terjadi. Yesus tidak akan mengajar kita berdoa untuk sesuatu yang mustahil. Namun ketika kita berdoa “jadilah kehendak-Mu di bumi,” dimana harus dimulai? Jawabannya dengan kita. Kita harus menyerahkan diri kita dengan tulus kepada kehendak Allah.
“Jadilah kehendak-Mu,” berarti, “Tuhan, kita tidak akan menjadi pemberontak lagi.”

Namun banyak orang yang secara reguler berdoa Doa Bapa Kami belum pernah menyadari apa yang mereka komit dengan diri mereka. Orang-orang tidak akan pernah memiliki damai dalam hati yang sempurna dan permanen sampai mereka melakukan penyerahan total kepada Allah Mahabesar. Ini pesan Yesaya 57:19-21: “Aku akan menciptakan puji-pujian.

Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – firman TUHAN – Aku akan menyembuhkan dia!” (ayat 19).

Allah menawarkan damai dan kesembuhan kepada semua orang. “Bagi mereka yang jauh” biasanya berlaku untuk orang-orang non- Yahudi. “Bagi mereka yang dekat” mengacu kepada Israel. Allah menawarkan damai dan kesembuhan kepada semua orang, namun beberapa tidak pernah bisa menerima damai karena mereka tidak pernah meletakkan senjata pemberontakkan mereka. Karenanya, Allah terus mengatakan: “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.
Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,: firman Allahku” (ayat 20 – 21).

Selama kita memiliki sikap memberontak, kita tidak bisa tenang beristirahat. Kita seperti ombak laut, terus menerus bergulir, arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Lihat laut!
Tidak bisa tenang beristirahat! Lihat lagi kata-kata: “Tetapi orang-orang fasik [pemberontak] seperti laut yang berombak-ombak, tidak bisa tenang beristirahat…..’tidak ada damai….bagi orang fasik.’ “Bukti paling meyakinkan bahwa kita hidup benar adalah kita memiliki damai sempurna dan permanen dalam hati. Sedikit orang hari ini benar-benar tenang beristirahat.

Sedikit orang dalam masyarakat kita hari ini memiliki damai riil dalam hati. Kenapa? Karena kita dunia pemberontak-pemberontak! Sering sekali kita pemberontak-pemberontak agamawi, namun sama saja pemberontak-pemberontak. Isu riilnya penyerahan total.

Jika Allah Mahabesar bersedia datang kedalam hidup kita, hanya ada satu tempat logikal yang kita bisa tawarkan pada-Nya: supremasi total sebagai Tuhan atas hidup kita. Kurang dari itu palsu.

Diri kita dikonfrontasi dengan fakta pemberontakkan ini: pemberontakkan didalam kita, pemberontakkan di dunia disekitar kita, pemberontakkan melawan pemerintah, pemberontakkan melawan Allah, pemberontakkan pada anak-anak melawan orang tua, pemberontakkam murid-murid melawan guru-guru. Dimana- mana kita melihat pemberontakkan berkembang dan bertambah. Kapan pemberontakkan dimulai?
Siapa pemberontak pertama?

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply