Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

PENOLONG DALAM BERDOA – KEHIDUPAN DAN KESEHATAN UNTUK TUBUH KITA




eBahana – Cara ketiga vital dan penting, di mana Roh Kudus menolong kita dalam doa-doa kita. Paulus menggambarkan kebutuhan kita akan tuntunan Roh Kudus untuk memimpin kehidupan Kristen dalam Roma 8:14, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”

Agar menjadi seorang Kristen, kita harus dilahirkan kembali dari Roh Allah. Namun, agar hidup seperti seorang Kristen dan mencapai kedewasaan setelah dilahirkan kembali, kita harus dipimpin terus-menerus oleh Roh Allah. Bentuk kata kerja yang Paulus gunakan di sini adalah proses yang sedang berlangsung sekarang (present tense). “Semua orang, yang dipimpin Roh Kudus secara terus menerus, adalah anak Allah.” Mereka bukan lagi bayi, melainkan anak-anak Allah yang sudah dewasa.

Lebih jauh dalam Roma, Paulus mengaplikasikan prinsip dipimpin oleh Roh Kudus khususnya untuk kehidupan doa kita. Dia menekankan perlunya tuntunan Roh Kudus agar kita berdoa dengan benar. “Demikianlah juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26–27).

Paulus berbicara di sini mengenai kelemahan yang kita semua miliki. Bukan kelemahan fisik, melainkan kelemahan pikiran dan pengertian. Kita tidak tahu berdoa untuk apa, dan kita tidak tahu bagaimana cara berdoa. Kalau kita jujur mengakui, ketika kita ingin berdoa, kita sering tidak tahu harus berdoa untuk apa. Kadang‐kadang, bahkan jika kita berpikir kita tahu berdoa untuk apa, kita tidak tahu bagaimana cara berdoa. Paulus menyebut ini “kelemahan kita”. Namun, Paulus mengatakan bahwa Allah mengirim Roh Kudus untuk menolong kita mengatasi kelemahan ini, untuk mengetahui berdoa untuk apa dan untuk mengetahui bagaimana cara berdoa. Dalam kata lain, bahasa Paulus memberikan kesan bahwa Roh Kudus datang dan berdoa melalui kita.

Kunci agar bisa berdoa secara efektif adalah belajar memiliki hubungan dengan Roh Kudus sehingga kita bisa berserah kepada-Nya. Kita bisa mengizinkan Dia menuntun, mengarahkan, menginspirasi, menguatkan, dan berdoa melalui kita.

Perjanjian Baru mengungkapkan banyak cara di mana Roh Kudus bisa menolong kita.

Cara pertama ditunjukkan melalui ayat‐ayat dalam Roma 8:26–27. Paulus berkata, “… tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Ini disebut “menaikkan doa syafaat kepada Allah”—nilai tertinggi dalam kehidupan Kristen. Lalu, Dia berbicara tentang “keluhan‐keluhan yang tidak terucapkan”.

Pikiran kita yang terbatas tidak memiliki kata-kata untuk mendoakan apa yang kita perlu doakan. Salah satu cara Roh Kudus datang menolong kita adalah dengan berdoa melalui kita dengan keluhan-keluhan yang tidak bisa diekspresikan dengan kata‐kata.

Ini adalah suatu pengalaman yang sakral, kerja spiritual yang memimpin pada kelahiran spiritual. Yesaya 66:8 mengacu pada ini, “Namun baru saja menggeliat sakit, Sion sudah melahirkan anak‐anaknya.”

Tidak ada reproduksi spiritual yang riil dalam gereja bisa terjadi tanpa kerja spiritual dalam doa. Ketika Sion bekerja, ia melahirkan anak-anaknya.

Paulus mengonfirmasi ini dalam Galatia 4:19, “Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu ….” Paulus sudah berkhotbah kepada orang‐orang itu dan mereka sudah diselamatkan menjadi orang Kristen. Namun, Paulus menyadari bahwa dibutuhkan lebih dari berkhotbah. Mereka membutuhkan doa syafaat Roh Kudus sebagai perantara mereka. Ia menggambarkan doa syafaat Roh Kudus seperti “menderita sakit bersalin lagi”, atau “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”.

Cara kedua Roh Kudus menolong kita dalam berdoa adalah dengan mencerahkan (mengiluminasi) pikiran kita. Dia menunjukkan dalam pikiran kita apa yang kita perlu doakan dan bagaimana kita mendoakannya.

Ada dua nas yang berbicara mengenai bekerjanya Roh Kudus dalam pikiran kita. Dalam Roma 12:2, kita membaca, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Hanya pikiran yang sudah diperbarui yang bisa mengetahui kehendak Allah ketika berdoa. Efesus 4:23 berkata, “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.”

Pembaruan pikiran kita dilakukan oleh Roh Kudus. Ketika Roh Kudus masuk dan memperbarui pikiran kita, kita baru bisa mengerti kehendak Allah. Roh Kudus menolong dengan memperbarui pikiran, mencerahkan, dan mengungkapkan bagaimana kita harus berdoa.

Cara ketiga Roh Kudus menolong kita adalah dengan menaruh kata‐kata yang benar di mulut kita, sering tanpa diduga.

Cara keempat Roh Kudus menolong kita dalam berdoa—sering disebut dalam Perjanjian Baru, Dia memberi kita bahasa baru yang kita tidak mengerti dan pikiran alamiah kita tidak tahu. Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:2, “Siapa yang berkata‐kata dengan bahasa roh, tidak berkata‐kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal‐hal yang rahasia.”

Dalam ayat 4 dari pasal yang sama, Paulus berkata, “Siapa yang berkata‐kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat.”

Jenis doa ini melayani tiga fungsi dasar, yaitu:

Pertama, ketika berdoa dalam bahasa roh, kita berbicara bukan kepada manusia, melainkan kepada Allah. Suatu kehormatan bagi kita.

Kedua, kita berbicara mengenai hal‐hal yang pikiran kita tidak mengerti. Kita berbicara mengenai misteri atau rahasia Allah.

Ketiga, sementara kita melakukan ini, kita membangun diri kita dan jemaat.

Lebih jauh dalam 1 Korintus 14:14 Paulus berkata, “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.”

Ini situasi di mana Roh Kudus bukan memberikan pencerahan dalam pikiran kita, melainkan memberikan bahasa baru dan Dia berdoa melalui kita dalam bahasa tersebut. Kita tidak boleh menggunakan satu bentuk doa dengan meniadakan yang lain. Paulus berkata sangat jelas, “Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku” (ayat 15). Kedua jenis doa ini diperbolehkan.

Ketika kita mengizinkan Roh Kudus masuk, dan kita berserah kepada‐Nya, dan mengizinkan Dia bekerja dalam kita, sesuai Alkitab, ada kekayaan dan aneka ragam doa dalam kehidupan doa kita. Ini yang Allah inginkan bagi kita.

Fungsi keempat Roh Kudus sebagai paraclete adalah mengimpartasi kehidupan dan kesehatan supernatural-Nya pada tubuh fisik kita. Yesus datang untuk memberi kita kehidupan, seperti yang Dia deklarasikan dalam Yohanes 10:10, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Dua pribadi ada di hadapan kita, dan kita perlu membedakan secara jelas antara mereka: Yesus pemberi hidup, dan Iblis pengambil hidup. Iblis datang ke dalam hidup kita untuk mengambil hidup. Ia datang untuk mencuri berkat dan pemeliharaan Allah; ia datang untuk membunuh kita secara fisik dan membinasakan kita secara kekal. Kita masing-masing perlu menyadari bahwa jika kita mengizinkan Iblis mendapat tempat dalam hidup kita, itu yang akan ia lakukan—mencuri, membunuh, dan membinasakan sejauh kita mengizinkan ia melakukan itu.

Di lain pihak, Yesus datang untuk melakukan sebaliknya: Dia datang supaya kita mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa Yesus datang untuk memberi kita hidup dan ini di lakukan oleh Roh Kudus. Kita hanya memiliki hidup‐Nya dalam proporsi sejauh kita mengizinkan Roh Kudus melakukan pekerjaan‐Nya dalam hidup kita. Jika kita melawan atau menolak pekerjaan Roh Kudus, kita tidak bisa mengalami kepenuhan hidup ilahi yang Yesus ingin berikan kepada kita. Kita perlu mengerti bahwa Roh Kuduslah yang membangkitkan tubuh Yesus yang mati dari kubur. Paulus mengatakan hal ini dalam Roma 1:4 tentang Yesus, “… dan menurut Roh Kekudusan (Yesus) dinyatakan oleh kebangkitan‐Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”

“Roh Kekudusan” adalah terjemahan Yunani dari frasa Ibrani untuk Roh Kudus. Jadi, ketika Paulus berkata, “melalui Roh Kekudusan”, itu sama dengan mengatakan, “melalui Roh Kudus, Yesus dimanifestasikan atau dideklarasikan sebagai Anak Allah oleh kuasa yang membangkitkan Dia dari kubur (itu adalah kuasa Roh Kudus).”

Klimaks proses penebusan Allah pada zaman ini adalah bahwa Allah Sendiri, dalam Pribadi Roh Kudus, tinggal dalam tubuh fisik kita dan menjadikannya sebagai bait‐Nya atau tempat tinggal‐Nya. Dalam Roma 8:10–11 dikatakan mengenai hal ini, “Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh‐Nya, yang diam di dalam kamu.”

Implikasi dari ayat 10 adalah ketika Kristus datang, ketika kita menjadi orang percaya dan dilahirkan kembali, hidup lama berakhir, dan hidup baru dimulai. Hidup kedagingan lama diterminasi, dan roh kita dihidupkan dengan hidup Allah. Lalu, Paulus melanjutkan dengan berkata, dalam ayat 11, apa artinya bagi tubuh fisik kita. Sangat jelas, Pribadi yang sama, kuasa yang sama, yang membangkitkan tubuh Yesus dari kubur, sekarang tinggal dalam tubuh setiap orang percaya yang berserah, dan mengimpartasi setiap tubuh fana kita, hidup yang sama yang Dia impartasikan kepada tubuh fana Yesus, dan kuasa yang sama yang membangkitkan Dia (Yesus) dengan tubuh kekekalan.

Proses impartasi hidup ilahi ke tubuh kita ini tidak akan lengkap sempurna sampai kebangkitan semua orang percaya dari kubur. Penting untuk dimengerti bahwa kita sekarang belum memiliki tubuh kebangkitan. Apa yang kita miliki adalah kebangkitan hidup dalam tubuh fana kita. Paulus lebih jauh melanjutkan, dalam beberapa nas yang berbeda, kebangkitan hidup dalam tubuh fana kita bisa merawat, memelihara, dan menopang semua kebutuhan fisik tubuh kita sampai tiba waktu Allah memisahkan roh dari tubuh kita dan memanggil kita pulang ke surga.

Kita harus mengerti bagaimana tubuh kita dibentuk pada mulanya karena semua saling berhubungan. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (jiwa yang hidup).”

Apa yang menjadikan tubuh fisik manusia? Embusan Roh Allah yang mentransformasi bentuk tanah liat menjadi makhluk manusia yang hidup dengan semua mujizat, keajaiban, dan kehebatan berfungsinya tubuh manusia. Roh Kudus pada awalnya menciptakan tubuh fisikal menjadi makhluk. Logikanya, Roh Kuduslah yang selanjutnya menopang tubuh fisik kita. Ini begitu logis, hanya jika orang Kristen bisa menyadarinya. Kesembuhan ilahi dan kesehatan ilahi adalah sesuatu yang logis dalam terang Alkitab.

Jika ada yang salah dengan tubuh kita, logikanya kita membawa tubuh kita kepada penciptanya, dan Dia adalah Roh Kudus. Dia yang menciptakan tubuh kita, menopang tubuh kita, dan memberikan kuasa ke dalam tubuh kita.

Kesaksian Paulus impresif. Dalam 2 Korintus 11:23–25 ia berkata, “Apakah mereka pelayan Kristus?—aku berkata seperti orang gila—aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung‐katung di tengah laut.”

Hampir tidak masuk akal … luar biasa … bahwa seseorang bisa melalui semua itu dan tetap begitu aktif, begitu sehat, dan begitu pemberani. Apa kuasa yang menopang Paulus dalam semua itu? Jawabannya adalah kuasa Roh Kudus. Ini catatan Paulus di Listra, “Tetapi datanglah orang‐orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeret ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid‐murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama‐sama dengan Barnabas ke Derbe” (Kisah Para Rasul 14:19–20).

Manusia luar biasa. Kita melihat secara singkat catatan daya tahan Rasul Paulus. Mari kita lihat apa rahasianya. Apa kata dia mengenai ini? Dalam 2 Korintus 4:7–12, Paulus berkata, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah‐limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.”

Ayat 7 dan 8 mengatakan bahwa kita bukan manusia yang beda, kita tetap manusia biasa, tetapi memiliki kuasa yang berbeda dalam diri kita. Hal‐hal yang menghancurkan orang lain tidak serta-merta menghancurkan kita karena kita memiliki kuasa dalam diri kita yang membuat kita memiliki daya tahan.

Kita melihat kontras yang indah dalam ayat 10. Kita menganggap diri kita mati bersama Yesus. Sementara kita melakukan itu, hidup Yesus dimanifestasikan dalam tubuh fisik kita. Sangat jelas bahwa ini bukan kehidupan yang akan datang, melainkan yang terjadi pada zaman sekarang di mana kuasa supernatural, kebangkitan hidup Yesus dalam Roh Kudus dimanifestasikan dalam tubuh fisik kita.

Kata-kata akhir dari ayat 11 signifikan, “… supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” Ini suatu rahasia, kehadiran‐Nya dalam diri kita yang tidak bisa dilihat; kehadiran yang mengerjakan dalam tubuh fisik kita adalah bukti bagi setiap orang. Kebangkitan hidup Yesus diungkapkan dalam tubuh fana kita.

Ayat 12 mengatakan bahwa ketika maut giat di dalam diri kita dan kita sampai pada akhir dari kekuatan dan kemampuan fisik kita, hidup baru mulai bekerja melalui kita untuk orang lain. “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Korintus 4:16).

Manusia lahiriah kita merosot, tetapi ada kehidupan dalam manusia batiniah kita yang diperbarui setiap hari. Kehidupan mukjizat, supernatural, batiniah Allah merawat dan menopang kebutuhan manusia lahiriah kita.

 

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply