Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jangan Terjadi Perpecahan




eBahana.com – … hendaklah kamu sehati, sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, … (Flp. 2:2).

Dalam susunan jari manusia, jari manis menempati posisi terlemah. Jari ini terselip dan mengikuti gerak kelingking atau jari tengah. Menggerakkannya sendiripun terkesan kaku. Namun, pada jari inilah cincin pernikahan selalu diselipkan.

Ini juga yang menjadi gambaran bahwa yang lemah harus mendapat perhatian khusus. Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus mengatakan: Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus (I Kor. 12: 22-23).

Begitulah kesatuan antara yang lemah dan kuat menjadi indah. Di atas kata kesatuan itu terletak juga kata
persekutuan. Sebuah kata yang begitu rohani dalam dunia kekristenan.

Kata persekutuan ini dimulai dari sifat Tri Tunggal Allah. Bapa, Anak, dan Roh Kudus menyatu dalam diri Allah. Dan Allah begitu merindukan hal yang sama terjadi pada kita. Bersekutu satu sama lain. Tidak memandang kaya atau miskin. Besar atau kecil.

Kepada jemaat di Filipi Rasul Paulus mengatakan: …hendaklah kamu sehati, sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, … (Flp. 2:2). Inilah yang disebut persekutuan. Lebih jauh lagi Paulus menunjuk hal-hal yang harus dihindari dari penerapan persekutuan: …dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Flp. 2:3-4).

Spirit persekutuan adalah menaruh pikiran dan perasaan Yesus Kristus pada manusia. Pikiran Yesus, semua
memperoleh hidup yang kekal. Sedangkan perasaan Yesus adalah soliditas akan suka-duka yang dirasakan gereja Tuhan di muka bumi (Flp. 2 ayat 1-6).

MODEL PERSEKUTUAN
Akan tetapi, sayangnya persekutuan itu belum terwujud. Masih jauh dari harapan. Bahkan memprihatinkan.
Karena gereja yang seharusnya menjadi representasi Kristus begitu mudah mengalami perpecahan.

Persekutuan dalam gereja mula-mula dapat menjadi model (Kis. 2: 41-47). Persekutuan ini begitu erat dan
berdampak. Mereka saling berkorban. Kelebihan menjadi berkat. Kekurangan menjadi perhatian bersama.

Dalam konteks ini, tidak ditonjolkan sisi kuantitas meskipun itu perlu. Karena kuantitas lebih merupakan dampak. Bukan tujuan. Meski tidak kalah penting. … mereka disukai banyak orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kis. 2: 47).

Apa yang mau dicapai dengan kuota? Mesti diingat bahwa gereja besar tumbuh dari gereja kecil. Sehingga wajar kalau memiliki kuantitas yang lebih.

Kelahiran gereja baru, bisa jadi tidak diinginkan gereja besar, tetapi dikehendaki Tuhan. Kenapa? Karena padanya ada pembaharuan. Jadi kuantitas bukanlah kelebihan yang harus ditonjolkan. Apalagi dibawa-bawa dalam wadah persekutuan.

Kekristenan di Indonesia dalam posisi minoritas. Dalam kondisi ini gereja mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan. Apakah kita mau terperosok dalam roh mayoritas-minoritas untuk kemudian menerapkannya pada sesama gereja yang sudah tertindas?

Kita perlu mengingat apa yang disampaikan Rasul Paulus: supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (I Kor. 12:25).

Oleh Pdt. DR. Anna Nenoharan, Penulis adalah Ketua Umum Gereja Keesaan Injili Indonesia (Gekindo).



Leave a Reply