Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

KOREKSI




eBahana.com – Dewasa ini banyak gereja telah merasa puas sebagai gereja yang diberkati Tuhan dengan jumlah anggota jemaat yang banyak, gedung megah, dan berbagai aset yang sangat besar. Ditambah lagi dengan fenomena karunia Roh Kudus yang berhasil didemonstrasikan dalam praktik pelayanan, mereka merasa sudah ada di rel kebenaran dan perkenanan Tuhan. Biasanya gereja seperti ini tidak menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya pengawal utama perjalanan pelayanan dan pengajarannya. Alkitab digantikan
dengan beberapa hal, di antaranya visi-visi pribadi para pemimpinnya, karunia-karunia roh dan pengalaman
pribadi pemimpin spiritual. Alkitab memang tidak dibuang, tetapi tidak digali secara proporsional. Banyak
pengajaran dalam gereja yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil yang orisinal. Biasanya gereja-gereja ini mengajarkan kemakmuran duniawi.

Setelah dua sampai lima dasawarsa (50 tahun), perlulah kita mengevaluasi kegerakkan rohani yang terjadi di negeri ini. Apakah gereja masih membawa jemaat pada maksud tujuan keselamatan yang benar dalam Yesus Kristus? Apakah gereja benar-benar membangun jemaat Tuhan untuk menjadi pribadi seperti tujuan Tuhan menciptakan manusia? Apakah gereja masih mengajarkan Injil yang murni, Injil yang orisinal? Sebagai institusi rohani, gereja harus selalu mengoreksi diri dan bersedia dikoreksi.

Gereja-gereja baru yang telah lahir dalam dekade ini ternyata menunjukkan kecenderungan mengajarkan ajaran-ajaran yang sebenarnya bertentangan dengan kemurnian kebenaran Alkitab. Kalau gereja yang sudah ada selama ratusan tahun saja bisa menyimpang dari ajaran Alkitab, apalagi gereja-gereja baru yang pemimpin-pemimpinnya kurang memiliki pondasi pengetahuan Alkitab. Dalam hal ini koreksi harus ditujukan
kepada semua gereja. Koreksi yang dilakukan terhadap gereja haruslah memiliki tolok ukur dan landasan Alkitab. Oleh sebab itu, Alkitab harus dibedah secara benar untuk memperoleh kebenaran sebagai tolok ukur atau landasan berpikir, sehingga dapat memperoleh cara pandang yang benar dan muatan kebenaran yang berkualitas tinggi (sesuai dengan kebenaran orisinal Alkitab).

Berkenaan dengan penggunaan Alkitab sebagai tolok ukur dan landasan berpikir, masalahnya terletak pada tidak mudahnya memahami isi Alkitab tanpa kerja keras. Kerja keras di sini meliputi usaha memahami latar belakang Alkitab, maksud penulisan setiap kitab, memahami konteks penulisan, mengerti bahasa asli Alkitab dan sebagainya. Memahami kebenaran Alkitab bukan sesuatu yang mudah. Selain itu, seorang pemimpin Kristen harus memiliki kehidupan doa yang kuat setiap hari; minimal satu jam duduk diam di kaki Tuhan untuk berdialog dengan Dia. Perjumpaan dengan Tuhan haruslah perjumpaan yang benar, bukan halusinasi, fantasi atau sebuah rekayasa.

Fakta yang tidak dapat dibantah adalah banyak pemimpin Kristen yang tidak lagi bertumbuh dalam
kesempurnaan kesucian hidup seperti yang dikehendaki oleh Bapa. Hal ini disebabkan karena ketika seorang pemimpin Kristen sudah memiliki pengaruh yang kuat atas anggota jemaatnya dan memiliki pengakuan dari masyarakat bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang dipakai oleh Tuhan, mereka merasa tidak perlu lagi belajar kebenaran firman Tuhan secara proporsional. Dirinya semakin “meleset” ketika berhasil membuat “produk-produk” kesaksian dan kegiatan pelayanan yang mengesankan berasal dari suara atau wahyu Tuhan. Seakan-akan wahyu yang diklaim sebagai suara Tuhan tersebut menggantikan kebenaran Alkitab.

Untuk ini, para pemimpin tersebut harus diingatkan bahwa menjadi pemimpin gereja memiliki panggilan yang sangat penting, yaitu mengajarkan kebenaran murni yang diajarkan Tuhan Yesus dan membuktikan kebenaran ajarannya dengan perilaku seperti Yesus dalam kehidupan setiap hari. Sehingga seorang pemimpin dapat berkata, “Seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, Dia hidup seperti aku sekarang ini”. Dengan
demikian, seorang pemimpin dapat menjadi saksi yang efektif bahwa benar Yesus adalah Juruselamat yang menyelamatkan umat manusia. Dan keselamatan tersebut dapat dibuktikan kebenarannya dengan kehidupan konkret yang terus diubahkan menjadi seperti Yesus. Kehidupan pemimpin seperti ini akan menjadi inspirasi dan teladan bagi seluruh jemaat dengan mana mereka membangun hidup mereka. Harus diingat, bagaimana pun, kehidupan seorang yang berjalan dengan Tuhan dan semakin seperti Dia akan terasa oleh mereka yang memiliki hati nurani yang bersih.

Oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono.



Leave a Reply