Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

BAPTISAN DALAM ROH KUDUS




eBahana.com – Memasuki abad ke dua puluh satu, subjek baptisan dalam Roh Kudus telah meningkatkan minat dan diskusi yang makin luas di lingkungan gereja Kristen. Sampai saat ini masih terus berlanjut menjadi tema studi, diskusi, dan cukup sering kontroversi dalam hampir semua bagian umat Kristen. Mengingat hal ini, kita akan melakukan pendekatan studi ini dengan cara hati-hati, teliti, dan alkitabiah.

Pertama kita akan menghitung nas-nas dalam Perjanjian Baru dimana kata “baptis” digunakan sehubungan dengan Roh Kudus. Jumlahnya ada tujuh nas.

Pertama, Yohanes Pembaptis mengkontras pelayanannya sendiri dengan pelayanan Kristus. “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang akan datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Matius 3:11).

Walaupun alkitab Versi New King James menggunakan kata depan “dengan” dalam hubungannya dengan frasa kata kerja “membaptis,” kata depan sebenarnya yang digunakan dalam Yunani asli adalah “dalam.” Penggunaan ini diaplikasikan juga untuk membaptis “dalam air” dan membaptis “dalam Roh Kudus.” Dalam setiap kasus, kata depan Yunani yang digunakan adalah “dalam.”

Sebenarnya, satu-satunya kata depan yang pernah digunakan dimana saja dalam Perjanjian Baru sehubungan dengan frasa kata kerja “membaptis” adalah “dalam” dan “kedalam.” Sangat disayangkan alkitab Versi New King James, menggunakan berbagai bentuk kata depan yang berbeda, sehingga mengaburkan ajaran yang jelas dari teks aslinya.

Kedua, dalam Markus 1:8 kata-kata Yohanes Pembaptis mengenai Kristus diterjemahkan sebagai berikut. “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu ‘dengan’ Roh Kudus.”

Dalam setiap kasus, kata depan Yunani yang digunakan adalah “dalam.” Ketiga, dalam Lukas 3:16 kata-kata Yohanes Pembatis diterjemahkan sebagai berikut. “Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu ‘dengan’ Roh Kudus dan ‘dengan api’.”

Disini lagi, terjemahan harfiahnya adalah “dalam Roh Kudus.” Keempat, dalam Yohanes 1:33 kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Kristus disampaikan sebagai berikut. “Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis ‘dengan’ Roh Kudus.”

Lagi, dalam setiap kasus, kata depan Yunani yang digunakan adalah “dalam.” Kelima, dalam Kisah Para Rasul 1:5, sebelum kenaikkan- Nya ke surga, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:

“Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis ‘dengan’ Roh Kudus.” Lebih harfiah, Yesus berkata “Kamu akan dibaptis Roh Kudus.”

Keenam, dalam Kisah Para Rasul 11:16 Petrus menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di rumah tangga Kornelius.
Sehubungan dengan ini ia mengutip kata-kata Yesus seperti ditulis dalam Kisah Para Rasul 1:5; karena ia berkata “Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis ‘dengan’ Roh Kudus.”

Ketujuh, dalam 1 Korintus 12:13 Paulus berkata: “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”

Disini alkitab Versi New King James menggunakan kata depan “by” atau “dengan”-“dengan satu Roh kita semua dibaptis menjadi satu tubuh.” Namun, kata depan yang digunakan dalam teks asli Yunani adalah “dalam.”-“dalam satu Roh kita semua dibaptis menjadi satu tubuh.” Jadi, susunan kata Paulus dalam nas ini harmonis sempurna dengan susunan kata Injil dan Kitab Kisah Para Rasul.

Sayangnya penerjemah-penerjemah alkitab King James dan Versi New King James menggunakan frasa “dengan satu Roh” dalam nas khusus ini mengakibatkan lahirnya beberapa doktrin aneh.
Dikatakan bahwa Paulus mereferensi pada beberapa pengalaman khusus, berbeda dari yang ditulis dalam Injil atau Kitab Kisah Para Rasul, dan bahwa Roh Kudus Sendiri pribadi yang melakukan baptisan.

Jika saja penulis-penulis doktrin-doktrin ini berhenti sebentar cukup lama untuk memeriksa dan mencari keterangan dari teks asli Yunani, mereka akan menemukan tidak ada dasar bagi doktrin seperti itu. Sebenarnya, seluruh pengajaran Perjanjian Baru sepakat pada satu fakta ini, dengan jelas dan dengan empatikal dinyatakan: Yesus Kristus sendiri-tidak ada yang lain-adalah Satu-satunya yang membaptis dalam Roh Kudus.

Kita juga harus menambahkan bahwa penggunaan frasa “dibaptis kedalam,” oleh Paulus sehubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus, sesuai dengan penggunaan frasa yang sama sehubungan dengan baptisan Yohanes Pembaptis dan dengan baptisan Kristen dalam air. Dalam dua kasus ini kita menunjukkan tindakkan baptisan adalah materai diluar (visible) dan afirmasi kondisi spiritual didalam orang yang dibaptis (invisible). Hal yang sama berlaku dengan pernyataan Paulus mengenai hubungan antara baptisan dalam Roh Kudus dan keanggotaan dalam tubuh Kristus. Baptisan dalam Roh Kudus tidak membuat seseorang menjadi anggota dari tubuh Kristus. Melainkan, materai supernatural yang menyatakan bahwa orang itu sudah, dengan iman, menjadi anggota dari tubuh Kristus.

Mari dengan singkat kita ringkas pelajaran-pelajaran dari tujuh nas Perjanjian Baru dimana frasa “membaptis dalam Roh Kudus” digunakan.

Dalam enam dari tujuh nas, pengalaman dibaptis dalam Roh Kudus dibandingkan dan dikontras dengan dibaptis dalam air.

Dalam dua dari tujuh nas “api” digabung dengan “Roh Kudus” dan pengalamannya digambarkan sebagai “dibaptis dalam Roh Kudus dan api.”

Selain dari kata kerja frasa “membaptis,” satu-satunya kata kerja lain yang digunakan sehubungan dengan Roh Kudus adalah frasa kata kerja “minum.” Dalam 1 Korintus 12:13 Paulus berkata: “kita….semua diberi minum dari satu Roh.”

Penggunaan kata kerja “minum” sesuai dengan apa yang Yesus Sendiri katakan mengenai Roh Kudus dalam Yohanes 7:37-39. “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”

Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan…”

Disini Yesus menganalogikan karunia Roh Kudus dengan minum air.

Ini mengharmonisasi dengan nas dalam Kisah Para Rasul 2:4 mengenai murid-murid di ruang atas (upper room) pada Hari Pentakosta, dimana dinyatakan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus.

Juga sesuai dengan berbagai nas dalam Kitab Kisah Para Rasul yang berbicara mengenai orang-orang percaya yang menerima Roh Kudus. Sebagai contoh, mengenai orang-orang Samaria yang menjadi percaya melalui pemberitaan Filipus, kita membaca Petrus dan Yohanes kemudian diutus kepada mereka dari Yerusalem.

“Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus…Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 8:15,17).

Petrus berkata, mengenai orang-orang di rumah tangga Kornelius yang atasnya Roh Kudus baru saja turun: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (Kisah Para Rasul 10:47).

Paulus bertanya pada murid-murid yang ia temui di Efesus: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya?” (Kisah Para Rasul 19:2).

Dalam semua nas ini, penggunaan frasa “minum dari Roh Kudus” menunjukkan pengalaman dimana orang percaya menerima kepenuhan Roh Kudus didalam diri mereka.

Kita sudah melihat akar arti harfiah frasa kata kerja “membaptis” adalah “dibenamkan.” Jadi, frasa “membaptis dalam Roh Kudus” menunjukkan seluruh kepribadian orang-orang percaya dibenamkan, dikelilingi dan dibungkus dalam hadirat dan kuasa Roh Kudus, yang turun atasnya dari atas dan dari luar.

Kita perlu camkan di pikiran bahwa, dalam urutan alamiah, ada dua kemungkinan cara di benam dalam air. Seseorang bisa turun kebawah permukaan air dan keluar dari bawahnya. Atau seseorang bisa berjalan dibawah air terjun dan membiarkan dirinya dibenam dari atas. Bentuk yang kedua dibenam adalah kontraparti baptisan dalam Roh Kudus.

Tanpa kecuali, di setiap tempat dalam Kitab Kisah Para Rasul dimana baptisan dalam Roh Kudus digambarkan, bahasa yang digunakan mengindikasikan Roh Kudus turun atau dicurahkan, pada orang percaya dari atas. Sebagai contoh, pada Hari Pentakosta: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk” (Kisah Para Rasul 2:2).

Kata-kata ini mengungkapkan bahwa Roh Kudus turun pada murid- murid dari atas dan membenamkan dan membungkus mereka, sampai memenuhi seluruh rumah dimana mereka duduk (Kisah Para Rasul 2:2).

Kemudian Petrus dua kali mengkonfirmasi interpertasi pengalaman ini. Pertama, ia mendeklarasikan bahwa pengalaman ini adalah penggenapan janji Allah. “Akan terjadi pada hari-hari terakhir…Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia” (Kisah Para Rasul 2:17).

Dan ia berkata lagi mengenai Kristus: “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kisah Para Rasul 2:33).

Dalam setiap kasus, gambarannya adalah Roh Kudus dicurahkan pada orang-orang percaya dari atas.

Dalam Kisah Para Rasul 8:16 frasa yang digunakan untuk pengalaman yang sama Roh Kudus “turun atas” orang-orang percaya. Disini bahasanya menggambarkan Roh Kudus turun dari atas.

Dalam Kisah Para Rasul 10, mengenai orang-orang dalam rumah tangga Kornelius, kedua frasa digunanakan satu demi satu. Dalam ayat 44 kita membaca, “turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.” Dalam ayat 45 kita membaca, “karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga.” Ini menunjukkan frasa-frasa “turun ke atas” dan “dicurahkan ke atas” digunakan secara bergantian dalam hubungan ini.

Lagi, ketika Petrus menggambarkan peristiwa yang sama dalam rumah tangga Kornelius, ia berkata “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kisah Para Rasul 11:15).

Disini frasa “sama seperti dahulu ke atas kita” mengindikasikan bahwa pengalaman Kornelius dan seluruh rumah tangganya dengan tepat paralel dengan pengalaman murid-murid di ruang atas (upper room) pada Hari Pentakosta.

Terakhir, kita membaca mengenai murid-murid di Efesus, setelah mereka dibaptis dalam air: “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kisah Para Rasul 19:6).

Disini frasa “turun ke atas” sudah pasti mirip artinya dengan frasa yang digunakan dalam nas-nas sebelumnya, “dicurahkan ke atas.”

Jika kita mencoba menggabung gambar-gambar yang diciptakan oleh berbagai frasa yang digunakan dalam Perjanjian Baru, kita sampai pada satu kesimpulan yang bisa diringkas sebagai berikut.

Pertama, pengalaman yang kita bicarakan terdiri dari dua aspek yang berbeda namun saling melengkapi, yang satu diluar (visible) dan yang lainnya didalam (invisible).

Kedua, kehadiran dan kuasa Roh Kudus diluar yang tidak bisa dilihat turun dari atas, ke atas orang percaya dan mengelilingi, membungkus, dan membenamkan.

Ketiga, orang percaya, seperti orang minum, menerima hadirat dan kuasa Roh Kudus kedalam dirinya sampai pada titik dimana Roh Kudus yang diterima, menjadi sumur didalam orang percaya dan mengalir seperti sungai dari dalam dirinya terdalam.

Tidak ada bahasa manusia yang bisa sepenuhnya menjelaskan pengalaman supernatural yang sangat berkuasa seperti ini, namun gambaran dari Perjanjian Baru memberi pencerahan.

Pada hari-hari nabi Nuh seluruh muka bumi dibenam dibawah banjir air bah. Dalam menciptakan banjir ini, Allah menggunakan dua proses berbeda namun saling melengkapi. “Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dasyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit” (Kejadian 7:11).

Catatan ini mengungkapkan bahwa air bah datang dari dua sumber: dari dalam (“terbelah segala mata air samudera raya yang dasyat”) dan dari atas (“terbukalah tingkap-tingkap di langit”), dan hujan mengalir kebawah.

Kita harus, tentunya, memperhatikan bahwa banjir pada zaman nabi Nuh adalah banjir murka dan penghukuman ilahi; banjir yang membenam orang percaya Perjanjian Baru adalah salah satu belas kasih ilahi dan kemuliaan dan berkat. Namun, dengan qualifikasi ini, orang percaya Perjanjian Baru yang menerima kepenuhan Roh Kudus mendemonstrasikan dua aspek sama seperti dalam catatan banjir bah nabi Nuh. Dari dalam, terbelah mata air samudera raya yang dasyat didalam kepribadian orang percaya, dan menyembur keluar banjir besar berkat dan kuasa dari dirinya terdalam. Dari atas, terbukalah tingkap-tingkap di langit belas kasih Allah ke atas orang percaya, dan ada curahan ke atasnya seperti banjir kemuliaan dan berkat hingga seluruh kepribadiannya dibenam dalam pencurahannya.

Harus ditekankan kita tidak berbicara mengenai dua pengalaman yang terpisah, melainkan dua aspek berbeda namun saling melengkapi yang membentuk kepenuhan satu pengalaman.

Seseorang mungkin menentang-sulit dimengerti bagaimana orang percaya bisa pada satu dan waktu yang sama dipenuhi dengan Roh Kudus dari dalam dan dibenam dalam Roh Kudus dari luar. Namun, realitasnya penolakkan ini hanya mengilustrasikan keterbatasan bahasa dan pengertian manusia. Penolakkan serupa bisa dikemukakan terhadap pernyataan-pernyataan Kristus Sendiri, bahwa Dia didalam Bapa, dan Bapa didalam Dia; atau Kristus didalam orang percaya, dan orang percaya didalam Kristus.

Sampai disini kita sudah berbicara mengenai kodrat baptisan Roh Kudus didalam orang percaya yang tidak kelihatan (invisible). Kita harus melanjutkan berbicara mengenai manifestasi diluar (visible) yang menyertai pengalaman didalam ini.

Pertama kita harus menunjukkan secara alkitabiah penggunakan kata “manifestasi” sehubungan dengan Roh Kudus. Kita mengakui, tentunya, bahwa Roh Kudus Sendiri, dengan kodrat-Nya, tidak kelihatan (invisible). Dalam hal ini Dia diperbandingkan oleh Yesus dengan angin. Yesus berkata mengenai kerja Roh Kudus: “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.
Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yohanes 3:8).

Walaupun anginnya sendiri tidak kelihatan, efek-efek yang dihasilkan ketika berhembus, debu naik di jalan-jalan, pohon-pohon bengkok ke satu arah; daun-daun bergemerisik; ombak-ombak laut menderu; awan-awan bertiup melintasi langit. Efek-efek yang dihasilkan oleh angin bisa dilihat atau didengar.

Jadi, Yesus berkata, demikian pula dengan Roh Kudus. Roh Kudus Sendiri tidak kelihatan. Namun efek-efek yang Roh Kudus hasilkan ketika Ia mulai bekerja sering bisa dilihat dan didengar. Fakta ini dikonfirmasi oleh bahasa Perjanjian Baru di berbagai tempat.

Sebagai contoh, deskripsi Petrus mengenai efek-efek yang dihasilkan oleh turunnya Roh Kudus pada Hari Pentakosta. “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kisah Para Rasul 2:33).

Efek-efek turunnya Roh Kudus bisa dilihat dan didengar.

Paulus menggambarkan kerja Roh dalam pelayanannya dengan kata-kata: “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh” (1 Korintus 2:4).

Ia juga berkata bahwa Roh memiliki efek serupa dalam pengalaman setiap orang percaya. “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7).

Perhatikan frasa-frasa yang Paulus gunakan sehubungan dengan Roh Kudus-“keyakinan (demonstrasi) Roh” dan “pernyataan (manifestasi) Roh.” Dua kata, “demonstrasi” dan “manifestasi”, menunjukkan dengan jelas bahwa hadirat dan kerja Roh Kudus menghasilkan efek-efek yang bisa dilihat dengan panca indra fisikal kita.

Dengan pemikiran ini, mari kita kembali pada nas-nas dalam Perjanjian Baru dimana baptisan dalam Roh Kudus digambarkan-apa yang sebenarnya terjadi pada orang-orang yang menerima pengalaman ini. Mari kita lihat apa manifestasi diluar (visible) yang menyertai kerja Roh Kudus ini.

Ada tiga tempat dalam Perjanjian Baru dimana orang-orang dibaptis Roh Kudus. Kita akan berbicara sesuai urutan, kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi.

Pertama, mari kita membaca apa yang terjadi pada murid-murid pertama pada Hari Pentakosta. “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing- masing.

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kisah Para Rasul 2:2-4).

Kedua, apa yang terjadi ketika Petrus pertama kali memberitakan injil kepada Kornelius dan rumah tangganya. “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.

Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga” (Kisah Para Rasul 10:44-46).

Terakhir, kita melihat apa yang terjadi pada kelompok pertama orang-orang yang baru percaya karena pemberitaan Paulus di Efesus. “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata- kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kisah Para Rasul 19:6).

Jika kita dengan hati-hati membandingkan tiga nas ini, kita akan mendapatkan bahwa ada satu-dan hanya satu-manifestasi diluar (visible) yang umum dalam tiga kejadian dimana orang-orang menerima baptisan dalam Roh Kudus. Dalam setiap kasus, Kitab Suci secara eksplisit menyatakan bahwa mereka yang menerima pengalaman ini “berbicara dengan bahasa lidah,” atau “berbicara dengan bahasa-bahasa lain.”

Manifestasi-manifestasi supernatural lain juga disebut, tapi tidak pernah disebut terjadi lebih dari satu dalam tiga kejadian ini.

Sebagai contoh, pada Hari Pentakosta suara gemuruh angin terdengar, dan terlihat lidah-lidah api. Namun, manifestasi- manifestasi ini tidak diulang dalam dua kejadian lain.

Lagi, di Efesus orang-orang yang baru percaya tidak hanya berbicara dengan bahasa lidah (roh) namun juga bernubuat.

Namun, manifestasi bernubuat ini tidak disebut terjadi pada Hari Pentakosta atau di rumah Kornelius.

Satu-satunya manifestasi umum dalam tiga kejadian ini, mereka semua menerima pengalaman berbicara dengan bahasa lidah (roh).

Petrus dan orang-orang Yahudi yang sudah tahu apa yang terjadi pada Hari Pentakosta pergi ke rumah Kornelius dengan rasa enggan, dibawah pengarahan Allah. Pada waktu itu orang-orang percaya Yahudi tidak menyadari injil bagi bangsa-bangsa lain atau mereka bisa diselamatkan dan menjadi Kristen. Namun, begitu Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya mendengar orang-orang bukan Yahudi berbicara dengan bahasa lidah (roh), mereka langsung mengerti dan mengakui bangsa-bangsa lain juga menerima Roh Kudus seperti orang-orang Yahudi. Mereka tidak lagi minta bukti tambahan.

Kitab Suci berkata mereka “tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kisah Para Rasul 10:45-46). Bagi Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya, satu-satunya bukti bangsa- bangsa lain menerima Roh Kudus adalah mereka berbicara dengan bahasa lidah (roh).

Dalam Kisah Para Rasul 11 Petrus dipanggil oleh pemimpin- pemimpin gereja di Yerusalem untuk menjelaskan karena ia mengunjungi dan berkotbah kepada orang-orang bukan Yahudi. Dalam pembelaannya ia menjelaskan apa yang terjadi di rumah Kornelius. “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kisah Para Rasul 11:15).

Jadi Petrus membandingkan pengalaman yang diterima rumah tangga Kornelius dengan yang diterima murid-murid pertama pada Hari Pentakosta, karena ia berkata, “…sama seperti dahulu ke atas kita.” Namun di rumah Kornelius tidak disebut suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah atau lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing- masing. Satu-satunya manifestasi yang memberi materai ilahi ke atas pengalaman Kornelius dan rumah tangganya adalah mereka berbicara dengan bahasa lidah (roh).

Dari sini kita menyimpulkan manifestasi berbicara dengan bahasa lidah (roh) seperti ucapan yang Roh Kudus berikan adalah bukti Perjanjian Baru yang diterima bahwa seseorang sudah menerima baptisan dalam Roh Kudus. Kita bisa membuat pernyataan- pernyataan berikut sebagai konfirmasi kesimpulan ini. Pertama, ini bukti bahwa rasul-rasul sendiri menerima dalam pengalaman mereka. Kedua, ini bukti bahwa rasul-rasul menerima pengalaman dari orang-orang lainnya. Ketiga, rasul-rasul tidak pernah minta bukti alternatif lain. Keempat, tidak ada bukti lain yang diberikan kepada kita dimana saja dalam Perjanjian Baru.

 

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply