Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Persembahan yang Benar dan Salah




eBahana.com – Setiap orang, mempunyai hak untuk memiliki segala sesuatu, baik berupa benda maupun non benda. Bahkan hak kepemilikan seseorang dilindungi oleh sebuah aturan tertulis dan tidak tertulis. Hal yang perlu diketahui bersama, sebelum ada peraturan yang dibuat oleh sekelompok orang, Tuhan terlebih dulu membuat aturan itu. Salah satu dari peraturan yang dibuat Allah adalah 10 hukum Tuhan. Dalam hukum tersebut mengatur hal-hal yang tidak boleh dilanggar oleh manusia. Dalam hukum di atas juga ada hukum yang memperkuat kepemilikan seseorang. Seperti yang tertulis dalam 10 hukum Tuhan yang ke-8 dan ke-10.

Jangan mencuri.

Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu

Hal yang ditekankan di sini adalah kalimat Atau apapun yang dipunyai sesamamu. Hal yang dipunyai sesama kita dalam hal ini adalah termasuk tanah. Kita  akan melihat dan menganalis kehidupan Ananias dan Safira dengan mendasarkan ayat yang tercantum di bawah ini:

Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.

Ananias dan Safira sekalipun jemaat (pengikut Kristus) tetapi kehidupan mereka tidak dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga mereka salah di dalam mengambil keputusan.  Apa keputusan kelirut yang diambil oleh mereka? Yaitu menahan sebagian hasil dari penjualan tanah mereka. Menurut keterangan Firman Tuhan di atas ada dua hal pokok yang sangat penting yang harus kita cermati, yaitu kalimat selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu.

Kalimat itu salah satu yang aneh dan perlu dicermati lebih lanjut karena sangat kontradiktif dengan hal yang dilakukan oleh suami istri tersebut. Sebab tanah yang dijual adalah hak milik kepunyaanya,  jika itu hak milik, mengapa mereka harus berbohong? Itu yang janggal dan aneh yang harus kita ketahui bersama. Ananias di satu sisi ingin menyerahkan semua yang mereka miliki kepada para rasul sama seperti jemaat yang lain. Sedangkan sisi yang lain ada ketidakrelaan dalam diri mereka jika hasilnya diserahkan semua. Dengan kata lain, Ananias dan Safira itu gengsi (malu) apabila tidak menyerahkan semua uang dari hasil penjualan  tanah tersebut sehingga rela berdusta.

Mengapa para rasul tahu jika mereka berdusta, siapa yang menginformasikan itu?  Soal harga tanah, bisa ditanyakan kepada orang lain di sekitarnya. Berapa harga jual tanah dengan luasnya sama dengan yang dimiliki Ananias dan Safira?  Tetapi bisa saja Roh Kudus yang telah memenuhi para rasul yang memberi tahu. Tapi yang terpenting dan yang terpokok adalah mereka telah berdusta. Para rasul itu juga sudah tahu jika hal itu sudah direncanakan sebelumnya. Hal yang sangat disayangkan, mengapa mereka harus berdusta, padahal apabila mereka mau jujur mengenai harga jual dan jujur bahwa mereka menggunakan sebagian harta untuk kebutuhan keluarga, dan sebagian lagi diserahkan kepada para rasul sebagai persembahan kepada Tuhan, itu jauh lebih baik. Sebab Tuhan lebih suka kejujuran dan ketulusan di dalam mempersembahkan harta miliknya.

“Dan setelah dijual, bukankah hasilnya tetap dalam kuasamu”. Rasa gengsi kepada jemaat yang lain jika tidak menyerahkan seluruh hasil penjualan tanahnya kepada para rasul sekaligus rasa khawatir akan hidupnya pasca menyerahkan uang hasil penjualan tanah yang membuat mereka berdusta kepada para rasul. Kuasa iblis yang ada di dalam diri Ananias dan Safira yang menyebabkan  mereka kehilangan iman kepada Kristus dan tidak bisa berpikir jernih. Tanah yang dijual adalah milik mereka ketika sudah dibayar pembeli masih ada dalam kekuasaannya. Persembahan kepada Tuhan itu kuncinya ketulusan dan ucapan syukur atas segala berkatNya. Namun yang terjadi dengan Ananias dan Safira sangat berbeda, sebab mereka mempersembahkan kepada Tuhan supaya bisa dilihat oleh banyak orang.

Untuk memenuhi keinginan daging salah satunya dengan berdusta kepada para rasul. Padahal firman Tuhan mengatakan bahwa “Engkau bukan mendustai manusia tetapi mendustai Allah.”  Di dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus sering kita juga berprilaku seperti Ananias dan Safira di dalam melakukan persembahan kepada Tuhan. Motivasi memberikan persembahan kepada Dia bukan karena pekerjaan Tuhan tetapi supaya dilihat oleh orang banyak. Kita malu kepada orang lain jika tidak mempersembahkan kepada Tuhan, sehingga kita berpikir, berucap, dan bertindak dusta. Hanya dengan kuasa Roh Kudus dan kuasa Firman yang akan membenarkan dan meluruskan kehidupan supaya baik dan benar  dari sekarang sampai selama lamanya.

(Markus Sulag)



Leave a Reply