Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kecantikan Seorang Istri dan Predestinasi




eBahana.com – Prolog.

1 Yohanes 2:2

Dan Ia (Yesus) adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk segala dosa kita saja, tetapi juga untuk (dosa seluruh dunia).

Yohanes 1:29, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus (dosa dunia).

Matius 24:12-14, Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.

(Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat).

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di (seluruh dunia) menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba (kesudahannya).”

Markus 16:15-16

Lalu Ia (Yesus) berkata kepada mereka: “Pergilah ke (seluruh dunia), beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

Siapa yang (percaya dan dibaptis) akan (diselamatkan), tetapi siapa yang (tidak percaya) akan (dihukum).”

Kecantikan Seorang Istri dan Predestinasi

Kekudusan dalam alam spiritual berhubungan dengan kecantikan dalam alam natural. Dengan kata lain, ciri dalam alam spiritual yang dapat disamakan dengan kecantikan dalam tubuh fisikal adalah “kekudusan.” Siapapun yang peduli dengan kecantikkan, peduli dengan kekudusan. Sederhananya, kekudusan adalah kecantikan spiritual.

Mari kita lihat beberapa pernyataan dalam Kitab Suci yang membuktikan kebenaran ini, dimulai dengan Mazmur 93:5: “Peraturan-Mu sangat teguh; [bait-Mu layak kudus], ya TUHAN, untuk sepanjang masa.”

Tolong di ingat bahwa bait Tuhan bukan gedung gereja; melainkan [umat Allah]. Dalam seluruh generasi-generasi, kekudusan adalah aspek yang memperindah umat Allah, yang cocok dengan mereka, yang membuat penampilan mereka terbaik. Kekudusan juga apa yang Allah syaratkan dalam bait-Nya.

Selanjutnya, “kecantikan kekudusan” adalah frasa yang diulang beberapa kali sepanjang Kitab Suci, termasuk ayat-ayat berikut: “Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:9).

“Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!” (Mazmur 29:2).

Penyembahan yang Allah terima adalah penyembahan yang dipercantik dengan kekudusan dalam diri penyembah.

Lalu, dalam Mazmur 110:3, – gambaran umat Allah pada akhir zaman: “Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri [arti riilnya rela mempersembahkan, persembahan yang didedikasikan secara total….diletakkan di altar kekudusan Allah] untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.”

Seperti apa kekudusan di alam spiritual. Umat Allah keluar dari “kandungan fajar” dalam kecantikkan kekudusan untuk manifestasi besar terakhir kemuliaan-Nya dan kuasa-Nya dalam umat-Nya.

Dalam 1 Petrus yang secara khusus di arahkan pada perempuan- perempuan Kristen berkata, “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang- ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah” (1 Petrus 3:3).

Setiap perempuan Kristen memiliki kewajiban untuk rapih, bersih, dan layak dalam penampilannya. Namun lebih penting – dalam ayat 4 dan 5: “….Perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.”

Ada perhiasan kekudusan yang tersimpan di dalam seseorang – di hati – “roh lemah lembut dan tenang.” Pengamat mungkin tidak selalu mengapresiasinya, namun, di mata Allah, sangat berharga.

Apakah kita ingin dianggap begitu di mata Tuhan? Jika itu keinginan kita, marilah kita berdoa doa berikut: “Bapa, saya mengucap syukur bahwa pesan kekudusan dalam Firman-Mu begitu jelas, begitu mempenetrasi, begitu tidak samar- samar. Saya berdoa agar saya terbuka untuk kebenaran, saya tidak akan berbalik darinya, dan saya tidak akan menentang kasih karunia Roh. Saya berdoa ketika Roh berbicara pada saya, saya bersedia mendengar dan merendahkan diri. Saya tahu, Tuhan, bahwa Engkau senang tinggal dengan orang yang rendah hati dan menyesali dosanya. Saya berdoa untuk umat-Mu, untuk diri saya dan orang- orang lain, bahwa Engkau melihat kami mulai hari ini – Engkau melihat kami dalam kecantikkan kekudusan. Saya memberi-Mu pujian dan kemuliaan. Dalam nama Yesus. Amin.

Mari kita kembali ke nas dari 1 Petrus, dimana ia menggambarkan orang-orang Kristen: “Kepada…orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya” (1 Petrus 1: 2).

Dalam ayat ini dinamika pertama yang kita temukan adalah pra- pengetahuan Allah, dalam kekekalan. Berdasarkan pra- pengetahuan-Nya, Allah memilih kita dalam kekekalan. Semua ini terjadi bahkan sebelum waktu dimulai dalam alam semesta. Allah mengetahui semua sebelumnya. Dan jika Ia tahu semua sebelumnya, Ia juga memilih sebelumnya berdasarkan apa yang Ia tahu. Ini apa yang Alkitab ajarkan.

Ayat lain mengenai tema ini, ada dalam kitab Efesus.

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.

Sebab di dalam Dia (Yesus) Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:3-4).

Tolong perhatikan bahwa pilihan-Nya bagi kita untuk menjadi kudus. Dengan kata lain, pilihan-Nya menginisiasi kekudusan kita. Ayat selanjutnya berkata mengenai Allah: “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (ayat 5).

Dalam ayat-ayat diatas, kita menemukan dua peristiwa yang terjadi dalam kekekalan: Allah memilih, dan Ia mempredestinasi. Ditambah pada fakta-fakta ini, kita memiliki kebenaran yang kita temukan dalam 1 Petrus 1:2 bahwa Ia mengetahui kita sebelumnya. Pra- pengetahuan. Maka, kita sekarang memiliki tiga fakta berturut- turut: Allah mengetahui sebelumnya, Ia memilih, dan Ia mempredestinasi. Kata “predestinasi” mengindikasi bahwa Ia mengatur keadaan kehidupan kita begitu rupa sehingga menjadikan tujuan-tujuan-Nya terlaksana.

Kesadaran ini lebih jauh didukung pengajaran Roma 8. Dalam ayat 29: “Sebab semua orang yang (dipilih-Nya dari semula), mereka juga (ditentukan-Nya dari semula) untuk (menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya), supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Kita melihat lagi bahwa Allah mengetahui sebelumnya, Ia memilih dan lalu Ia mempredestinasi. Jika kita meletakkan tiga nas ini bersama, kita mendapat gambaran jelas yang sama mengenai operasi Allah dalam kekekalan. Allah Bapa melakukan tiga hal: pertama, Ia mengetahui sebelumnya, kedua, Ia memilih, dan ketiga, Ia mempredestinasi.

Kata “predestinasi” membuat beberapa orang mundur. Mereka tidak suka istilah ini karena diasosiasikan dengan pandangan sangat sempit mengenai seleksi ilahi yang tidak alkitabiah. Penting melihat fakta bahwa pilihan Allah, pemilihan-Nya, tidak sewenang-wenang. Masuk akal dan adil. Allah memilih kita berdasarkan pengetahuan- Nya sebelumnya mengenai kita. Ia tahu bagaimana kita akan merespons pada situasi dimana Ia ingin menempatkan kita, dan Ia tahu bagaimana kita akan merespons pada panggilan injil ketika kita mendengarnya.

Semua tindakkan-tindakkan itu terjadi dalam kekekalan, dan prerogatif Allah Bapa untuk mengambil langkah-langkah itu. Tolong dicatat Anak dan Roh terlibat dalam proses ini.

Operasi Allah – melalui Roh Kudus – dalam ruang dan waktu. Roh Kudus menyucikan. Dalam konteks ini, kata “penyucian” sebagai operasi Roh Kudus memiliki arti “menarik, memisahkan, dan mengungkapkan.”

Dalam 1 Petrus 1:1-2, kunci ayat untuk semua pengajaran mengenai kekudusan ini: “Kepada…orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.”

Perhatikan dimana operasi penyucian Roh Kudus diletakkan dalam konteks ayat diatas. Pertama, kita membaca, “Kepada……………………………………… orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita (Allah mengetahui sebelumnya, Allah memilih), yang dikuduskan oleh Roh (Roh Kudus).” Melalui operasi penyucian Roh Kudus membawa kita ke tempat “ketaatan” pada injil dan, melalui ketaatan, pada “percikkan darah Yesus Kristus.” Kita bergerak dari tindakkan Bapa dalam kekekalan kepada kerja penyucian Roh dalam ruang dan waktu – menarik, memisahkan, dan mengungkapkan.

Kembali ke 2 Tesalonika 2:13: “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab (Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu).”

Paulus menjelaskan ayat diatas dengan pernyataan mengenai pilihan Allah. Pra-pengetahuan Allah adalah bagian dari pilihan, meski itu tidak secara spesifik dinyatakan disini. Sekali lagi, kita melihat agen yang membawa kita pada keselamatan adalah Roh Kudus, melalui operasi penyucian-Nya. Ia membawa kita ke tempat dimana kita menerima kebenaran injil, mentaatinya, dan masuk kedalam keselamatan. Faktor penting untuk dimengerti, karenanya, kerja Roh Kudus dimulai “sebelum” kita percaya injil dan secara sadar menerima keselamatan.

Setelah mengetahui operasi Allah, pertama dalam kekekalan, lalu dalam ruang dan waktu, sekarang kita sampai pada titik dalam ruang dan waktu ketika Allah mengintervensi dalam pengalaman sadar kita, agar takdir kita membawa kita mendengar pemberitaan mengenai salib. Kita melihat intervensi ini dalam 2 Tesalonika 2.

Paulus menulis, “….sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.

Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan (ayat 13-14).

Pada saat dipanggil, takdir Allah diungkapkan pada kita melalui pemberitaan Firman-Nya, kita dibawa ke tempat dimana kita harus merespons dan membuat komitmen pribadi pada tuntutan Allah atas kehidupan kita.

Kita melihat kebenaran yang sama dalam kitab Roma: “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:29-30).

Nas ini menggambarkan intervensi ilahi Allah dalam ruang dan waktu – dalam pengalaman sadar, pribadi kita. Kita secara fisikal mendengar injil di proklamasikan, dan, sementara Firman Allah diberitakan, kita secara spiritual mendengar panggilan Allah Mahabesar. Ini batas yang membagi. Dan itu adalah salib. Batas setiap kehidupan manusia. Poin yang membagi, poin dimana takdir kita ditetapkan dalam pengalaman. Ada momen keputusan kritis – ketika kita harus mengatakan iya atau tidak pada panggilan Allah dan pada klaim-klaim Yesus Kristus.

Paulus berbicara mengenai momen batas yang membagi ini dalam 1 Korintus: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebohongan (bagi mereka yang akan binasa), tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Korintus 1:18).

Tolong dimengerti bahwa salib tidak berubah; pesan injil tidak berubah. Namun, respons kita yang menentukan takdir kita. Jika kita menerimanya dan berserah padanya, kita masuk kedalam keselamatan. Jika kita menolaknya dan menyangkalnya, kita binasa.

Lagi, pembagian di salib, adalah batas, momen keputusan dan takdir paling vital dalam pengalaman hidup manusia.

Paulus mengekspresikan momen batas ini dengan cara berbeda dalam Filipi 3:12: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah (ditangkap) oleh Kristus Yesus.”

“Ditangkap” menunjukkan tangan besar Allah, menjangkau kebawah pada titik tertentu dan momen tertentu dan menjamah kehidupan manusia. Momen pilihan; momen takdir; momen panggilan ketika tangan Allah merentang kebawah dari surga, momen ketika Ia menangkap seseorang untuk suatu maksud yang Ia rencanakan dari kekekalan namun tahap demi tahap mengungkapkan pada orang tersebut dalam ruang dan waktu sementara ia berserah pada panggilan-Nya. Setelah momen itu, kehidupannya tidak pernah sama lagi.

Mari kita ringkas, pertama Bapa mengetahui sebelumnya, memilih, dan mempredestinasi. Semua tindakkan itu terjadi dalam kekekalan. Lalu, Roh Kudus datang mengerjakan pilihan dan takdir Bapa.

Tindakkan-tindakkan itu terjadi dalam ruang dan waktu dalam alam semesta. Melalui penyucian Roh, rencana-rencana Allah mulai terealisasi dalam hidup kita. Kerja penyucian Roh Kudus dibagi dalam tiga tindakkan: menarik, memisahkan, dan mengungkapkan.

Dalam Yohanes 6:44, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak [ditarik] oleh Bapa yang mengutus Aku.”

Gerakan awal datang dari Allah, bukan manusia. Tidak seorang pun datang pada Yesus Kristus dengan pilihan dirinya sendiri. Pilihan awal Allah Bapa. Yesus mengkonfirmasi kebenaran ini dalam Yohanes 15:16: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yohanes 15:16).

Jangan pernah tertipu mengenai ini. Inisiatif untuk keselamatan dari Allah, bukan dari manusia. Semua yang manusia bisa lakukan adalah merespons pada pilihan Allah ketika diungkapkan padanya. Jadi, Roh Kudus menarik. Dalam menarik, Ia memisahkan. Dalam memisahkan, Ia membawa kita kepada titik pewahyuan.

Arah hidup kita bisa bergerak kemana saja jika Roh Kudus tidak bergerak diatas kita. Namun ketika Roh Kudus bergerak diatas kita, Ia mulai menarik kita ke arah berbeda dari yang biasanya kita jalani. Sementara Ia menarik kita masuk ke arah itu, Ia mulai memisahkan kita dari arah yang sebelumnya kita ikuti. Lalu, Ia membawa kita ke titik spesifik, pemberitaan salib – ketika kita mendengar injil di proklamasikan atau kita membaca injil dalam Firman Allah.

Masuknya Roh Kudus kedalam hidup kita bisa tidak kelihatan dan tidak terasa, umumnya tidak dikenal, dan sering tidak dimengerti. Namun Ia menarik kita ke dalam arah baru.

Roh Kudus akan membawa kita sejauh Ia bisa dan sedekat Ia bisa. Namun pada akhirnya, kita harus membuat keputusan pribadi untuk menerima keselamatan melalui Yesus Kristus.

Jadi pada saat injil di proklamasikan, kita membuat keputusan. Takdir kita ditetapkan sesuai respons kita. Salib adalah “garis keturunan.” Ketika kita datang pada salib, berserah padanya, mengakui Yesus Kristus, dan menundukkan badan dihadapan-Nya kita menyeberangi garis keturunan. Kita melewati teritori Satan kedalam teritori Allah. Kita pindah kedalam “bagian dalam apa yang ditentukan [warisan] untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang” (Kolose 1:12). Lagi, titik yang membagi adalah salib; garis yang membagi adalah garis yang dibuat dengan percikan darah Yesus.

Kita mengerti kerja penyucian Roh Kudus yang terjadi selama ini. Sebelum kita diselamatkan, bahkan sebelum kita sadar akan rencana Allah, Ia menarik kita keluar dari kerumunan – orang-orang banyak yang tidak merespons atau mendengar. Ia memisahkan kita. Hidup kita mulai mengalami arah yang berbeda, dan Ia membawa kita ke tempat dimana Ia membuka mata kita untuk melihat Yesus dan salib. Maka, kita harus merespons karena, setelah itu, tidak ada lagi netralitas – kita menyelaraskan diri kita dengan Allah atau Satan.

Jika kita berserah pada salib, jika kita mentaati injil, maka kita menyeberangi garis keturunan. Apakah kita sudah mengambil langkah itu? Apakah kita sudah menyeberangi garis keturunan? Jika belum, dan ingin melakukan itu sekarang, tolong berdoa doa komitmen sederhana ini: “Tuhan Yesus Kristus, saya percaya bahwa Engkau Anak Allah dan bahwa Engkau satu-satunya jalan kepada Allah. Engkau mati di salib untuk dosa-dosa saya dan Engkau bangkit lagi dari antara orang mati. Saya mohon ampun atas segala dosa-dosa saya. Saya minta Engkau mengampuni saya, menyucikan saya dengan darah-Mu yang berharga. Saya membuka hati saya kepada-Mu, Tuhan Yesus. Saya mengundang Engkau masuk. Dengan iman yang sederhana, saya menerima Engkau sebagai Juruselamat saya, dan saya mengakui Engkau sebagai Tuhan saya. Masuklah kedalam hati saya. Beri saya kehidupan kekal. Buatlah saya menjadi anak Allah. Terima kasih, Tuhan. Amin.”

Luar biasa bahwa kita sudah mengambil langkah ini. Camkan di pikiran bahwa kerja penyucian Roh Kudus belum lengkap. Ia masih terus menerus menyucikan kita setelah keselamatan.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply