Pentingnya Kristus sebagai Kepala Kita dan 4 Fungsi Kepala dan Persyaratan Allah yang Tidak Berubah – Bagian 1
eBahana.com – Sementara kita mempelajari apa yang Kitab Suci katakan mengenai mendengar suara Allah, mari kita fokus pada prinsip fondasional yang sudah (disingkirkan) secara radikal dari sebagian besar gereja – meski bukan dari setiap kelompok Kristen. Kita perlu pengertian jelas dan hormat terhadap – bagian tubuh Kristus – Kepala.
“Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai (Kepala) dari segala yang ada” (Efesus 1:22-23).
Dalam ayat ini, ada kontras menarik dalam bahasa. Disatu sisi, “(Allah) meletakkan segala sesuatu di bawah kaki (Yesus) – segala sesuatu ditaklukkan pada Kristus. Disisi lain, Allah memosisikan Yesus sebagai “kepala” gereja – karunia luar biasa yang Ia berikan pada kita.
Karunia kepemimpinan Yesus ini bukan untuk menaklukkan kita. Bukan untuk mendominasi kita. Melainkan, berkat berharga dari Allah untuk umat-Nya. Dan Ia membuat Yesus Kepala atas semua hal. Bukan hanya beberapa hal, dan bahkan bukan atas sebagian besar hal – melainkan atas “semua” hal.
Jika kita bertanya apakah kepemimpinan Yesus realita dalam kehidupan kita, bisakah kita dengan jujur berkata begitu? Bisakah kita berkata dengan jujur di hadapan Allah bahwa Yesus adalah Kepala atas segala sesuatu dalam hidup kita? Bahwa tidak ada diluar kendali-Nya yang menentukan kehendak kita.
Dalam Efesus 4:15-16, Paulus mengatakan pentingnya Kepala bagi tubuh: “…tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah (Kepala).
Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Tolong perhatikan kebenaran yang mendasari nas ini: seluruh tubuh bergantung pada Kepala. Hanya melalui koneksinya dengan Kepala tubuh mendapatkan makanan. Hanya karena Kepala tubuh bisa tumbuh dan berfungsi secara efektif. Jika hubungan dengan Kepala terganggu, seluruh kehidupan tubuh secara otomatikal terganggu juga.
Paulus memberi instruksi lebih jauh mengenai Kepala dalam Kolose.
- Mari kita mulai dengan ayat 18: “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan.”
Ayat ini lebih baik diterjemahkan, “Janganlah seorang pun (mendiskualifikasi) kamu dari upahmu.” Dengan kata lain, jangan biarkan apa pun atau siapa pun menyebabkan kita kehilangan apa yang Allah ingin kita peroleh. Untuk menolong kita berhati-hati, Paulus menggambarkan tindakkan orang-orang yang mungkin menipu kita: “…digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan- penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi” (Kolose 2:18).
Paulus menggambarkan orang yang mengklaim dirinya “super- spiritual” namun sebenarnya sangat duniawi. Ia memperingatkan kita untuk tidak membiarkan orang seperti itu menipu dan membohongi kita dari hak warisan kita. Berbicara tentang tipe orang ini, Paulus berkata, “…sedang ia tidak berpegang teguh kepada [Kepala], dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya” (Kolose 2:19).
Dalam Alkitab “New International Version,” ayat ini mengatakan, “Mereka kehilangan koneksi dengan kepala….” Begitu kita kehilangan koneksi dengan Kepala, kita menjadi rentan atau mudah dipengaruhi kesalahan, penipuan, dan semua jenis ajaran-ajaran palsu diluar garis kebenaran Allah. Kita mulai mendengarkan suara- suara yang salah.
Satu-satunya posisi aman bagi tubuh secara kolektif – dan setiap orang percaya secara individual – adalah berhubungan benar dengan Kepala. Setiap orang percaya sejati memiliki hubungan ilahi langsung dengan Yesus Kristus. Jangan pernah membiarkan siapa pun menghalangi koneksi pribadi kita dengan Kepala.
Dalam gereja, pendeta-pendeta kadang-kadang dirujuk sebagai kepala jemaat. Pendeta-pendeta orang-orang luar biasa, namun mereka tidak bisa mengambil tempat Yesus. Fungsi seorang pendeta “tidak” untuk menjadi kepala kita. Peran-Nya menolong kita mengkultivasi hubungan kita dengan Satu yang adalah Kepala kita.
Kewajiban-kewajiban pendeta bukan untuk mengatakan pada kita jawaban-jawaban atas semua masalah-masalah kita, melainkan untuk menunjukkan bagaimana menemukan jawaban-jawaban untuk kita dari Yesus.
Beberapa orang cenderung malas, lebih pilih manusia untuk menyelesaikan semua masalah mereka. Kehidupan tidak dirancang untuk bekerja seperti itu. Allah ingin kita dengan benar terkoneksi dengan Kepala, Yesus Kristus, sebagai Sumber segala sesuatu yang kita butuhkan.
Beberapa pemimpin despotik ingin mengendalikan orang lain. Kita sudah dirancang dan diciptakan untuk memiliki hubungan pribadi kita dengan Yesus. Namun, agar memiliki koneksi yang efektif dengan-Nya, kita harus bisa mendengar suara-Nya berbicara. Kita harus belajar di arahkan oleh-Nya. Kita harus memiliki kemampuan membedakan ketika Ia senang dan ketika Ia tidak senang dengan sesuatu dalam hidup kita. Untuk itu, kita perlu terus menerus sensitif terhadap Kepala – Yesus Kristus.
Sementara kita mempertimbangkan pentingnya bersekutu dengan Tuhan Yesus Kristus, mari kita lihat empat fungsi spesifik dari kepala. Ini bukan pelajaran fisiologi. Sebaliknya, perspektif praktikal sederhana untuk menolong kita menghubungkan pada Kepala spiritual kita. Kepala memiliki empat fungsi utama: Pertama, “untuk menerima masukan.” Setiap bagian dari tubuh memiliki hak untuk berkomunikasi dengan kepala. Kepala menerima semua komunikasi itu. Kedua, “untuk membuat keputusan- keputusan.” Kepala memutuskan apa yang dilakukan tubuh. Ketiga, “untuk memulai tindakkan-tindakkan.” Kepala mengambil inisiatif.
Keempat, “untuk mengkoordinasi aktifitas tubuh.” Setelah mengambil inisiatif, kepala mengatur anggota-anggota tubuh mencapai rencana yang sudah dibuat.
Dalam tubuh Kristus, kepemimpinan Yesus efektif hanya melalui Roh Kudus. Roh satu-satunya cara melaluinya Yesus bisa “berkomunikasi, mengarahkan, mengendalikan, dan melestarikan tubuh.” Meskipun hubungan utama kita dengan Yesus, hubungan dengan Roh Kudus, yang Yesus janjikan sebagai Penuntun dan Penasihat kita, bagian esensial dari koneksi itu.
Dalam Yohanes 16:12-13, Yesus berkata pada murid-murid-Nya: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”
Sebetulnya Yesus berkata, “Aku tidak bisa mengatakan yang kamu perlu tahu semuanya sekarang. Kamu tidak dalam kondisi siap untuk menerima lebih banyak lagi. Bahkan, kamu sudah kewalahan dengan apa yang Aku katakan padamu sejauh ini. Namun itu tidak masalah karena Roh Kebenaran – Roh Kudus akan datang. Ia akan menuntun kamu. Ia akan mengambil alih dari-Ku untuk mengarahkan kamu.”
Menarik terjemahan Yohanes 16:13, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran…..” Teks asli ayat ini dalam bahasa Yunani, dan dalam bahasa itu ada tiga: laki-laki, perempuan, dan netral (bukan laki-laki atau perempuan. Menariknya, kata “pneuma” diterjemahkan “Roh,” netral. Kata ganti yang normal adalah “itu, ini atau ia.” Aturan tata bahasa disini dibagi dengan penggunaan kata ganti “Ia.” Kenapa? Untuk menekankan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi. Ia bukan hanya sesuatu; Ia Seseorang. Kita tidak bisa dengan benar berhubungan dengan Roh Kudus jika kita hanya menganggap-Nya sebagai ini atau itu. Ia Pribadi.
Allah Bapa Pribadi. Allah Bapa satu Pribadi. Yesus Kristus Anak satu Pribadi. Roh Kudus satu Pribadi. Dalam Yohanes 16:12-15, Yesus mengindikasikan, “Hubungan-Ku dengan kamu semua akan dilakukan melalui Roh Kudus – Pribadi.”
Yesus melanjutkan percakapan-Nya dengan murid-murid-Nya dan mengatakan, “Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes 16:13).
Gereja perlu pengarahan supernatural mengenai masa depan. Bagaimana caranya pengarahan datang pada kita? Melalui Roh Kudus. Ia tidak akan memberi semua informasi mengenai masa depan kita, namun Ia akan mengatakan pada kita hal-hal yang kita perlu tahu. Jika gereja melangkah ke masa depan tanpa hikmat dan pengetahuan Roh Kudus menuntun kita, akan mengarah pada bencana.
Sampai sekarang, sebagian besar dari kita hanya memandang sekilas masalah-masalah dan tekanan-tekanan yang akan datang keatas seluruh dunia. Kita butuh Roh Kudus untuk memperingatkan kita peristiwa-peristiwa yang akan terjadi agar kita bisa menghindar berada ditempat yang salah pada waktu yang salah. Hanya Roh Kudus bisa menuntun.
Dalam Yohanes 16:14, Yesus menambah prinsip ini pada ajaran-Nya mengenai Roh Kudus.
“Ia (Roh Kudus) akan memuliakan Aku.. ”
Tolong catat tanda khusus utama Roh Kudus: Ia memuliakan Yesus. Banyak aktifitas-aktifitas dan ekspresi-ekspresi dalam Kekristenan dikatakan sebagai pekerjaan Roh Kudus. Meski demikian, banyak dari aktifitas-aktifitas dan ekspresi-ekspresi ini kekurangan tanda yang di katakan dalam ayat ini. Mereka tidak memuliakan Yesus.
Aktifitas atau praktik apa saja yang meninggikan pribadi manusia bukan dari “Roh Kudus.” Mungkin spiritual, namun bukan dari “Roh Kudus.” Tolong camkan itu di pikiran. Apa pun yang Roh Kudus lakukan, sasaran tertinggi-Nya selalu memuliakan Anak. Jika Yesus tidak di panggung tengah, skenarionya bukan dari Roh Kudus.
Kita sudah mencatat pentingnya berada dalam posisi benar dalam tubuh Kristus, dengan Yesus sebagai Kepala kita – Satu yang berkomunikasi, mengarahkan, mengendalikan, dan melestarikan gereja melalui Roh Kudus. Selanjutnya kita perlu mengakui mendengar dari Allah adalah persyaratan-Nya untuk umat-Nya – tetap sama sepanjang zaman.
Alkitab mengungkapkan bahwa, sepanjang sejarah manusia, ada periode-periode ketika Allah berurusan dengan umat manusia dengan cara berbeda. Dalam beberapa hal, Ia merubah sikap-Nya berinteraksi dengan umat manusia dari masa ke masa. “Dispensasi” adalah kata teologi untuk menggambarkan berbagai otoritas ini – penanganan-penanganan berbeda Allah dari satu periode ke periode lainnya.
Alkitab menggambarkan tiga dispensasi utama. Pertama dispensasi “Patriark.” Istilah ini mengacu pada “bapa-bapa” keluarga – orang- orang seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Bahkan sebelum bapa- bapa ini, ada patriak seperti Henokh dan Nuh. Dalam periode (dispensasi) bapa-bapa, Allah menangani terutama individu-individu dan keluarga-keluarga mereka ketika mereka berhubungan langsung dengan-Nya.
Setelah Patriak menyusul periode yang sering disebut “Hukum.” Sepanjang periode ini, Allah mulai menangani secara spesifik Israel sebagai bangsa. Ia menempatkan orang-orang Israel dibawah hukum khusus yang seluruhnya tidak berlaku bagi bangsa-bangsa lain. Selama sebagian besar waktu periode ini, Israel memiliki bait dan keimamatan. Jadi, ciri-ciri yang menonjol dari periode khusus ini Hukum, bait, dan keimamatan.
Periode (dispensasi) ketiga sering disebut “Injil.” Periode ini menyangkut proklamasi kepada seluruh umat manusia, terlepas ras atau kebangsaan. Proklamasi injil Yesus Kristus mensyaratkan respons individual dari setiap orang.
Untuk meringkas apa yang kita baru saja cakup, sepanjang Alkitab, kita bisa membedakan tiga periode besar: Patriark (melibatkan individu-individu dan keluarga mereka), Hukum (fokus pada Israel
sebagai bangsa kolektif), dan Injil (proklamasi kabar baik Yesus Kristus kepada seluruh umat manusia). Kita masih hidup dalam periode (dispensasi) ketiga hari ini.
Apa yang Allah syaratkan dari orang-orang dalam berbagai periode berbeda ini? Ditengah semua perbedaan, ada satu persyaratan yang tidak berubah – satu respons yang Allah selalu amanatkan.
Apakah persyaratan itu? Penting bagi kita mengetahui apa persyaratan tidak berubah ini, namun juga penting melihat bagaimana persyaratan itu tidak pernah berubah dari periode ke periode. Apa persyaratan itu? “Mendengar suara Allah.”
Tidak diragukan lagi, mendengar suara Allah apa yang “selalu” membedakan mereka sebagai milik Tuhan. Kualitas yang membuat mereka berbeda dari semua orang-orang lain.
Mari kita lihat contoh-contoh dari Taurat – lima kitab pertama dari Alkitab Perjanjian Lama – yang mendemonstrasikan pentingnya mendengar suara Allah.
Contoh pertama dari Keluaran 15. Setelah dibebaskan dari perbudakan di Mesir, orang-orang Israel sampai pada titik dalam perjalanan mereka melalui belantara dimana mereka haus. Dalam kondisi itu, mereka sampai pada genangan air. Meski demikian, orang-orang tidak bisa minum dari genangan itu karena pahit, maka mereka menyebutnya “Marah,” atau “Pahit.”
Menghadapi situasi ini, Musa berdoa pada Tuhan, yang menunjukkannya pohon tertentu dan mengungkapkan tindakkan apa yang harus dilakukan. Ketika Musa membuang pohon itu ke dalam genangan, airnya menjadi manis, dan orang-orang bisa minum darinya. Dalam konteks peristiwa mujizat ini, Tuhan berkata kepada orang-orang Israel.
“firman-Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:26).
Apa persyaratan utama? “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” Dalam bahasa Ibrani, frasa itu diterjemahkan “Jika kamu dengan tekun mengindahkan” berarti “Jika kamu mendengarkan.” Diinterpretasi yang berarti kita harus mendengar suara Allah dengan kedua kuping kita – kanan dan kiri.
Allah berkata kepada orang-orang Israel, “Jika kamu memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun…kamu tidak akan pernah sakit. Aku akan membuatmu sehat. Aku akan menjadi doktermu. Aku akan menerima tanggung jawab untuk keadaan fisikalmu.”
Janji ini masih berlaku hari ini. Mereka yang belajar mendengar Allah dengan kedua kuping – mendengarkan suara-Nya dan mentaati-Nya – bisa hidup bebas dari penyakit dan wabah dan masalah-masalah lain. Ketika kita mengalami penyakit dan pencobaan sementara kita mendengar suara-Nya, membuat kita mendekat kepada-Nya lebih lagi untuk menemukan kehendak dan rencana-Nya untuk kita.
Contoh lain yang menunjukkan pentingnya mendengar suara Allah dalam Keluaran 19. Dalam indiden ini, orang-orang Israel datang ke kaki Gunung Sinai, dan Musa naik ke atas gunung untuk bertemu dengan Tuhan. Sepanjang pertemuan itu, Allah berbicara pada Musa dan memberinya pesan ini untuk anak-anak Israel: “Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: “Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel” (Keluaran 19:3-6).
Tolong perhatikan apa syarat pertama: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku – suara-Ku – maka kehendak-Ku akan terlaksana untukmu. Kamu akan menjadi bangsa unik, berbeda dari semua yang lain. Kamu akan hidup dengan tingkat lebih tinggi, mengalami tingkat pemeliharaan dan berkat yang tidak dialami orang-orang lain.” Namun ini persyaratan utamanya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku – suara-Ku.”
Empat fase Allah menangani Israel seperti di ungkapkan dalam nas dari Keluaran 19: Pertama, Tuhan berkata Ia membawa Israel kepada-Nya. Itu selalu tujuan utama penebusan – bagi kita untuk datang kepada Allah secara pribadi. Kedua, Ia berkata, “Aku ingin kamu mendengar suara-Ku.” Tindakkan-tindakkan ketaatan kita yang mengarahkan kita kedalam pemeliharaan Allah. Ketiga, Tuhan berkata, “Jika kamu berpegang pada perjanjian-Ku.” Cara Allah menyelesaikan dan memfinalisasi hubungan-Nya dengan umat-Nya melalui perjanjian- Nya dengan mereka, yang harus kita akui dan hormati. Keempat, Ia berkata,”Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Tujuan Allah bagi kita adalah menjadi orang-orang unik, diberkati diatas semua orang-orang lain, berbeda dari semua orang-orang lain. Maka, ini urutan dimana kita merespons pada Allah: datang pada-Nya, mentaati suara-Nya, berpegang pada perjanjian-Nya, dan, dengan demikian, menjadi kerajaan imam dan bangsa kudus.
Mari kita lanjutkan ke kitab kelima Taurat untuk melihat konteks berbeda untuk persyaratan yang sama – mendengar suara Allah. Kitab Ulangan 28 mencatat instruksi-instruksi Musa kepada orang- orang sebelum mereka masuk warisan mereka di tanah Kanaan, tanah perjanjian. Instruksi-instruksi ini rekapitulasi perintah- perintah Allah untuk bangsa Israel. Lagi, mendengar dan mentaati suara Tuhan dengan keras ditekankan.
Pasal 28 dari Alkitab ini memberi dua hasil berbeda untuk Israel: pertama, “berkat-berkat untuk ketaatan,” dan kedua, “kutuk-kutuk untuk ketidaktaatan.” Dalam hal ini, hasil berkat atau kutuk ditentukan oleh apakah orang-orang mentaati suara Allah.
Ini dua ayat pertama Ulangan 28: “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu…”
Apakah kita memperhatikan bagaimana nas ini dimulai dan diakhiri dengan mendengarkan suara Tuhan dengan tekun? Apa hasil dari tekun mendengarkan? “Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu.”
Selanjutnya, mari lihat sisi berlawanan dari gambaran, yang dijabarkan kemudian dalam pasal yang sama: “Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau” (Ulangan 28:15).
Implikasi Ulangan 28 sangat jelas. Betapa bodoh kita mengabaikan ayat ini! Janji-janji jelas. Jika kita tekun mendengar suara Tuhan, berkat-berkat akan datang keatas kita. Namun jika kita “tidak” mendengar suara Tuhan, kutuk-kutuk akan datang keatas kita.
Apakah kita bisa melihat bahwa mendengar dan mentaati suara Allah persyaratan-Nya terus menerus untuk umat-Nya sepanjang zaman-zaman dan periode-periode? Pada dasarnya, sangat sederhana. Allah berkata, “Jika kamu ingin menjadi umat-Ku – jika kamu ingin menikmati berkat-berkat-Ku – maka dengan tekun dengarkan firman-Ku. Dengar suara-Ku dengan kedua kupingmu. Namun jika kamu gagal mendengar – jika kamu menolak mendengar-Ku – maka kutuk-kutuk dan bukan berkat-berkat, akan datang keatas mu.”
Dalam Keluaran 15 dikatakan, “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu….Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau” (ayat 26). Kebenaran ini berlaku untuk semua pemeliharaan dan berkat-berkat Allah yang lain juga. Apa kuncinya? “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.”
Selama bertahun-tahun, melalui nabi-nabi, Allah mengingatkan orang-orang Israel persyaratan utama ini, yang Ia pertama sudah berikan dihadapan mereka melalui Musa. Nabi Yeremia dengan ringkas dan jelas menyimpulkan amanat mereka dalam nas berikutnya. Allah menegur orang-orang Israel karena tidak mengerti apa yang Ia syaratkan dari mereka dan karena tidak mentaati-Nya: “Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan; hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia” (Yeremia 7:22- 23).
Ayat-ayat ini menyimpulkan kehidupan iman dengan sederhana dan jelas: “Taati suara-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.” Ini persyaratan tidak berubah Tuhan dari zaman ke zaman dan dari dispensasi ke dispensasi. Konteks dan keadaan mungkin berubah, namun amanatnya tetap sama.
Orang-orang Israel tidak melakukan apa yang Allah syaratkan. Kita melihat fakta ini dengan jelas dari apa yang Yeremia ekspresikan dalam ayat selanjutnya: “Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya” (Yeremia 7:24).
Apa masalah besar orang-orang Israel? Kita bisa mengutip banyak manifestasi luar dari kondisi mereka. Namun esensi isu didalam mereka dinyatakan dalam kata-kata ini: “mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian.” Tolong perhatikan “semua” berputar disekitar orang-orang Israel mendengar – atau tidak mendengar. Mereka tidak menundukkan kuping mereka. Mereka tidak mendengarkan suara Tuhan untuk mendengar apa yang Allah ingin mereka lakukan. Sebaliknya, apa yang mereka dengarkan? Hati mereka sendiri, dan apa yang insting mereka katakan pada mereka untuk lakukan. Sebagai hasil, mereka meleset dari seluruh tujuan dan rencana Allah.
Ingat Allah berkata dalam Keluaran 19, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa…..Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (ayat 5-6). Ayat-ayat ini membawa pesan yang sama dengan yang dikutip dari Yeremia 7:23: “Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu.”
Jika kita benar-benar ingin menjadi milik Tuhan – jika kita ingin hidup dalam jalan-jalan-Nya, dan menikmati berkat-berkat-Nya – ini yang Ia katakan kepada kita, seperti Ia katakan kepada Israel: “Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu.”
Oleh Loka Manya Prawiro.