Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Perlengkapan Karunia untuk Melayani – Bagian 3




eBahana.com – “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan [charismata] menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita….baiklah [marilah] kita melakukannya [menggunakannya] sesuai dengan iman kita” (Roma 12:6).

Allah praktikal. Ia tidak akan menawarkan kepada kita tempat dimana kita tidak diperlengkapi untuk berfungsi dengan baik. Ia tidak akan mengirim kita ke dalam pertempuran Kerajaan tanpa memberi kita perlengkapan, persenjataan dan latihan yang kita butuhkan. Ia tidak akan menugaskan kita pekerjaan tanpa memberi kita semua peralatan yang kita butuh kan.

Peralatannya adalah “charismata.” Karunia-karunia peralatan, bukan mainan. Banyak orang Kristen menggunakannya sebagai mainan, dan itu penyalahgunaan. Banyak orang Kristen lain ingin melakukan pekerjaannya namun tidak memiliki peralatan. Kita perlu mengawinkan keduanya: orang-orang yang ingin melakukan pekerjaannya dengan peralatan yang mereka butuhkan untuk pekerjaannya. Salah satu dari masalah besar Gereja, banyak orang Kristen mencoba melakukan pekerjaan mereka dengan setia dan sadar tanpa peralatan yang benar. Akibatnya, mereka tidak bisa mencapai sesuai apa yang menjadi panggilan mereka. Kita bisa tahu karunia panggilan khusus kita dan memperluas pandangan kita atas panggilan Allah.

Sembilan kata berbeda Yunani, semuanya diterjemahkan dalam kata Inggris “gift” atau “karunia.” Ini membuat sulit dalam beberapa terjemahan Alkitab untuk mengerti apa yang sebenarnya direferensi.

Kita akan fokus pada satu dari sembilan kata, “charismata.” Dari “charisma” kita mendapat kata “charismatic, kata yang sangat disalahgunakan. “Charisma” dan “charismatic” berasal dari kata dasar, “charis.” Dalam Perjanjian Baru diterjemahkan sebagai “kasih karunia.” Dalam Yunani sekular biasanya diterjemahkan sebagai “kecantikan” atau “keanggunan.” Terjemahan sekularnya mengiluminasi. Allah melihat kecantikan kita karena kita dalam Kristus. Allah tidak melihat bayang-bayang. Ia menyinari terang kasih karunia-Nya atas kita, dan kita bersinar karenanya.

Satu fakta dasar mengenai kasih karunia – kita harus mengerti tidak bisa dihasilkan: Apapun yang bisa dihasilkan bukan kasih karunia. Meski demikian, banyak orang mencoba. Mereka bersungguhsungguh. Mereka ke gereja. Mereka berdoa. Mereka membaca Alkitab. Namun mereka belum pernah merasakan kasih karunia Allah karena mereka selalu merasa mereka harus cukup baik.

Masalahnya, kita tidak pernah bisa cukup baik. Itu sebabnya orang-orang percaya baru yang sebelumnya orang-orang berdosa mengerti kasih karunia jauh lebih baik dan lebih cepat daripada orang-orang agamawi. Mereka tahu mereka tidak menghasilkannya dan tidak mungkin bisa menghasilkannya, maka mereka menerimanya saja. Dilain pihak, orang-orang “baik” menemukan kesulitan untuk berhenti mencoba menjadi baik sebagai cara untuk menerima kasih karunia Allah.

Tergantung latar belakang kita. Jika kita dibesarkan dalam sistim sosial yang menekankan kewajiban, kita menemukan kesulitan untuk mengerti bahwa Allah memberi kasih karunia dengan cuma-cuma. Indahnya dengan kasih karunia Allah, Ia tidak bertanggung jawab kepada siapa pun. Kitab Ayub berkata, “Mengapa engkau berbantah dengan Dia, bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu?” (Ayub 33:13). Keadilan Allah secara absolut tepat, namun kasih karunian-Nya cuma-cuma. Betapa indah kebebasan kasih karunia Allah.

Mari kita melangkah lebih jauh. Dengan menambah “ma” pada katakata “charis,” kata “kasih karunia,” yang umum, jadi spesifik. Jadi “charisma” manifestasi, operasi atau impartasi spesifik dari kasih karunia. Menambah “ta” di akhir membuat kata benda jamak Yunani: “charismata.” Jadi kita melihat bahwa “charis” = kasih karunia; “charisma” = manifestasi kasih karunia; “charismata” = multi manifestasi kasih karunia.

Tujuan pengajaran mengenai karunia-karunia Roh Kudus ini adalah untuk memperluas pandangan kita mengenai panggilan dan tugas kita dalam Kerajaan. Bisa membantu kita menyadari bahwa kita sebenarnya sudah menerima “charisma” namun belum menyadarinya. Beberapa dari “charismata” tidak dramatik sama sekali. Kita cenderung fokus pada yang paling dramatik, namun, bahkan yang tidak dramatik pun sama pentingnya.

Perjanjian Baru memberi kita sejumlah “charismata,” dibawah empat judul: “Dasar,” “Pribadi,” “Spiritual,” dan “Pelayanan.” Beberapa dari karunia-karunia ini disebut dalam lebih dari satu tempat di Alkitab.

Sebenarnya, kita bisa membuat katagori kita sendiri. Pertama, “Charismata Dasar” Kebenaran (Roma 5:17) dan kehidupan kekal (Roma 6:23).

Kedua, “Charisma Pribadi” Pembujangan atau selibat (1 Korintus 7:7)

Ketiga, “Charismata Spiritual” (I). Karunia Pewahyuan: berkata-kata dengan pengetahuan (1 Korintus 12:8); berkata-kata dengan hikmat (1 Korintus 12:8); Membedakan bermacam-macam roh (1 Korintus 12:10).

(II). Karunia Kuasa: Iman (1 Korintus 12:9), Kuasa mengadakan mujizat (1 Korintus 12:10, 28), Karunia untuk menyembuhkan (1 Korintus 12:9, 28)

(III). Karunia vokal: berkata-kata dengan bahasa roh (1 Korintus 12:10, 28), Menafsirkan bahasa roh (1 Korintus 12:10, 30), Karunia untuk bernubuat (Roma 12:6).

Keempat, “Charismata Pelayanan” Pribadi: Rasul (Efesus 4:11; 1 Korintus 12:28), Nabi (Efesus 4:11; 1 Korintus 12:28), Evangelis (Efesus 4:11), Gembala (Efesus 4:11), Pengajar (Efesus 4:11; Roma 12:7; 1 Korintus 12:28).

Contoh: – Nubuatan (Roma 12:6), Pelayanan (Roma 12:7; 1 Petrus 4:11). Mengajar (Roma 12:7), Penghiburan (Roma 12:8), Memberi (Roma 12:8), Memimpin dan mengatur (Roms 12:8), Menunjukkan belas kasih (Roma 12:8), Menolong (1 Korintus 12:28), Administrasi dan pengarah (1 Korintus 12:28), Keramahan (1 Petrus 4:9), Berbicara sebagai juru bicara Allah (1 Petrus 4:11).

Ada dua karunia dasar, yang diterima setiap orang Kristen. Kita mungkin akan heran bahwa yang pertama adalah “kebenaran.” Untuk mengonfirmasi kebenaran sebagai “karunia,” lihat Roma 5. Pasal ini mengandung perbandingan antara Adam dan Kristus. Dilakukan dengan tipikal pemikiran Yahudi, apa yang kita sebut logika Talmud. Paulus seorang Yahudi, dan disini ia memberi sedikit penjelasan Yahudi-nya atas Kitab Suci:

“Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya, atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup” (Roma 5:15-17).

Paulus mengatakan bahwa Adam berdosa sekali dan membawa penghukuman atas seluruh umat manusia. Kita sudah berdosa berkali-kali namun satu tindakkan pembenaran Yesus telah membawa kebenaran untuk semua dari kita.

Kebenaran adalah karunia. Jika kita tidak menerimanya sebagai karunia, kita tidak akan pernah mendapatkannya. Roma 4:3, yang berbicara mengenai Abraham, mengatakan pada kita: “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Abraham tidak “memperoleh” kebenaran; melainkan dihubungkan padanya. Jika kita ingin kebenaran, kita harus menerimanya sebagai karunia yang dihubungkan pada kita berdasarkan iman kita dalam Yesus Kristus. Bersyukurlah untuk itu.

Selanjutnya, “Charisma” yang setiap orang Kristen terima adalah kehidupan kekal. Ini ditemukan dalam Roma 6:23: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus. Tuhan kita.”

Secara logika, kebenaran dan kehidupan kekal dua karunia pertama. Kita tidak memiliki kualifikasi untuk dua karunia ini. Bahkan kita tidak ada dalam daftar kualifikasi – sampai kita sudah menerima lebih dulu karunia kebenaran. Berdasarkan karunia kebenaran, Allah memberi kita kehidupan kekal. Kita melihat, Allah tidak bisa memberi kehidupan kekal kepada orang-orang yang tidak diperhitungkan benar seperti Abraham.

Itu bukan akhir dari proses. Dengan mengucap syukur kita merespons jenis lain kebenaran. Di akhir Perjanjian Baru, dalam Wahyu 19, kita melihat bagaimana Mempelai Kristus digambarkan. Dia berpakaian kain linen, bersih dan terang, yang adalah tindakkan benar dari orang-orang kudus (Wahyu 19:7-8). Ini tidak mengacu pada kebenaran yang “dihubungkan,” karunia Allah berdasarkan iman dalam Yesus Kristus, melainkan pada kebenaran yang “dikerjakan,” respons tindakkan-tindakkan kita.

Dengan kata lain, pertama Allah menghubungkan kebenaran kepada kita. Lalu kita mengerjakan apa yang dihubungkan pada kita. Paulus berkata dalam Filipi, “kerjakan keselamatanmu….karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu” (Filipi 2:12-13). Apa yang Allah kerjakan dalam kita – kita kerjakan. Dengan cara yang sama. Jika kita tidak mengerjakannya, Allah tidak bisa mengerjakannya.

Itu dua “charismata” pertama, yang dianggap dasar. Kedua, katagori karunia yang disebut Pribadi. Karunia selibat (pembujangan). Diberikan kepada seseorang oleh Allah. Tanggung jawab orang itu hanya menerimanya.

Paulus mengatakan: “Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya [charismata] yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu” (1 Korintus 7:7).

Apa yang dimaksud Paulus tentang dirinya dalam konteks ini? Yang ia maksud ada orang-orang yang mendapat karunia untuk tidak kawin atau selibat. Beberapa pelayan-pelayan besar Allah memiliki karunia ini. Salah satunya Paulus.

Kenapa Allah memberi karunia itu kepada Paulus? Jika kita pelajari pelayanan Paulus, kita setuju jika ia kawin, hanya ada dua kemungkinan. Ia tidak akan sempurna dalam pelayanannya, atau perkawinannya gagal. Seseorang yang hidup seperti Paulus tidak bisa membangun perkawinan yang sukses.

Ada cara lain untuk selibat, yang di referensi oleh Yesus ketika Ia berkata, “ada orang yang membuat dirinya demikian [tidak kawin] karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Membuat diri sendiri selibat tidak sama seperti menerima karunia. Suatu pengorbanan, suatu keputusan” (Matius 19:12). Kita sampai pada katagori ketiga, karunia-karunia spiritual – sembilan karunia Roh Kudus. Banyak orang berpikir ini satu-satunya “charismata.” Ini penting, namun bukan satu-satunya.

“Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.

Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.

Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikendaki-Nya” (1 Korintus 12:7-11).

“Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” (1 Korintus 12:28).

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita” (Roma 12:6).

Karunia-karunia ini memiliki tiga kualitas. Pertama, semua manifestasi. Roh Kudus Sendiri tidak kelihatan, namun melalui karunia-karunia ini Ia memanifestasi diri-Nya – yang berdampak pada indera kita dengan cara-cara yang kita bisa lihat atau dengar atau rasakan.

Kedua, semua karunia-karunia ini untuk kepentingan semua. Melaluinya orang-orang Kristen bisa melayani satu sama lain. Semua melayani tujuan praktikal.

Ketiga, semua karunia-karunia ini supernatural. Bukan hasil dari kemampuan natural atau pendidikan khusus. Seorang buta huruf bisa menerima kata hikmat atau kata pengetahuan. Begitupula, karunia iman melewati (beyond) iman yang kita butuhkan untuk keselamatan. Juga berbeda dengan buah kesetiaan (faithfullness), yang datang melalui proses pertumbuhan natural. Karunia ini berbicara mengenai iman supernatural melewati (beyond) kemampuan natural kita dan menghasilkan hasil-hasil supernatural.

Sembilan karunia ini bisa dibagi kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama termasuk karunia pewahyuan. Dibawah judul ini berkatakata dengan pengetahuan, berkata-kata dengan hikmat dan membedakan bermacam -macam roh.

Kelompok kedua termasuk karunia kuasa. Dibawah judul ini iman, mujizat dan kesembuhan.

Kelompok ketiga termasuk karunia yang diucapkan, karunia yang perlu di operasikan melalui organ vokal manusia. Dibawah judul ini bahasa roh, interpretasi bahasa roh dan nubuatan.

Beberapa karunia dalam bahasa asli Yunani termasuk, karunia kesembuhan, pekerjaan mujizat, membedakan bermacam-macam roh, bahasa roh – mengindikasi setiap penyembuhan, setiap mujizat, setiap membedakan roh, setiap ucapan dalam bahasa roh adalah karunia. Jika karunia tertentu memanifestasi sendiri secara reguler melalui seseorang, kita bisa katakan orang itu memiliki karunia.

Dua karunia pertama yang Paulus daftar adalah berkata-kata dengan pengetahuan dan hikmat. Pengetahuan memberi kita fakta-fakta mengenai satu situasi. Lalu hikmat mengatakan pada kita apa yang harus kita lakukan dengan fakta-fakta itu. Untuk menjelaskan dengan cara lain, pengetahuan informatif sedangkan hikmat (directive).

Tujuan hikmat adalah untuk mengarahkan kita dengan benar. Ini diungkapkan dalam pernyataan Salomo dalam Kitab Pengkhotbah 10:10: “Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.” atau dalam Alkitab “King James Version, “hikmat berfaedah untuk mengarahkan.” Hikmat mengarahkan seseorang agar berhasil.

Setiap dari dua karunia ini memberi “kata-kata,” yang mana hanya sebagian kecil dari total hikmat Allah atau total pengetahuan-Nya. Allah memiliki semua hikmat dan semua pengetahuan. Namun puji nama-Nya, Ia tidak memberi semua hikmat-Nya dan semua pengetahuan-Nya kepada kita karena kita akan ambruk dan runtuh dibawah tekanan beban. Namun kita berada dalam situasi dimana kita membutuhkan pengarahan, yang tidak tersedia bagi kita melalui kemampuan natural, pendidikan atau panca indera kita, maka Allah dalam kedaulatan-Nya memberi kita kata-kata hikmat atau katakata pengetahuan.

Karunia membedakan bermacam-macam roh berarti kita memiliki kemampuan untuk mengetahui, mengidentifikasi dan membedakan berbagai jenis roh yang mengonfrontasi kita. Dalam hubungan ini kita perlu mencamkan dipikiran bahwa pelayanan Kristen adalah pelayanan dalam alam spiritual. Dalam Efesus 6:12 Paulus berkata “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintahan, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Penting kita diperlengkapi untuk menangani musuhmusuh spiritual kita.

Tujuan karunia ini ada empat. Pertama, untuk mengangkat selubung yang menutupi dunia spiritual yang tidak kelihatan – dunia yang harus kita tangani jika kita ingin efektif.

Kedua, memampukan kita untuk melihat seperti Allah melihat (1 Samuel 16:7). Karunia membedakan bermacam-macam roh ini memampukan kita masuk kedalam dan melihat kondisi hati.

Tujuan ketiga karunia ini untuk melindungi kita dari tipu daya (deception). Kita diperingatkan kadang-kadang Satan (Iblis) datang pada umat Allah sebagai malaikat terang. Ia muncul cantik dan baik dan bijaksana, namun seluruh tujuan dan maksudnya jahat dan destruktif.

Tujuan keempat karunia ini memampukan kita mendiagnosa masalah orang-orang dan menolong mereka – karunia membedakan bermacam-macam roh, bukan hanya membedakan roh jahat. Ada berbagai jenis roh yang melibatkan kita dalam kehidupan Kristen. Ada empat: pertama, Roh Allah atau Roh Kudus; kedua, malaikatmalaikat, baik dan jahat; ketiga, setan-setan atau roh-roh najis; dan keempat, roh manusia.

Kitab Suci memberi kita beberapa contoh bekerjanya karunia ini, termasuk dalam pelayanan Yesus. Injil Yohanes menggambarkan bagaimana Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan didalamnya!” (Yohanes 1:47-51).

Kemungkinan Yesus sedang berdiri berkotbah dan Natanael dibelakang di bawah pohon ara mendengarkan, namun Yesus, melihat diatas kepala orang-orang yang lebih dekat pada-Nya, melihat muka dan membedakan roh itu. Natanael terkagum-kagum, namun Yesus berkata padanya, “Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Ini hanya permulaan.

Iman di presentasi dalam Perjanjian Baru dalam tiga bentuk utama. Pertama iman untuk hidup. Paulus berkata, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17). Iman komitmen hubungan pribadi terus menerus dengan Allah. Memberi kemampuan, motivasi dan arah untuk seluruh kehidupan Kristen. Ini jenis iman yang setiap orang Kristen harus miliki untuk menjadi seorang Kristen.

Kedua buah iman, yang didaftar dalam Galatia 5. Buah selalu berhubungan dengan aspek karakter.

Jenis iman ketiga karunia iman. Ini iman supernatural, iman diatas tingkat manusia, iman Allah Sendiri, yang di impartasi menurut kehendak kedaulatan Allah oleh Roh Kudus. Dalam arti tertentu karunia iman bisa di analogikan dengan kata-kata hikmat dan pengetahuan. Impartasi supernatural dari porsi kecil iman Allah Sendiri untuk mencapai tujuan-Nya dalam situasi tertentu.

Bekerjanya mujizat dan karunia kesembuhan berhubungan erat; meski demikian berbeda. Mujizat sering instan dan bisa dilihat. Hasil-hasil yang dihasilkan biasanya bisa di lihat.

Kesembuhan bisa bertahap dan sering tidak kelihatan. Seseorang mungkin disembuhkan dari penyakit Emfisema seperti penyakit paru-paru yang mungkin butuh berjam-jam atau berhari-hari atau berminggu-minggu. Kesembuhan terjadi dalam bidang-bidang tubuh yang tidak bisa dilihat mata.

Apa kodrat kesembuhan yang di bicarakan disini? Esensinya kuasa supernatural ilahi Allah yang bergerak melalui orang yang melayani karunia kedalam tubuh orang yang sakit. Kesembuhan berhubungan langsung ke penyakit. Dimana tidak ada penyakit, tidak ada kebutuhan untuk kesembuhan. Jadi, kesembuhan adalah kuasa Allah yang bekerja melalui orang percaya melawan penyakit, menanganinya dan menggantinya dengan kesehatan.

Karunia-karunia Roh seperti warna pelangi. Berbeda warna namun membayangi satu sama lain. Kesembuhan membayangi mujizat, dan mujizat membayangi kesembuhan, dan kesembuhan, dan keduanya, sebaliknya, berhubungan dengan iman.

Karunia bahasa lidah karunia yang banyak orang paling sulit mengerti. Kita perlu camkan di pikiran bahwa dalam bahasa Perjanjian Baru, kata “lidah” juga berarti “bahasa.” Kita bisa menyebutnya karunia lidah atau karunia bahasa. Kita definisikan interpretasi lidah dalam terang itu. Interpretasi adalah kemampuan, yang diberikan secara supernatural oleh Roh Kudus, untuk mempresentasi dalam bahasa yang diketahui artinya dari sesuatu yang sebelumnya sudah diberikan dalam bahasa yang tidak diketahui. Orang yang menyampaikan interpretasi bisa orang yang sama yang memberi ucapan dalam lidah yang tidak dikenal atau bisa orang lain.

Secara esensial, tujuan interpretasi lidah seperti di definisikan sama dengan nubuatan.

Dalam 1 Korintus 14:4-5, Paulus berkata: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat.

Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.”

Tes penggunaan karunia-karunia ini adalah bagaimana mereka membangun. Berbicara dengan lidah yang tidak dimengerti membangun orang yang berbicara, bukan orang lain. Namun bernubuat membangun gereja, jemaat orang-orang percaya. Bernubuat oleh karena itu lebih berfaedah daripada berbicara dengan lidah karena membangun jumlah orang lebih banyak.

Ketika lidah di ikuti dengan interpretasi, maka arti lidah di komunikasikan kepada orang-orang yang bisa mendengar dan mengerti, dan sebagai hasilnya, memiliki efek sama seperti bernubuat. Jadi ini meletakkan lidah, plus interpretasi secara esensial pada tingkat yang sama dengan bernubuat.

Bernubuat adalah kemampuan, yang diberikan kepada orang percaya oleh Roh Kudus, untuk menyampaikan kata-kata yang keluar dari Allah. Kata-kata ini tidak datang dari pengertian atau logika atau pendidikan orang percaya sendiri.

Sering dikatakan karunia-karunia ini berhenti pada akhir zaman apostolik dan tidak ada lagi hari ini. Kita membaca, meski demikian, Paulus mengucap syukur kepada Allah untuk orang-orang percaya di Korintus karena ia katakan “Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia [charismata] pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus” (1Korintus 1:7). Jelas, orangorang Kristen diharapkan melanjutkan menggunakan karuniakarunia spiritual sampai kembalinya Kristus. Dalam 1 Korintus 12:8 Paulus berkata bahwa diantara karunia-karunia lain, mujizat dan kesembuhan telah di “atur” dalam gereja. Karunia-karunia ini bagian dari kehidupan normal Gereja Kristen.

Kata kunci penangan Allah atas umat-Nya saat ini adalah “restorasi”. Allah memberikan kembali warisan kita yang hilang melaluiketidakpercayaan dan ketidaktaatan. Satu aspek besar dari apa yangkita terima adalah restorasi sembilan karunia ini.Katagori keempat adalah pelayanan karunia-karunia.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply