Waspadai yang Sepele
eBahana.com – Kita tahu dosa mula-mula manusia hanya karena masalah makanan saja, manusia terjatuh dalam dosa.
Selanjutnya, kalau mau diurutkan, dosa yang kedua, karena persembahan.
Mungkin kita tidak menyangka, hanya karena makan, manusia bisa sengsara atau hanya karena persembahan, manusia bisa membunuh. Itu penyebab dosa yang sangat sepele, ya memang itu nampak sepele, namun bisa membuat kita berdosa dan fatal.
Mari kita renungkan mengenai persembahan kita, belajarlah dari kisah kain dan habel.
Ada perbedaan tabiat di antara kedua orang yang memberikan persembahan.
Memang tidak ada teks terdekat, mengenai mengapa persembahan kain ditolak.
Kejadian 4:4-5, Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Dalam nats lain mengenai persembahan.
Ibrani 11:4, Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Dari ayat itu kita tahu, mengapa persembahan kita bisa berkenan atau bisa ditolak.
Kita sering salah paham mengenai Persembahan, persembahan yang baik itu, bukan jenis apa yang kita akan persembahkan namun sikap dari kitalah yang penting. Di saat kita memberi persembahan itulah yang perlu kita diperhatikan.
Pertama, persembahan itu harus karena iman, kata iman disini memiliki pengertian percaya kepada Tuhan, jadi Persembahan itu dasarnya harus karena percaya kepada Tuhan.
Karena kita percaya sama Tuhan, maka persembahan atau pemberian kita harus ditujukan kepada Tuhan, bukan kepada yang lainnya.
Kedua, persembahan harus yang terbaik. Maksud dari persembahan yang terbaik adalah, bukan bicara banyak atau kecilnya jumlah persembahan, namun berbicara mutu atau kualitas dari persembahan itu benilai atau tidak dari hidup kita.
Adapun persembahan yang ditolak, pertama, persembahan karena rutinitas, atau karena rasa nggak enak kalau tidak persembahan. Kedua, persembahan asal saja, atau yang penting kita mengasih persembahan begitu saja. Maka dari itu persembahan yang diperkenan oleh Tuhan, membuat hidup ini damai dan sukacita , namun persembahan yang ditolak oleh Tuhan membuat hati panas dan muka muram.
Kejadian 4:5-7, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”
Satu hal yang kita tidak sadari, saat kita selesai ibadah, kita merasa ibadah kita hambar, lalu kita mulai berkata, pengkhotbahnya nggak bagus, atau musik dan pujiannya nggak enak, atau suasananya kurang ngangkat.
Tahukan anda yang membuat kita tidak sejahtera setelah ibadah, adalah karena persembahanmu yang tidak diperkenan oleh Tuhan, bukan karena orang lain, kalau persembahanmu diperkenan pasti mukamu berseri setelah ibadah.
Persembahan yang terbaik itu bukan berapa yang kita beri namun berapa yang masih tinggal atas kita, kalau lebih banyak yang untuk Tuhan dibanding untuk kita, itu adalah persembahan terbaikmu, maka jangan anggap remeh dengan persembahanmu dan jangan abaikan soal keinginan makanmu.
Oleh Y. R. Suryanto.
Note :
Dalam rangka sukacita natal, saya memberikan apresiasi berupa pulsa atau uang. Spesial untuk respon terbaik bagi para pembaca renungan ini.
Caranya: Buatlah komentar, dari pengalaman apa yang didapatkan setelah membaca renungan ini.
Kirim komentar Anda ke nomor WhatsApp +6285256706188.
Apresiasi 1. Rp 500.000,-
Apresiasi 2. Rp 300.000,-
Apresiasi 3. Rp 200.000,-
Apresiasi 4, buat 5 orang, masing masing Rp 100.000,-
Yang mendapatkan apresiasi akan diumumkan pada 25 Desember 2019, baik via WhatsApp ataupun renungan edisi 25 Desember 2019.