Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

SYARAT-SYARAT BAPTISAN KRISTEN




eBahana.com – Kita melanjutkan dengan mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang menginginkan menerima baptisan Kristen.

Syarat pertama dinyatakan dalam Kisah Para Rasul 2:37-38, yang mencatat reaksi kerumunan orang-orang Yahudi terhadap kotbah Petrus pada Hari Pentakosta dan instruksi yang Petrus berikan kepada mereka. “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”

Dalam menjawab pertanyaan mereka “Apa yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Petrus memberi dua perintah: pertama bertobat, dan kedua dibaptis. Kita sudah melihat bahwa “pertobatan” adalah respons pertama yang Allah syaratkan dari orang berdosa yang ingin diselamatkan. Pertobatan, oleh karena itu, harus mendahului baptisan. Setelah itu, baptisan adalah materai eksternal atau afirmasi dari perubahan yang dihasilkan dalam diri seseorang melalui pertobatan.

Kristus Sendiri menyatakan syarat kedua untuk baptisan Kristen. “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

Siapa yang percaya dan ‘dibaptis’ akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16).

Disini Kristus menyatakan dimana saja injil diberitakan, mereka yang ingin diselamatkan disyaratkan melakukan dua hal itu: pertama percaya, kedua dibaptis. Gereja Perjanjian Baru melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Begitu orang percaya Yesus untuk keselamatan jiwanya, ia lalu segera dibaptis.

 

Pengalaman kepala penjara di Filipi memberi contoh dramatis (Kisah Para Rasul 16:25-34). Pada tengah malam, akibat dari doa-doa Paulus dan Silas, seluruh penjara digoncang gempa bumi supernatural yang hebat, dan “seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.”

Kepala penjara, tahu bahwa ia harus mempertanggung jawabkannya dengan hidupnya atas tahanan yang lolos dan bersiap untuk bunuh diri. Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada disini!”

Dengan keyakinan yang dalam, kepala penjara itu lalu bertanya, “Tuan-tuan, apakah yang harus kami perbuat, supaya aku selamat?” Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”

“Paulus dan Silas lalu memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.” Sudah pasti dalam kotbahnya, mereka berbicara syarat baptisan. “Pada jam itu juga kepala penjara dan keluarganya memberi diri dibaptis.” Mereka bahkan tidak menunggu sampai fajar tiba.

Respons kepala penjara dan keluarganya adalah standar pola dalam Perjanjian Baru. Baptisan dipandang sebagai syarat mendesak, namun selalu didahului dengan iman.

Dua syarat pertama baptisan, “bertobat dan percaya,” satu garis dalam tiga fondasi pertama yang dipresentasikan dalam Ibrani 6:1- 2: dasar pertobatan, dasar kepercayaan kepada Allah, dan pelbagai pembaptisan. Dalam pengalaman, seperti dalam doktrin, baptisan harus dibangun diatas pertobatan dan iman.

Syarat ketiga untuk baptisan Kristen dinyatakan jelas dalam nas dimana Petrus membandingkan ketetapan (ordonansi) baptisan Kristen dalam air dengan pengalaman nabi Nuh dan keluarganya, yang diselamatkan dari murka dan penghukuman Allah ketika mereka masuk dengan iman kedalam bahtera Nuh. Setelah berada dalam bahtera, mereka berlayar dengan aman diatas air bah.

Mereferensi pada peristiwa ini, Petrus berkata: “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah- oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1 Petrus 3:21).

Disini Petrus pertama menolak anggapan tujuan baptisan Kristen sebagai jenis pembersihan atau permandian tubuh fisikal. Ia berkata, syarat penting baptisan Kristen terletak pada respons didalam hati orang percaya- “Untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah.” Petrus mengindikasikan, respons hati nurani yang baik kepada Allah dimungkinkan melalui iman dalam kebangkitan Yesus Kristus.

Kita bisa simpulkan dengan ringkas dasar-dasar dimana seorang Kristen pada waktu dibaptis menjawab kepada Allah perbuatannya dengan hati nurani yang baik.

Pertama, orang percaya itu dengan rendah hati mengakui dosa- dosanya. Kedua, ia mengakui imannya dalam kematian dan kebangkitan Kristus sebagai jalan pendamaian untuk dosa-dosanya. Ketiga, dengan tindakan ketaatan melalui baptisan, ia melengkapi syarat final Allah yang dibutuhkan untuk memberinya jaminan keselamatan Alkitabiah.

Setelah memenuhi semua syarat-syarat Allah untuk keselamatan, ia bisa menjawab Allah dengan hati nurani yang baik.

Tiga syarat pertama untuk baptisan- bertobat, percaya, dan memiliki hati nurani yang baik- disimpulkan dengan syarat keempat: menjadi murid. Kristus mengutus pengikut-pengikut-Nya untuk memberitakan pesan injil keseluruh bangsa-bangsa. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20).

Disini menjadikan murid-murid, mendahului baptisan, dengan membawa mereka mendengar injil melalui tiga tahap; pertama bertobat; kedua percaya, dan ketiga memiliki hati nurani yang baik. Ini membuat orang-orang percaya baru, memenuhi syarat untuk dibaptis, dengan memiliki komitmen menjalankan kehidupan pemuridan didepan umum.

Setelah komitmen didepan umum ini, mereka yang sudah dibaptis butuh menerima pengajaran lebih lengkap dan ekstensif agar menjadi murid-murid sejati- orang-orang Kristen kuat, pandai, bertanggung jawab.

Kita sekarang bisa simpulkan syarat-syarat alkitabiah untuk dibaptis. Orang tersebut harus pertama sudah cukup mendengar injil untuk mengerti kodrat tindakannya. Ia harus sudah bertobat dari dosa- dosanya; ia harus mengakui imannya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah; ia harus bisa menjawab Allah dengan hati nurani yang baik dan memenuhi syarat-syarat Allah untuk diselamatkan.

Terakhir, ia harus membuat komitmen menjalankan kehidupan pemuridan.

Kita simpulkan, oleh karena itu, untuk memenuhi syarat baptisan Kristen sesuai standar Perjanjian Baru, seseorang harus bisa memenuhi empat syarat ini; sebaliknya, siapa saja yang tidak bisa memenuhi syarat-syarat ini tidak memenuhi syarat untuk dibaptis.

Dapat dilihat jelas bahwa empat syarat dalam daftar diatas untuk baptisan Kristen otomatis mengesampingkan bayi-bayi. Karena kodratnya, seorang bayi tidak bisa bertobat, tidak bisa percaya, tidak bisa menjawab dengan hati nurani yang baik kepada Allah, dan tidak bisa menjadi seorang murid. Oleh karena itu, seorang bayi tidak memenuhi syarat untuk dibaptis.

Ada contoh-contoh dalam Perjanjian Baru dimana seluruh keluarga dibaptis bersama-sama, dan dimungkinkan bayi-bayi dari rumah tangga-rumah tangga ini termasuk dengan lainnya dibaptis. Karena memiliki hubungan penting dengan kodrat dan tujuan baptisan, kita perlu menyelidiki kasus ini dengan hati-hati.

Dua rumah tangga yang biasanya disebut adalah rumah tangga Kornelius dalam Kisah Para Rasul 10 dan rumah tangga kepala penjara di Filipi dalam Kisah Para Rasul 16.

Mari kita perhatikan rumah tangga pertama Kornelius. Dicatat dalam Alkitab, Kornelius “saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah”- jadi seluruh anggota rumah tangganya takut akan Allah (Kisah Para Rasul 10:2). Sebelum Petrus mulai berkotbah kepada mereka Kornelius berkata: “Sekarang kami semua sudah hadir di sini di hadapan Allah untuk mendengarkan apa yang ditugaskan Allah kepadamu” (Kisah Para Rasul 10:33).

Ini mengindikasikan semua mereka yang hadir saat itu bisa mendengar pesan Petrus. “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.

Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (10:44-46).

Ini mengindikasikan semua yang hadir tidak bisa hanya mendengar pesan Petrus, namun juga bisa menerima Roh Kudus dengan iman sebagai hasil dari pesan itu dan berbicara dengan bahasa lidah (roh). Bahkan sebetulnya dengan dasar ini Petrus menerima mereka karena memenuhi syarat untuk dibaptis. “Lalu kata Petrus: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (Kisah Para Rasul 10:46-47).

Lebih jauh, ketika Petrus menyampaikan kepada rasul-rasul dan saudara-saudara seiman di Yerusalem peristiwa apa yang terjadi di rumah Kornelius (Kisah Para Rasul 11), ia menambahkan fakta penting lain mengenai semua anggota rumah tangga Kornelius. “Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu, dan ia menceritakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus.

Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu” (Kisah Para Rasul 11:12-14).

Kita belajar dari sini, sebagai hasil dari kotbah Petrus di rumah Kornelius, setiap anggota rumah tangganya diselamatkan.

Dengan menyatukan berbagai potongan-potongan informasi yang kita sudah peroleh mengenai rumah tangga Kornelius, kita sampai pada fakta-fakta berikut mengenai mereka: Mereka semua takut akan Allah; mereka semua mendengar pesan Petrus; mereka semua menerima Roh Kudus dan berbicara dengan bahasa lidah (roh); mereka semua diselamatkan.

Jelas, karenanya, semua orang-orang ini mampu memenuhi syarat- syarat Perjanjian Baru untuk dibaptis dan bahwa tidak ada bayi-bayi diantara mereka.

Nas kedua yang menggambarkan baptisan seluruh rumah tangga- kepala penjara di Filipi dalam Kisah Para Rasul 16. Dari nas ini kita belajar tiga fakta berikut: pertama, Paulus dan Silas memberitakan firman Tuhan kepada kepala penjara dan pada semua orang yang ada di rumahnya (ayat 32). Kedua, seketika itu juga kepala penjara dan keluarganya memberi diri dibaptis (ayat 33). Ketiga, kepala penjara dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah (ayat 34).

Ini menunjukkan kepada kita semua orang yang hadir disitu bisa memenuhi secara pribadi syarat-syarat Perjanjian Baru untuk dibaptis dan tidak ada bayi-bayi diantara mereka.

Demikian pula di rumah tangga Kornelius dan kepala penjara di Filipi dan dimanapun dalam Perjanjian Baru, tidak ada bayi-bayi yang memenuhi syarat untuk dibaptis.

Walaupun perlu menekankan syarat-syarat baptisan Kristen, kita harus juga menjaga agat tidak terlalu menekankan pada kebutuhan pengajaran, yang mengarah pada hasil-hasil yang tidak alkitabiah.

Karena di beberapa tempat- khususnya di ladang-ladang penginjilan tertentu di negara lain- umum ditekankan pada mereka semua yang mengajukan diri untuk dibaptis tunduk pada jangka waktu instruksi yang panjang, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sebelum mereka diterima untuk dibaptis. Praktik ini bisa ditelusuri kebelakang kepada kata-kata Kristus dalam Matius 28:19-20

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”

Penekanan pada pengajaran ini sebagian karena fakta dalam Alkitab Versi King James 1611 kata-kata Kristus diterjemahkan: “Karena itu pergilah, dan ajarlah semua bangsa…” Namun demikian, versi modern, “Karena itu pergilah…dan jadikanlah semua bangsa murid- Ku” lebih akurat.

Jadi mereka yang ingin dibaptis harus diajar terlebih dahulu. Pertanyaannya: Berapa lama diperlukan proses persiapan pengajaran ini? Apakah waktu yang dibutuhkan diukur dalam bulan, dalam minggu, dalam hari, atau dalam jam?

Peristiwa-peristiwa Hari Pentakosta menyimpulkan: “Orang-orang yang menerima perkataan (Petrus) itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kisah Para Rasul 2:41).

Tiga ribu orang yang baptisannya dicatat disini, beberapa jam sebelumnya, bukan orang-orang percaya yang menolak klaim Yesus dari Nazaret sebagai Mesias Israel atau Anak Allah. Dari akhir kotbah Petrus sampai saat mereka dibaptis, waktu yang dibutuhkan para rasul untuk memberi mereka instruksi pembaptisan tidak lebih dari beberapa jam.

Mari kita lihat bagaimana ini berhubungan dengan respons orang- orang Samaria pada kotbah Filipus. “Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Para Rasul 8:12).

Tidak ada jangka waktu dijelaskan. Seperti pada Hari Pentakosta, bisa hanya beberapa jam. Sudah pasti tidak bisa lebih dari beberapa hari, atau satu atau dua minggu paling banyak.

Filipus membaptis sida Etiopia pada hari yang sama ia bertemu dengannya dan memberitakan injil kepadanya (Kisah Para Rasul 8:36-39). Disini lagi jangka waktu instruksi pembaptisan tidak lebih dari beberapa jam.

Lalu ada Ananias, yang diarahkan Allah pergi kepada Saulus dari Tarsus dan meletakan kedua tangannya dan berdoa untuknya. “Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis” (Kisah Para Rasul 9:18)

Kemudian Paulus sendiri menyatakan bahwa Ananias berkata padanya: “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis” (Kisah Para Rasul 22:16).

Kita melihat, bahwa Saulus dari Tarsus (kemudian disebut Paulus) dibaptis kemungkinan pada hari pertobatannya- sudah pasti dalam tiga hari dari pernyataan pertama Yesus Kristus kepadanya di jalan ke Damaskus.

Petrus memerintahkan Kornelius dan rumah tangganya dibaptis pada hari yang sama ia memberitakan injil kepada mereka (Kisah Para Rasul 10:48).

Tuhan membuka hati Lydia pada pesan injil, dan ia lalu dibaptis dengan seluruh rumah tangganya  (Kisah Para Rasul 16:14-15). Dalam hal ini tidak ada detil lebih jauh diberikan, dan tidak ada jangka waktu di jelaskan.

Kepala penjara di Filipi dan seluruh rumah tangganya dibaptis pada malam yang sama mereka pertama mendengar injil (Kisah Para Rasul 16:33).

Dalam nas-nas ini kita sudah mempelajari tujuh contoh baptisan pertobatan. Dalam setiap kasus, beberapa instruksi pembaptisan diberikan terlebih dahulu. Setelah itu, sebagian besar kasus, baptisan dilakukan beberapa jam setelah pertobatan. Tidak ada kasus baptisan ditunda lebih dari beberapa hari.

Kita memperoleh gambaran jelas praktik baptisan pada gereja awal. Sebelum baptisan mereka mempresentasikan fakta-fakta dasar injil, berpusat pada hidup, dan kebangkitan Kristus, dan mereka menghubungkan fakta-fakta ini pada tindakan baptisan.

Baptisan langsung dilakukan- biasanya dalam beberapa jam atau paling lama dalam beberapa hari.

Terakhir, setelah baptisan orang-orang percaya baru, mereka terus menerus menerima lebih banyak instruksi detil yang dibutuhkan untuk membangun mereka lebih kuat dalam iman Kristen.

Fase instruksi ini disimpulkan dalam Kisah Para Rasul 2:42, setelah peristiwa baptisan orang-orang percaya baru pada Hari Pentakosta. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Ini pola Perjanjian Baru untuk membangun orang-orang yang baru percaya dalam iman setelah mereka dibaptis.

 

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply