

Dinamika sosial sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi nilai-nilai dan gaya hidup seseorang. Perubahan tatanan, tata nilai dan tata cara yang sedemikian rupa sering memberikan tekanan-tekanan yang melebihi kapasitas fisik dan psikis, yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku, emosi dan ekspresi didalam berinteraksi dengan orang lain.
Stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsikannya mengancam kesejahteraan dirinya atau orang yang bersangkutan. Jika respon fisik dan psikis sudah tidak mampu mengatasi tekanan-tekanan atau beban yang ditanggungnya maka kita mengalami stress. Saat kita stress ada perasaan tidak enak, tertekan, sedih, marah, sensitif yang kesemuanya disebabkan oleh persoalan-persoalan yang kita hadapi sudah diluar kendali kita. Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia, kita tidak dapat menghilangkan stress begitu saja tetapi kita dapat mengelolanya, namun perlu dipahami bahwa stress tidak selalu berdampak buruk bagi kehidupan seseorang.
Sering mengalami stress akan mengakibatkan terganggunya kesehatan, kehidupan, tingkah laku dan sulit beradaptasi terhadap perubahan. Gangguan seperti ini akan berakibat terhadap terganggunya fungsi beberapa anggota tubuh. Bila gangguan terjadi pada satu atau lebih dari organ tubuh, sehingga yang bersangkutan tidak dapat lagi menjalankan fungsi pekerjaan dengan baik maka orang tersebut mengalami Distress. Namun bila orang tersebut dapat menjalankan beban yang diembannya tanpa ada keluhan fisik, mental dan ia merasa senang, maka orang tersebut dikatakan Eustress.
Stressor adalah sumber yang dipersepsikan memberi tekanan terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
Mengelola Stress :
Stress dapat menjadi daya dorong atau motivator seseorang untuk maju (II Korintus 12 : 7 – 10) : Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku : “Cukuplah kasih karunia–Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”. Sebab itu terlebih suka aku bermegah dalam kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela dalam kelemahan, didalam siksaan, didalam kesukaran, didalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Stress dipandang sebagai hal yang positif :
Stress dapat memberi pengaruh yang negatif :
Strategi Tuhan Yesus menghadapi stress
Yang perlu kita lakukan untuk mengurangi stress dapat dilakukan misalnya dengan istirahat tanpa melakukan aktifitas, tidur, olah raga, rekreasi. Tapi tidak semua stress dapat terselesaikan dengan mudah, karena beratnya beban, harus dicari penyebabnya. Yang terpenting tetap berfokus pada Allah, kita harus mengingat Dia bekerja, pandang Dia, bagaimana Yesus menghadapi situasinya ketika Ia menuju kayu salib. Ia dipandang rendah, ditolak, diremukkan, ditusuk, dilukai dan dianiaya, semua itu untuk kita (I Petrus 2 : 21). Yesus adalah teladan yang efektif. Yudhi Widyo Armono