STRESS
Dinamika sosial sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi nilai-nilai dan gaya hidup seseorang. Perubahan tatanan, tata nilai dan tata cara yang sedemikian rupa sering memberikan tekanan-tekanan yang melebihi kapasitas fisik dan psikis, yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku, emosi dan ekspresi didalam berinteraksi dengan orang lain.
Stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsikannya mengancam kesejahteraan dirinya atau orang yang bersangkutan. Jika respon fisik dan psikis sudah tidak mampu mengatasi tekanan-tekanan atau beban yang ditanggungnya maka kita mengalami stress. Saat kita stress ada perasaan tidak enak, tertekan, sedih, marah, sensitif yang kesemuanya disebabkan oleh persoalan-persoalan yang kita hadapi sudah diluar kendali kita. Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia, kita tidak dapat menghilangkan stress begitu saja tetapi kita dapat mengelolanya, namun perlu dipahami bahwa stress tidak selalu berdampak buruk bagi kehidupan seseorang.
Sering mengalami stress akan mengakibatkan terganggunya kesehatan, kehidupan, tingkah laku dan sulit beradaptasi terhadap perubahan. Gangguan seperti ini akan berakibat terhadap terganggunya fungsi beberapa anggota tubuh. Bila gangguan terjadi pada satu atau lebih dari organ tubuh, sehingga yang bersangkutan tidak dapat lagi menjalankan fungsi pekerjaan dengan baik maka orang tersebut mengalami Distress. Namun bila orang tersebut dapat menjalankan beban yang diembannya tanpa ada keluhan fisik, mental dan ia merasa senang, maka orang tersebut dikatakan Eustress.
Stressor adalah sumber yang dipersepsikan memberi tekanan terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
- Lingkungan
- Cuaca, kebisingan, kepadatan
- Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman dan harga diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan dengan perubahan keluarga
- Fisiologi
- Perubahan kondisi tubuh. Haid hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur, tekanan terhadap tubuh
- Berbagai penyakit infeksi, trauma fisik dengan kerusakan organ biologi kelelahan fisik dan kekacauan fungsi tubuh
- Psikologi
- Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern
- Berbagai kondisi yang mengakibatkan perasaan rendah diri seperti kegagalan mencapai sesuatu yang sangat di idam-idamkan
- Berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan atau pasangan hidup yang sangat dicintai
- Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia dan intelegensia
- Berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut kode moral etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan
Mengelola Stress :
- Cari sumber stress dan faktor-faktor yang berkaitan
- Tentukan “jarak” yang akan kita kelola dan sesuaikan dengan kemampuan
- Nikmati dengan ucapan syukur (Mazmur 34 : 7 – 11)
- Evaluasi keberhasilan dalam mengatasinya dan berikan reward atas keberhasilan anda
- Membangun hubungan dengan Tuhan dengan benar
- Mengakui kelemahan diri sendiri dengan jujur serta berdoa
Stress dapat menjadi daya dorong atau motivator seseorang untuk maju (II Korintus 12 : 7 – 10) : Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku : “Cukuplah kasih karunia–Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”. Sebab itu terlebih suka aku bermegah dalam kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela dalam kelemahan, didalam siksaan, didalam kesukaran, didalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Stress dipandang sebagai hal yang positif :
- Stress justru dapat menjadi tangga kenaikan kemampuan seseorang didalam memahami nilai-nilai kehidupan
- Kemampuan kita di dalam mengelola stress akan meningkatkan rasa percaya diri dan rasa mampu terhadap tantangan hidup
- Stres mempunyai potensi yang menghasilkan ketekunan dan karakter yang dewasa
- Stres yang dapat ditolerir akan memberikan kesempatan untuk semakin kuat dan tegar
Stress dapat memberi pengaruh yang negatif :
- Stress berdampak pada kesedihan (Matius 11 : 28 – 30)
- Sering mengalami stress akan mengakibatkan terganggunya kehidupan seseorang baik dalam kesehatan, penampilan, perilaku juga sulit dalam beradaptasi
- Stress dapat mengganggu keseimbangan fungsi tubuh
Strategi Tuhan Yesus menghadapi stress
- Ia dapat mengantisipasi stress (Matius 26 : 2, Lukas 17 : 25)
- Ia dapat menghadapi, mengidentifikasi penyebab (Lukas 22 : 37) dan dampaknya (Matius 26 : 20 – 24)
- Ia dapat menggunakan sumber daya rohaninya. Doa (Matius 26 : 36 – 44), firman (Lukas 22 : 37), Pengampunan (Lukas 23 : 34), Percaya pada kehendak Bapa (I Petrus 2 : 23) dan Ia mengetahui kehendak Bapa (Yohanes 17 : 4).
- Ia dapat mengatasi tekanan. Ia merasakan perasaan sedih (Matius 26 : 37). Menceritakan kepedihannya pada orang lain (Matius 26 : 38)
- Ia mencari penyelesaian tekanan tersebut (Matius 26 : 39)
- Tetap berfokus pada Bapa-Nya dan realitas rohani dibalik situasi itu (Yohanes 17 : 13)
- Mengatasi kekhawatiran (Matius 6 : 31 – 34)
- Penuntun yang baik dalam mengatasi stress. (Roma 15 : 4, II Timotius 3 : 16 – 17 dan Mazmur 31 : 10 – 15)
Yang perlu kita lakukan untuk mengurangi stress dapat dilakukan misalnya dengan istirahat tanpa melakukan aktifitas, tidur, olah raga, rekreasi. Tapi tidak semua stress dapat terselesaikan dengan mudah, karena beratnya beban, harus dicari penyebabnya. Yang terpenting tetap berfokus pada Allah, kita harus mengingat Dia bekerja, pandang Dia, bagaimana Yesus menghadapi situasinya ketika Ia menuju kayu salib. Ia dipandang rendah, ditolak, diremukkan, ditusuk, dilukai dan dianiaya, semua itu untuk kita (I Petrus 2 : 21). Yesus adalah teladan yang efektif. Yudhi Widyo Armono