Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Satu-satunya Dasar untuk Mengalahkan Satan (Iblis) – Bagian 3




eBahana.com – Alasan keempat salib harus diletakkan dalam pusat dari semua yang kita percaya dan lakukan: salib adalah satu-satunya dasar untuk kekalahan Satan. Kebenaran ini sangat penting – dan satu kebenaran yang musuh kita tidak pernah mau kita ketahui. Lebih jauh, ia akan melakukan segalanya dalam kekuatannya untuk mencegah kita memahami, atau mengaplikasikannya.

Melalui salib, Yesus Kristus mengalahkan Satan secara total, permanen dan tidak bisa dibatalkan. Satan tidak bisa merubah kebenaran kekal ini. Lebih lagi, ia telat menyadari kekalahannya. Ketika Yesus mati di salib, ia pikir ia menang. Namun sebaliknya, ia menerima kematiannya sendiri. Jadi, sejak kematiannya di salib, Musuh sudah melakukan segalanya dalam kekuatannya untuk menutupi kebenaran ini dan menyembunyikannya dari mata gereja.

Jika kita ingin menahan dan melawan Satan sendiri dalam hidup kita, kita tidak bisa melakukannya “dengan dasar lain” selain kemenangan Yesus atas Satan melalui salib. Jika kita menantangnya dengan dasar lain, kita akan dikalahkan. Kenapa? Karena Musuh jiwa-jiwa kita jauh lebih kuat dan jauh lebih pintar dari pada kita dalam kekuatan dan hikmat kita sendiri.

Roh-roh jahat tidak terkesan dengan teologi atau denominasi- denominasi kita. Mereka tidak perduli jika kita evangelikal, kharismatik, atau Katolik. Meski demikian, kita harus

menangani roh-roh jahat dengan dasar apa yang Yesus sudah capai di salib, itu ketika mereka “gemetar” (Yakobus 2:19). Roh-roh jahat gemetar ketika dikonfrontasi dengan realita kekalahan yang Satan derita melalui salib.

Untuk mengerti bagaimana Yesus memperoleh kemenangan atas Satan, mari kita baca pernyataan Yesus dalam Lukas 11:21-22:

“Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.

Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.”

Ini gambaran seorang tiran, penindas. Ia tinggal dengan yakin dalam istana yang sangat kokoh dimana ia menjadi tuan sepenuhnya.
Dalam istana ini, ia telah mengumpulkan banyak rampasan yang ia peroleh dari mereka yang ia tindas. Ia juga memiliki dibawah kendalinya jumlah besar budak yang ia paksa melakukan kehendaknya.

Ia duduk dalam bentengnya yang dipersenjatai lengkap, berpikir ia tak terkalahkan. Meski demikian, orang kedua yang lebih kuat datang melawannya dan mengalahkannya. Tolong dicatat bahwa orang yang lebih kuat merampas dari orang pertama semua persenjataannya, melepaskan tawanannya, dan membagi-bagikan rampasannya.

Dalam perumpamaan ini, orang kuat pertama adalah Satan. Orang kuat kedua adalah Yesus. Satan memiliki segalanya dibawah kendalinya dalam bentengnya. Ia memperbudak umat manusia. Ia merampas kita dari semua kekayaan dan berkat-berkat yang Allah Bapa kita intensikan untuk kita miliki. Satan duduk disana berpikir ia tidak terkalahkan. Lalu selanjutnya datang Yesus. Untuk itu, kita memiliki alasan untuk memuji dan bersyukur pada Tuhan!

Di salib, Tuhan Yesus, tanpa persenjataan militer, mengalahkan Satan secara total dan permanen yang tidak bisa dibatalkan. Lalu, setelah mengalahkan Musuh, Yesus mengambil darinya semua persenjataanya dan berkata pada tawanan-tawanannya, “Sekarang kamu bebas pergi! Dan sementara kamu pergi, ambil sebagian dari rampasan.”

Perumpamaan ini merepresentasi gambaran Yesus sendiri apa yang Ia capai dengan kematian-Nya di salib.

Dalam Kolose 2:13-15, kita membaca apa yang dicapai untuk kita ketika Yesus mengalahkan Satan:

“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah [Bapa] bersama-sama dengan Dia [Yesus Kristus Anak], sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.

Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.”

Paulus berkata disini bahwa Yesus “melucuti pemerintah- pemerintah dan penguasa-penguasa.” Pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa ini adalah pasukan-pasukan besar Satan. Ini pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa yang sama yang disebut oleh Paulus dalam Efesus 6:12:

“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa- penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Setelah Yesus mengalahkan pasukan-pasukan besar dan melucuti persenjataan mereka, Ia melanjutkan, Ia menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Kita perlu mengerti dasar dimana Ia melakukan itu.

Senjata terbesar Satan melawan umat manusia adalah perasaan bersalah. Puji syukur, kemenangan Yesus atas rasa bersalah selesai – dicapai dengan pengorbanan-Nya di salib. Ini gambaran kecil, yang kita bisa bayangkan, dari apa yang bisa terjadi pada zaman-zaman lampau dalam usaha Satan menghancurkan umat manusia.

Pertama, kita tahu bahwa Satan, sedikitnya dalam masa Ayub, memiliki akses ke hadirat Allah. Bagaimana kita tahu ini? Karena Kitab Suci mengatakan pada kita bahwa ketika malaikat-malaikat datang mempresentasikan diri mereka ke hadapan Tuhan, Satan bergabung dalam kerumunan. ( lihat Ayub 1:6-7). Tipikal Satan karena sikapnya, “aku tahu aku membuat kesalahan. Namun aku disini. Aku masih datang ke hadirat-Mu.”

Satu-satunya pribadi yang melihat Satan adalah Tuhan, karena Paulus berkata “sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang” (lihat 2 Korintus 11:14). Begitu kehadirannya diungkapkan, Allah dan Satan melakukan pembicaraan mengenai Ayub.

Kita menggambarkan Satan sebagai pembual lancang kasar dan kurang ajar. Dengan mulut besarnya, ia berkata pada Tuhan, Allah, aku tahu Engkau Allah kudus adil dan benar. Aku tahu aku pemberontak. Aku melihat lautan api itu, dan aku tahu itu tempat dimana aku akan berakhir. Aku tahu aku patut dibuang kesana, dan aku tidak menyangkal itu. Meski demikian, aku hanya ingin mengatakan pada-Mu satu hal: manusia-manusia itu yang Engkau ciptakan menurut gambar dan rupa-Mu yang Engkau begitu kasihi – aku sudah meyakinkan mereka untuk menjadi pemberontak seperti aku. Karenanya, ingat ini, ketika Engkau mengirim aku kedalam lautan api itu, keadilan-Mu menuntut Engkau mengirim mereka bersamaku.”

Bagaimana Allah harus merespons pada tantangan ini? Kita gambarkan Allah tidak mengatakan apa-apa sebagai respons. Kadang-kadang cara terbaik untuk menangani Satan tidak berdebat dengannya melainkan mengabaikannya. Itu benar-benar membuatnya marah. Allah tidak mengatakan apa-apa, namun Ia memiliki rencana. Rencana-Nya adalah Yesus.

Yesus datang ke dunia sebagai Adam terakhir. (Lihat 1 Korintus 15:45). Ia diidentifikasikan secara total dengan umat Adam. Satan mengejar-Nya, pada akhirnya memperoleh kematian-Nya. Pikiran Musuh begitu Mesias mati, Ia tidak bisa mendirikan kerajaan Allah. Meski demikian, ketika Yesus mati di salib. Ia menjadi perwakilan seluruh umat Adam. Semua kesalahan kita diletakkan diatas-Nya. Ia membayar total hukuman. Ketika Ia mati dan di kubur, kesalahan

kita dikubur selama-lamanya. Dan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, kita bisa menerima kerajaan Allah didalam kita. Satu-satunya kewajiban kita adalah mempercayai ini dengan iman.

Begitupula, dengan karya salib, Allah sudah membuat jalan bagi umat manusia ditangguhkan dari lautan api. Dalam keadilan-Nya, Allah bisa mengampuni kita dan menghukum Satan, tidak disebut dimana saja dalam Alkitab bahwa Satan memiliki tujuan lain kecuali lautan api.

Yesus tidak mengambil atas diri-Nya kodrat malaikat-malaikat. Karenanya, Ia tidak bisa menjadi substitusi untuk malaikat-malaikat. Yesus adalah Adam terakhir: jadi, Ia bisa menjadi substitusi bagi seluruh umat Adam – dan “hanya” untuk umat Adam. Berdasarkan apa yang Yesus lakukan, Allah sekarang bisa secara adil menghukum Satan sesuai waktu-Nya. Dan Allah bisa juga dengan adil membebaskan mereka yang menerima pengorbanan Yesus mewakili mereka.

Melalui kematian Yesus, Allah menyediakan dua pengampunan untuk membebaskan kita dari kesalahan kita. Satu berkaitan dengan kesalahan kita di masa lampau; yang lainnya, dengan kesalahan kita di masa depan. Pertama, Allah membuat ketentuan untuk masa lalu. Semua tindakkan ketidaktaatan kita dihukum dalam Yesus. Paulus menyatakan ini dalam Kolose 2:13 bahwa Allah mengampuni semua pelanggaran-pelanggaran kita. Lagi, Ia bisa mengampuni kita tanpa berkompromi dengan keadilan-Nya – membuat masa lalu kita bebas.

Jika kita seorang percaya sejati dalam Yesus dan sudah menerima ketetapan-Nya, tidak ada dari masa lalu melawan kita dalam catatan surga. Setiap perbuatan jahat yang kita pernah lakukan telah dihapus. Allah sudah berkata Ia tidak akan mengingatnya lagi (lihat

Yeremia 31:34). Ia sudah melempar dosa-dosa masa lalu ini kedalam laut. (Lihat Mikha 7:19).

Sebagai orang-orang percaya dalam Yesus, kita harus memiliki jaminan keyakinan bahwa semua dosa-dosa masa lalu kita sudah diampuni secara total, tidak pernah lagi diingat. Tentunya, jika kita berbuat dosa lagi yang belum diakui, itu tidak berlaku.
Penyembuhannya bagi kita adalah mengakui dosa-dosa ini, karena “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

Meski demikian, Allah masih harus membuat ketetapan untuk masa depan, seandainya kita kembali dan mengulang berbuat dosa lagi.

Untuk membuat ketetapan ini, Ia menghapuskan hukum Musa sebagai persyaratan untuk dibenarkan oleh-Nya. Paulus berkata Allah memakukan hukum, dengan perintah-perintah dan ordonansi- ordonansi, pada salib. (Lihat Kolose 2:14). Begitu kita datang pada salib dan terus berada dalam kuasanya, kita berada diluar teritori hukum sebagai jalan kebenaran.

Namun isu penghapusan hukum ini meninggalkan pertanyaan: Sejak hukum tidak lagi menjadi persyaratan untuk dibenarkan, lalu apa persyaratannya? Persyaratan kebenaran sekarang, adalah iman. Kita diperhitungkan benar bukan dengan mempraktikkan seperangkat peraturan melainkan dengan iman dalam Yesus Kristus.

Paulus menggunakan Abraham sebagai contoh iman. Mengutip dari Kejadian 15:6, ia menulis, “maka TUHAN memperhitungkan

hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Roma 4:3). Iman diperhitungkan pada Abraham sebagai kebenaran. Paulus menyimpulkan dalam Roma 4:22-25:

“Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Kata-kata ini, yaitu “hal ini diperhitungkan kepadanya, ” tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”

Karenanya, kita dalam katagori yang sama dengan Abraham jika kita percaya pada catatan apa yang Yesus capai di salib. Kitab Suci berkata Yesus diserahkan pada kematian karena pelanggaran- pelanggaran kita, dan Ia dibangkitkan dari antara orang mati untuk pembenaran kita, agar kebenaran itu di hubungkan kepada kita.

Jadi lagi, seperti dengan Abraham, kebenaran dihubungkan kepada kita berdasarkan iman kita. Abraham tidak memperoleh kebenaran dengan melakukan hukum-hukum – melainkan memperoleh melalui imannya. Begitupula, kebenaran tidak dihubungkan kepada kita karena apa yang kita lakukan – melainkan datang kepada kita karena “apa yang kita percaya.”

Iman satu-satunya dasar untuk kebenaran yang diterima oleh Allah. Allah tidak mengijinkan kita menambah apa pun pada persyaratan iman itu.

Kebenaran tidak dihubungkan kepada kita berdasarkan iman “plus” sesuatu; bukan iman “plus” perbuatan, iman “plus” gereja, iman “plus” baptisan, atau iman “plus” maksud baik.

Teriakkan Reformasi adalah “sola fide” – hanya dengan iman. Ini kebenaran besar yang ditemukan Reformasi. Hanya dengan iman kita bisa diperhitungkan benar dengan Allah. Bukan hanya Ia menghapus hukum Musa sebagai persyaratan untuk mendapatkan pembenaran, Ia juga tidak mensubsitusi hukum lain. Untuk ini kita harus memuji-Nya.

Ini kebenaran sentral injil, dan mengherankan begitu banyak orang berkata mereka percaya injil dan tidak mengerti fakta dasar ini.

Sementara kita masuk sepenuhnya kedalam kebebasan dari rasa bersalah, kita bisa mengalahkan senjata besar Musuh melawan kita. Mari kita pelajari satu ayat lagi. Berbicara lebih jauh mengenai apa yang Yesus lakukan untuk kita di salib, Paulus menulis:

“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu” (Efesus 2:14-16).

Melalui kematian-Nya di salib, Yesus menghapus “hukum perintah- perintah yang terkandung dalam ordonansi-ordonansi” dan dengan demikian menghapus perseteruan yang dihasilkan hukum. Dengan

fokus pada persyaratan-persyaratan hukum tidak membawa damai; sebaliknya membawa perseteruan dan pemisahan.

Pertama, membawa perseteruan antara bangsa Yahudi dan bangsa non-Yahudi selama tiga ribu lima ratus tahun. Realitanya banyak orang Yahudi yang menjalankan hukum Musa percaya bahwa menjalankan hukum membuat mereka lebih benar dari pada mereka yang tidak menjalankan hukum. Meski demikian, banyak dari mereka yang tidak mempertahankan hukum mendeklarasi mereka sama baiknya dengan orang-orang Yahudi, dan mungkin lebih baik. Ini poin perseteruan yang jelas antara dua kelompok.

Kedua, hukum membawa perseteruan antara Allah dan manusia. Ketika kita datang dibawah hukum dan melanggarnya, kita menjadi musuh-musuh Allah.

Dalam terang perseteruan ini, dan agar kita mencapai kebenaran, Allah sudah menghapus persyaratan-persyaratan hukum Musa. Lagi, Paulus mengacu pada hukum sebagai “hukum perintah-perintah yang terkandung dalam ordonansi-ordonansi.” Mempertahankan hukum mirip pikiran seseorang yang jatuh di laut kedalam samudera dan memegang sebuah papan untuk bertahan hidup.
Papan itu merepresentasi hukum – dan kita percaya jika kita melepaskan papannya, kita akan tenggelam.

Kebenarannya adalah kita “harus” melepaskan papan dan tenggelam, karena papan itu tidak akan pernah menyelamatkan kita. Kita tenggelam melalui kematian bersama Kristus, menerima pengorbanan-Nya untuk kita di salib, dan dilahirkan kedalam hidup baru. Seperti Paulus menulis:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:3-4).

Sementara kita menjalani kehidupan Kristen, kita mungkin menghadapi masalah-masalah, dan kita mungkin mengalami kekalahan-kekalahan. Namun iman kita terus menerus diperhitungkan pada kita sebagai kebenaran. Saat Makan Malam Terakhir, Yesus memperingatkan Petrus bahwa ia akan menyangkal- Nya tiga kali malam itu. Lalu Ia berkata pada Petrus: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara- saudaramu” (Lukas 22:31-32).

Yesus tidak berdoa agar Petrus tidak menyangkal-Nya. Ia berdoa agar iman Petrus jangan gugur. Seolah-olah Yesus berkata, “Petrus, engkau akan melakukan banyak hal-hal buruk. Namun jika engkau terus percaya, Aku akan memastikan engkau melewatinya.”

Itu kabar baik untuk kita semua. Jika kita bisa terus percaya, Allah akan membawa kita melewatinya.

Jika kita mempelajari cerita Abraham, bapa iman kita, kita melihat bahwa Abraham melakukan banyak kesalahan – bahkan sesudah kebenaran diperhitungkan padanya. Dua kali, ia mengijinkan istrinya diambil menjadi selir bangsa kafir, hal yang tidak baik (lihat Kejadian 12:10 – 20; 20).

Kita percaya Allah tidak menyetujui keputusan Abraham. Meski demikian, bahkan sementara Abraham membuat keputusan itu dan melakukannya, imannya masih diperhitungkan sebagai kebenaran. Jika sebagian besar orang percaya bisa mengerti kebenaran luar biasa ini, mereka akan merasa lega.

Tentunya, ini tidak berarti Allah mendorong kita untuk melakukan hal-hal buruk. Namun jika kita tulus mencoba melakukan apa yang Ia inginkan, bahkan sesudah kita membuat kesalahan-kesalahan, iman kita masih diperhitungkan sebagai kebenaran. Anak-anak Allah harus rileks, mengerti bahwa mereka tidak perlu bertahan pada hukum. Mereka hanya perlu terus percaya pada Yesus dan apa yang Ia lakukan di salib.

Melalui salib, Allah sudah memampukan kita bebas dari rasa bersalah. Satan tidak memiliki apa-apa lagi yang ia bisa tuduhkan pada kita. Dalam Roma 5:1, dikatakan pada kita, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Kita juga sudah dibebaskan dari beban penghukuman, seperti dikatakan dalam Roma 8:1: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”

Kita melihat delapan pasal pertama kitab Roma sebagai perjalanan rohani – “Ziarah Roma.” Pasal 8 adalah tujuan ziarah, yang adalah kehidupan yang dikendalikan Roh. Puncak atau kulminasi perjalanan ini terjadi sementara kita sepenuhnya masuk kedalam realita kesatuan kekal tidak terpisahkan dari Yesus Kristus (lihat Roma 8:35- 39).

Pasal 8 adalah pasal kemenangan. Namun ayat 1 satu-satunya pintu masuk kedalam pasal ini: “Demikianlah sekarang tidak ada

penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus….” Jika kita dibawah penghukuman, kita tidak bisa menjalankan kehidupan yang dikendalikan Roh seperti digambarkan dalam Roma pasal 8.
Sebagian besar orang Kristen berada dibawah perasaan-perasaan penghukuman terus menerus. Akibatnya, mereka kehilangan kebebasan mereka dalam Roh Kudus. Mereka tidak bisa tinggal dalam kehidupan Roma pasal 8 karena mereka belum belajar dasar menjadi bebas dari penghukuman.

Ada perbedaan besar antara rasa bersalah dan diyakinkan akan dosa. Rasa bersalah sering kabur dan umum, sementara diyakinkan akan dosa spesifik. Ketika Roh Kudus meyakinkan kita akan dosa, Ia dengan tepat mengatakan pada kita kesalahan apa yang kita sudah buat dan apa yang disyaratkan dari kita untuk memperbaikinya.
Sering Ia menunjukkan kita secara spesifik bagaimana kita perlu bertobat – mungkin bahkan mengarahkan pengakuan kepada orang yang dirugikan atau mengganti kerugian untuk kesalahan kita.

Rasa bersalah, dilain pihak, tidak pernah diselesaikan. Ketika kita merasa bersalah, kita sering memiliki rasa kabur kita belum melakukan cukup, kita tidak mencapai standar “seorang Kristen yang baik” atau Allah tidak senang dengan kita. Seperti kita sudah catat, rasa bersalah adalah satu senjata terbesar Satan melawan umat manusia.

Wahyu 12 menggambarkan Satan dan malaikat-malaikatnya dilempar keluar surga. Beberapa orang berkata peristiwa yang digambarkan disana sudah terjadi, namun kita percaya itu masih akan terjadi dimasa depan. Dalam ayat 10, kita diberi gambaran bagus bagaimana Musuh kita bekerja melawan kita hari ini.

“Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”

Peristiwa pengusiran Satan masih di masa depan, ayat di atas menggambarkan dimana Satan dan apa yang ia lakukan saat ini. Dan apa yang ia lakukan? “Satan mendakwa kita dihadapan Allah.” Ini satu penjelasan kenapa kita kadang-kadang mengalami perasaan- perasaan moody, dan gelap. Ada satu atmosfir rasa bersalah dan penghukuman disekitar kita yang kita harus belajar tangani.

Tujuan Satan menuduh kita adalah untuk membuktikan kita bersalah.

Kita mungkin bertanya kenapa Allah tidak memberhentikan tuduhan-tuduhan Satan. Karena Tuhan sudah memberi “kita” kuasa untuk memberhentikannya. Ia tidak akan melakukannya untuk kita apa yang kita bisa lakukan untuk diri kita sendiri. Ayat 11 dari Wahyu 12 memberi kita jawaban yang sangat jelas bagaimana kita bisa memberhentikan tuduhan-tuduhan Satan dan menangani rasa bersalah kita: “Dan mereka mengalahkan dia (Satan) oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.”

Tolong dicatat ada konflik langsung antara umat Allah dan Satan. Beberapa orang berkata Satan tidak bisa membuat masalah- masalah terhadap orang-orang Kristen. Ide itu tidak benar dan tidak alkitabiah.

Wahyu 12:11 mengatakan pada kita, kita mengalahkan Satan ketika kita bersaksi secara pribadi apa yang Firman Allah katakan mengenai apa yang darah Yesus lakukan bagi kita. Itu kesaksian kita.

Di bawah Perjanjian Lama, darah domba Paskah memberi orang- orang Israel imunitas dari penghakiman. Saat Paskah pertama, anak- anak Israel disyaratkan untuk memercik darah domba pada ambang dan tiang pintu rumah mereka untuk perlindungan dari penghakiman dan kematian. Untuk memercik darah, mereka menggunakan seikat ramuan yang disebut hisop. Mereka mencelupkan hisop kedalam pasu yang mengandung darah domba, memercikan darah, dan diselamatkan (lihat Keluaran 12:1-30).

Bagi kita, darah Yesus sudah di cucurkan: Kristus Domba Paskah kita sudah dikorbankan untuk kita (lihat 1 Korintus 5:7).

Darah-Nya tersedia untuk kita, dan kita mengaplikasikannya dengan kesaksian kita. Untuk mengalahkan Satan, kita bersaksi secara pribadi apa yang Firman Allah katakan darah Yesus lakukan untuk kita. Berikut dua pengakuan, atau proklamasi, berdasarkan Firman Allah, yang mendeklarasi apa yang darah Yesus dan salib capai untuk kita.

Pertama adalah pengakuan apa yang darah Yesus lakukan buat kita. Kita bisa menggunakan pengakuan ini ketika kita merasa bersalah, terhukum, atau dibawah awan penindasan tuduhan dari Musuh.
Ucapkan bersuara dengan berani dalam iman – deklarasikan kemenangan total Yesus di salib atas Satan.

Melalui darah Yesus, saya ditebus dari cengkeraman tangan Iblis. Melalui darah Yesus, semua dosa-dosa saya diampuni.
Melalui darah Yesus, saya terus menerus disucikan dari semua dosa.

Melalui darah Yesus, saya dibenarkan, dibuat benar, seperti saya tidak pernah berdosa.

Melalui darah Yesus, saya dikuduskan, dibuat kudus, dipisahkan untuk Allah.

Melalui darah Yesus, saya memiliki keberanian untuk masuk kedalam hadirat Allah.

Melalui darah Yesus, saya menghancurkan pekerjaan Satan.

Darah Yesus berteriak terus menerus pada Allah di surga mewakili kita.

Efesus 1:7; Petrus 1:19. Efesus 1:7, 1 Yohanes 1:7. Roma 5:9. Ibrani
13:12. Ibrani 10:19. Wahyu 12:11. Ibrani 12:24.

Pengakuan kedua berdasarkan pada Wahyu 12:11: “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”

Tubuh saya adalah bait Roh Kudus; ditebus, disucikan, dan dikuduskan oleh darah Yesus. Anggota-anggota, bagian-bagian tubuh saya, instrumen-instrumen kebenaran, yang diserahkan pada Allah untuk melayani-Nya dan kemuliaan-Nya. Iblis tidak memiliki tempat dalam saya, tidak berkuasa atas saya, tidak ada klaim-klaim yang belum diselesaikan melawan saya. Semua sudah diselesaikan oleh darah Yesus. Saya mengalahkan Satan dengan darah Anak Domba dan dengan kesaksian saya, dan saya tidak mengasihi hidup saya sampai kedalam maut. Tubuh saya untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh saya.

Membuat pengakuan-pengakuan ini secara reguler cara yang sangat praktikal untuk mengaplikasikan kemenangan yang Yesus sudah menangkan atas Satan di

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply