Orang-Orang Kristen Asing Bagi Dunia – Bagian 13
eBahana.com – Dunia tidak mengenal Yesus atau murid-murid-Nya. Seperti Yohanes 1:10 menegaskan, ” Ia (Yesus) telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” Kenapa dunia tidak mengenal Yesus? Karena mata mereka sudah dibutakan oleh Satan.
Dalam 1 Yohanes 3:1, kita membaca, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut (anak-anak Allah), dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu (dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia).”
Kita tidak boleh kuatir jika dunia tidak mengenal kita. Dunia juga tidak mengenal Yesus. Sebenarnya, kita harus kuatir jika dunia berpikir terlalu baik mengenai kita. Jika begitu, mungkin kita dalam bahaya.
Pernyataan lebih jauh selanjutnya, mengatakan bahwa dunia sebenarnya membenci Yesus dan pengikut-pengikut-Nya. Dalam Yohanes 15:18-19, Yesus mengatakan pada murid-murid-Nya, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi (karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia), sebab itulah dunia membenci kamu.”
Perhatikan dalam ayat 19, frasa “dunia” diulang lima kali. Sudah pasti Yesus sangat menekankan apa yang Ia katakan.
Dalam Yohanes 17:14, Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya, dengan mengatakan, “Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.”
Kita tidak perlu kuatir jika dunia membenci kita. Sebaliknya, kita harus gembira, karena jika dunia mengasihi kita seperti miliknya sendiri, kita milik kelompok yang salah.
Roh Allah dan roh dunia sepenuhnya asing satu sama lain. 1 Korintus 2:11 berkata, “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Sumber satu-satunya pewahyuan segala sesuatu mengenai Allah adalah Roh Kudus.
Paulus melanjutkan dalam ayat 12, “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.” Bukan roh dunia, melainkan Roh Allah, yang membuat kita tahu hal-hal mengenai Allah. Roh dunia dan Roh Allah saling berlawanan.
Dalam 1 Korintus 2:13, kita membaca, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” Ayat ini signifikan. Tidak ada bidang manusia – seperti filsafat, psikologi, atau psikiatri – mengakui realita Roh. Namun manusia adalah roh, jiwa, dan tubuh. Usaha apa saja untuk mengklasifikasi manusia dengan meniadakan realita roh mendistorsi kebenaran.
Ibrani 4:12 berkata, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”
Kabar baiknya Roh Allah dalam orang-orang percaya lebih besar dari pada roh dunia. Puji Tuhan. 1 Yohanes 4:1-6 berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi keseluruh dunia.
Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.
Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada didalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal- hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.”
“Roh yang ada didalam kamu” adalah Roh Kudus. Roh di dunia adalah roh Antikristus. Puji Tuhan kita di pihak yang menang! Kita tidak akan dikalahkan oleh Satan. Orang-orang duniawi mendengar roh dunia ini. Kita mempresentasi kebenaran dengan kuasa Roh Kudus, dan tidak menurut ketentuan-ketentuan dunia. Ketika kita berhenti terkesan dengan apa yang dunia pikir, kita berhenti mengikuti standar-standar dan nilai-nilai dunia, kita berhenti menjadi budak dunia. Kebalikan dari bekerja untuk menyenangkan dunia, kita hidup untuk menyenangkan Allah. Kita tidak perlu menyinggung orang lain; kita harus ramah, taktis, dan rendah hati, namun kita tidak harus tunduk pada ilah dunia ini.
Sementara kita membaca dalam 1 Korintus 2:12-14, Roh Allah mengungkapkan hal-hal yang dari Allah. Namun roh dunia mencemoh hal-hal yang dari Allah, yang adalah kebodohan bagi siapa pun yang tidak memiliki Roh. Dalam Yohanes 16:13-14, Yesus berkata bahwa ketika Roh kebenaran datang, “Ia akan memuliakan Aku.” Ini tes yang sangat mudah apakah Roh Kudus sedang bekerja. Apakah gerakkan atau metodenya memuliakan Yesus? Jika tidak, kita bisa pastikan bahwa itu bukan Roh Allah.
Roh dunia fokus pada manusia, mempersiapkan dunia untuk Antikristus. Filsafat humanisme fokus pada manusia; berpegang pada dasar bahwa manusia adalah ukuran dari semua hal, dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada manusia, membuat manusia setaraf dengan allah.
Ibrani 9:14 berkata, “Kristus…yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat.” Roh Kudus adalah “Roh kekal”; kata Yunani untuk istilah ini berarti roh dari semua zaman, roh yang tidak dibatasi oleh waktu.
Paulus menulis, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah [sementara], sedangkan yang tak kelihatan adalah (kekal)” (2 Korintus 4:17-18).
Roh kekal mengungkapkan hal-hal kekal. Ia mem-fokus-kan pikiran kita pada kekekalan – isu-isu riil, permanen, kehidupan dan kematian. Roh dunia ini, dilain pihak, mem-fokus-kan pikiran kita pada hal-hal mengenai waktu, yang bertahan hanya sementara.
Roh dunia ini tidak mau mengakui apa pun yang ada diseberang sana. Takut ide itu.
Yesus berkata dalam Yohanes 16:8, “Dan kalau Ia datang (Roh kebenaran), Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.” Realita-realita kekal ini – dosa, kebenaran, dan penghakiman – adalah realita-realita dasar agama sejati. Pada akhir hidup kita, kita harus mempertanggung jawabkan pada Allah, dan seperti Alkitab berkata, “Semua kejahatan adalah dosa” (1 Yohanes 5:17).
Apa yang kita sudah lakukan – berdosa atau tidak berdosa; tidak ada katagori alternatif.
Seperti Paulus menulis dalam 2 Korintus 5:10, “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Tidak ada alternatif diantaranya.
Jika ada satu kata yang dunia benci, adalah kata pertanggungjawaban. Esensi humanisme adalah menolak pertanggungjawaban dan tanggung jawab pribadi. Penganut paham humanisme menyangkal pertanggungjawaban pada siapa pun, berpegang segala sesuatu pada apa yang disebut relativiti. Tidak seorang pun harus bertanggung jawab pada siapa pun untuk apa pun. Petrus menggambarkan perspektif ini ketika ia menulis tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman: “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan- ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Kata mereka: “Dimanakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan” (2 Petrus 3:3-4).
Pengejek-pengejek akan mengejek janji kembalinya Tuhan; ini “hikmat” dunia.
2 Timotius 1:7 berkata, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” “Roh yang membangkitkan” dalam nas ini tidak mengacu pada kekuatan politik, fisikal, atau militer; melainkan kuasa spiritual – kuasa atas kejahatan. Roh dunia ini tidak menaklukkan kejahatan, melainkan Roh Allahlah yang membawa kasih untuk mengalahkan kejahatan. Roh dunia ini membawa perselisihan, ketidak harmonisan, dan kebencian. Namun Ibrani 10:29 menyebut Roh Kudus adalah “Roh kasih karunia.”
Jalan satu-satunya kasih karunia masuk kedalam hidup kita melalui Roh Kudus Allah. Roh dunia ini lawan kasih karunia; roh kedagingan, roh orang-orang yang berusaha mengandalkan dirinya sendiri.
Untuk meringkas, roh dunia ini, “roh yang menyesatkan” (1 Yohanes 4:6), secara total melawan Roh Allah, Roh kebenaran. Roh Allah mengungkapkan hal-hal mengenai Allah – kebenaran-kebenaran yang di ejek dan di cerca oleh roh dunia ini. Roh dunia ini fokus pada manusia, sebaliknya Roh Allah fokus pada Yesus. Roh Allah menginsafkan akan dosa, kebenaran, dan penghakiman, sebaliknya roh dunia ini menyangkal signifikans kekal dan riil mengenai hal-hal ini. Suatu hari, kita semua akan memberi pertanggungjawaban pada Allah. Pujilah Dia yang telah membenarkan kita.
Seperti kita sudah pelajari, mengalahkan dunia berarti kita juga tidak di rusak oleh nafsu-nafsu dunia. 2 Petrus 1:3-4 berkata: “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam (kodrat ilahi), dan (luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia).”
Dalam nas ini, kita belajar bahwa kita tidak harus minta Allah apa pun; Ia sudah memberikannya. Kewajiban yang kita harus lakukan adalah menemukan janji-janji dan meng-klaimnya, karena semua sudah diberikan untuk kita ambil. “Dengan jalan itu (janji-janji Firman Allah) Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi (kodrat Allah Sendiri), dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.
Sudah takdir ilahi kita mengambil bagian dalam kodrat Allah, dan melakukannya lebih dan lebih lagi. Lebih banyak Firman Allah kita terima, lebih banyak kita mendapatkan kodrat Allah. Lebih banyak kita mengambil kodrat Allah, lebih kurang kemungkinan kita menjadi rusak, karena kodrat ilahi tidak bisa mengakomodasi kerusakkan; keduanya bertentangan.
Dalam Perjanjian Baru, hawa nafsu adalah kata dengan arti spesifik: keinginan-keinginan sesat. Manusia tidak diciptakan hanya dengan keinginan-keinginan baik, namun ketika ia berbalik melawan Pencipta-nya dan memberontak, keinginan-keinginan baik itu menjadi rusak. Kepuasan keinginan-keinginan rusak ini mengarahkan pada kejahatan.
Jika kita melihat dunia hari ini, kita melihatnya rusak, kotor, tidak murni, tidak jujur, dan jahat melalui keinginan-keinginan sesat.
Orang-orang melakukan hal-hal yang paling tidak masuk akal menghancurkan tubuh mereka. Merokok contohnya. Ini hawa nafsu.
Kita tidak menghukum orang-orang yang merokok, namun kita kasihan pada mereka, karena mereka hanya menghancurkan diri mereka sendiri. Keinginan buruk ini membawa kerusakkan – kerusakkan praktis – kanker paru-paru, kanker lidah, emfisema beberapa efek-efeknya.
Dalam 1 Yohanes 2:15, kita di instruksikan, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Kita tidak bisa mengasihi keduanya – dunia dan Bapa. Isu ini – mengasihi dunia dan mengasihi Bapa – sikap yang saling terpisah. Ayat 16 melanjutkan, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Lagi, kasih akan Bapa dan kasih akan dunia bertentangan.
Dalam ayat 17, kita membaca, “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” Dunia jatuh melalui hawa nafsu, tiga jenis yang Yohanes gambarkan dalam ayat 16: keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup.
Analisa pencobaan seperti dicatat sepanjang Alkitab menunjukkan tiga bentuk ini – keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup. Pencobaan dimulai dengan Hawa, ketika Satan membujuknya untuk makan buah terlarang. Kejadian 3:6 berkata, “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya.”
Awal dari masalah Hawa adalah keluarnya dia dari alam iman dan masuk kedalam alam pancaindera. Kebalikan dari percaya apa yang Allah katakan, ia melangkah dengan apa yang ia lihat. Ini mempercepat kejatuhannya. Jalan satu-satunya kembali adalah berbalik: menolak tuntunan pancaindera yang tidak bisa dipercaya dan mempercayai Firman Allah.
Pencobaan Hawa sesuai dengan hawa nafsu yang di spesifikasi dalam 1 Yohanes 2:16: “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging (buah pohon itu baik) dan keinginan mata (sedap kelihatannya) serta (memberi pengertian) keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Jika kita analisa kodrat pencobaan ini, kita akan menemukan bukan pencobaan untuk melakukan kejahatan semata-mata. Melainkan keinginan untuk menjadi seperti Allah.
Esensi pencobaan ini adalah keinginan untuk independan dari Allah. Selama kita menginginkan independen dari Allah di hati kita, kita berada dalam posisi berbahaya. Tidak ada dalam alam semesta ini yang diciptakan memiliki hak untuk menjadi independen dari Allah, Penciptanya.
Adam dan Hawa percaya mereka bisa menjadi independen dengan memperoleh pengetahuan. Keinginan untuk tahu tidak salah, namun keinginan untuk tahu sebagai jalan untuk menjadi independen akar masalah mereka.
Keangkuhan hidup menyebabkan individual-individual berkata, “Saya bisa atur hidup saya tanpa Allah. Jika saya dalam keadaan bahaya, saya mungkin berdoa, namun pada umumnya, saya bisa mengatasi sendiri situasinya.” Beberapa orang memperlakukan Roh Kudus seperti bantuan darurat. Ketika semua jalan gagal, mereka berdoa. Ini bukan cara kita dirancang untuk hidup. Kita dirancang untuk hidup jam demi jam, momen demi momen dengan bergantung pada Roh Kudus.
Satan mencobai Yesus dengan tiga pencobaan yang berhubungan dengan tiga hawa nafsu ini. Mari kita membaca catatan dalam Matius 4:1-10.
“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”
Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Satan pertama mencobai Yesus merubah batu-batu menjadi roti. Menarik keinginan daging, Satan mengundang Yesus melakukan seperti banyak orang yang mengutamakan perut mereka dari pada ketaatan pada Allah.
Pencobaan kedua Satan menunjukkan Yesus kerajaan dunia dan kemuliaannya dalam sekejap waktu, menarik untuk keinginan mata. Pikirkan kilauan dan kemegahan; pikirkan mahkota, mutiara, berlian, dan kemewahan. Satan berkata yang Yesus perlu lakukan hanya merebahkan diri dan menyembahnya, dan Ia akan menerima semua kekayaan ini.
Yesus adalah Mesias sejati, Kristus sejati; begitu rupa, Ia menolak tawaran ini. Seperti kita sudah bahas, kristus palsu akan menerima tawaran itu. Ia akan merebahkankan diri dan menyembah Satan sebagai pertukaran dengan menerima janji-janji kuasa dan kemewahan dan kekayaan, ia akan tunduk pada Satan. Kristus tidak.
Pencobaan ketiga mengundang Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya kebawah dari puncak gunung untuk melakukan mujizat memperagakan tak terbatas kuasa-Nya – keangkuhan hidup. Ini mungkin paling cerdik dari semua pencobaan – pencobaan menggunakan karunia-karunia spiritual seseorang untuk mempromosikan diri. Ini sering terjadi di gereja, dan esensi yang mendasarinya adalah dosa keangkuhan.
Kesalahan tidak masuk gereja kecuali karena keangkuhan. Semua kesalahan agamawi berakar pada keangkuhan. Jika seseorang ingin menggerakan pengikut, ia bisa melakukan itu dengan membuat janji-janji besar kepada orang-orang, dengan membuat mereka merasa ekslusif dan lebih unggul.
Poin menarik lainnya, Adam jatuh melalui makan, sementara Yesus mengalahkan dengan berpuasa. Ketika kita berurusan dengan perut kita, kita berurusan dengan akar. Berpuasa, ketika dengan benar dipraktikkan, efektif untuk pertumbuhan spiritual.
Kita karenanya harus menghindari kerusakan hawa nafsu yang mengendalikan dunia. Ketika sesuatu menjadi rusak, mustahil memberantas kerusakkan itu – kedagingan.
Beberapa gereja bertindak seperti lemari es, memperlambat namun tidak menghentikan kerusakkan buah di dalamnya – jemaat mereka. Kerusakkannya mungkin tidak cepat atau menyolok, namun masih ada disana. Begitupula dengan dunia, tidak ada cara untuk membalik proses kerusakkan.
Allah tidak akan merubah dunia; Ia akan mengganti dunia. Ini yang Ia lakukan dalam hidup kita. Dosa merusak kita, maka kita harus dilahirkan kembali. Ia memberi kita awal yang baru. Ia tidak memperbaiki diri lama kita yang rusak; melainkan, Ia membuat kita menjadi makhluk baru, asal ilahi dan hidup yang tidak bisa rusak.
Kita harus hidup kudus dalam menjalani hidup ini.
Orang-orang percaya harus menggunakan, namun bukan menyalahgunakan, dunia. Ada garis halus antara dua kata ini – menggunakan dan menyalah gunakan. Dalam 1 Korintus 7:31, kita membaca, “…orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya.” Alkitab New International Version berkata, “Mereka yang menggunakan hal-hal dari dunia, seolah-olah tidak terpikat didalamnya.” Dengan kata lain, kita tidak boleh membiarkan dunia mencengkram kita.
Kita harus berinteraksi dengannya tanpa mengijinkannya memimpin atau memiliki kita.
Sementara kita memproklamasi injil, kita tidak boleh terkontaminasi oleh dunia, yang mengandung banyak polusi – kontaminasi spiritual. Kitab Yakobus menasihati kita mengenai kemurnian spiritual. Alkitab tidak banyak berbicara tentang agama, namun memiliki banyak untuk dikatakan tentang keselamatan. Perbedaannya agama adalah apa yang orang-orang lakukan untuk Allah, sementara keselamatan apa yang Allah lakukan untuk orang-orang.
Ketika sampai pada agama, jika lebih banyak orang membaca Yakobus 1:26-27, gereja kita kemungkinan menjadi berbeda. Ayat 26 berkata, “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.” Tidak masalah apakah kita menyebut diri kita Baptis, Katolik, atau Pentakosta – jika kita tidak mengendalikan lidah kita, agama kita tidak memiliki nilai. Beberapa orang kemungkinan belum pernah menyadari ini sebelumnya.
Oleh Loka Manya Prawiro.