Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pendiri Megachurch Yoido Korea Selatan David Cho Yong-gi Berpulang




Umat ​​Kristen menghadiri kebaktian Paskah dengan kondisi physical distancing di Yoido Full Gospel Church pada 4 April di Seoul, Korea Selatan.

Seoul, eBahana.com – David Cho Yong-gi, seorang pendeta Korea Selatan yang mendirikan salah satu gereja terbesar dan terpopuler di Korea Selatan meninggal pada Selasa (14/9) pagi, menurut pernyataan gereja dalam rilis berita. Cho yang berusia 85 tahun, telah dirawat di rumah sakit sejak pingsan pada Juni 2020, dan meninggal di Seoul setelah menderita pendarahan otak.

Diketahui Cho mendirikan Yoido Full Gospel Church (Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah) pada tahun 1958, yang tumbuh menjadi salah satu gereja terbesar di dunia dengan lebih dari 480.000 jemaat setiap minggu, menurut Leadership Network, sebuah organisasi internasional para pemimpin gereja. Yoido memiliki lebih dari 500 lokasi gereja di seluruh Korea Selatan, dan telah mengirim ribuan misionaris ke berbagai negara selama bertahun-tahun, menurut rilis berita gereja.

Cho sendiri telah berpartisipasi dalam demonstrasi dan gerakan keagamaan di 71 negara, kata rilis tersebut. Lahir pada tahun 1936, Cho hidup melalui Perang Korea, di mana ia melayani sebagai penerjemah antara kepala sekolahnya dan komandan militer AS, kata gereja dalam rilisnya. Pada tahun kedua sekolah menengahnya, dia didiagnosis menderita tuberkulosis paru dan diberitahu bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Setelah itu, Cho teguh memilih Kristus, sebuah keputusan yang kemudian dia anggap sebagai pemulihan “ajaib”, menurut gereja. Pemulihan Cho mendorongnya untuk mendaftar di Seminari Teologi Injil Sepenuh, dan ia mendirikan gereja Yoido setelah lulus. Gereja dimulai ketika hanya lima jemaat berkumpul di bawah tenda di Seoul, menurut situs web gereja.

Korea Selatan memiliki salah satu budaya Kristen — terutama Protestan– yang paling hidup di dunia, dengan pertobatan mendapatkan momentumnya pada pertengahan hingga akhir abad ke-20. Sekte-sekte Kristen minoritas, serta gereja-gereja besar, berkembang pesat pada tahun-tahun setelah berakhirnya Perang Korea — dan Yoido mungkin menjadi perwakilan paling terkenal di Korea, dengan lebih dari 700.000 anggota pada tahun 1993, menurut rilis berita. Angka-angka itu terus meroket ketika gereja go international, berkembang untuk sederet wilayah gunung raksasa di Provinsi Gyeonggi Korea Selatan dan universitas Kristen Cho didirikan di Kalifornia.

Gereja juga membentuk sebuah cabang internasional, yang dipimpin oleh Cho, untuk terhubung dengan para pendeta dan pemimpin gereja dari 25 negara lain, menurut situs webnya. Di Korea Selatan, Cho menjadi sosok yang sangat berpengaruh; ia mendirikan sebuah surat kabar harian Kristen, mendirikan sebuah LSM kemanusiaan, dan menulis beberapa buku, kata rilis gereja. Tapi dia juga sering menjadi subyek kontroversi dan skandal. Pada tahun 2014, ia dinyatakan bersalah menggelapkan $ 14 juta sumbangan gereja untuk membeli saham milik putranya, empat kali lipat dari nilai pasar mereka, menurut Reuters. Diketahui istri Cho meninggal pada Februari 2021 kemarin. Pasangan ini meninggalkan tiga putra.



Leave a Reply