Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Identitas Roh Kudus dan Roh Kudus Dalam Gereja – Bagian 2




eBahana.com – Kita harus bisa mengenali Roh Kudus. Jadi kita tahu kapan Ia bergerak dalam gereja – dan kapan Ia absen. Alkitab memperkenalkan Trinitas dalam Kejadian 1:1-2: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Pertama kali kita di perkenalkan “bukan” pada Bapa atau Anak, namun pada Roh Kudus, “yang melayang-layang di atas permukaan air.” Roh Kudus bergerak dengan kuasa kreatif mewakili Allah Bapa, dan melalui peran kreatif ini membentuk bumi dan semua yang ada didalamnya.

Kejadian 1:3 berkata, “Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.” Mazmur 33:6 mengatakan pada kita, “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas [Roh] dari mulut-Nya segala tentaranya.” Kuasa kreatif Allah disalurkan melalui firman dan Roh-Nya, yang melaksanakan perintah-Nya.

Nama Ibrani untuk Allah dalam Kejadian 1, “Elohim,” jamak. “Im,” dalam Ibrani memiliki fungsi sama seperti menambah “s,” “es,” atau “i,” pada akhir dari kata-kata dalam bahasa Inggris untuk membuatnya jamak. Kata kerja “diciptakan,” “bara,” tunggal, mempresentasi paradoks antara subyek plural dan kata kerja tunggal.

Allah satu, namun Ia lebih dari satu; Ia secara simultan jamak dan tunggal. Kebenaran ini diperkenalkan kepada kita dengan tiga kata pertama Alkitab (dalam teks Ibrani) dan sepanjang Kitab Suci, menerangi identitas Trinitas.

Signifikan Allah Roh Kudus pribadi pertama Trinitas yang kita temui dalam Alkitab – ketika kita menjalin hubungan pribadi dengan Allah, kontak awal dibuat bukan dengan Bapa atau Anak, melainkan dengan Roh Kudus, yang memperkenalkan kita pada Anak.

Merefleksi pengalaman kita sebagai orang Kristen, banyak dari kita menyadari bahwa sebelum kita mengenal Yesus, pengaruh lain bekerja dalam kehidupan kita. Cara kita berpikir dan keinginan kita bergeser. Kita mungkin kecewa dengan keadaan. Ini bukan siapa- siapa melainkan Roh Kudus yang menggerakkan hati kita dan mempersiapkan kita untuk Firman Allah, yang membawa terang.

Allah Roh Kudus memiliki peran khusus dalam proses penebusan. Dalam setiap tahap, Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerjasama menjalankan tindakan-tindakan penting.

Proses penebusan dimulai dengan inkarnasi Yesus, dijelaskan dalam Matius 1:18: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.” Lukas 1:34-35 menggambarkan keraguan Maria dan respons malaikat Gabriel: “Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”

Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”

Roh Kudus yang membentuk bayi Yesus dalam rahim Maria.

Roh Kudus juga memainkan peran kunci dalam mujizat-mujizat dan pelayanan Yesus di bumi. Di rumah Kornelius setelah kematian dan kebangkitan Yesus, Petrus meringkas pelayanan-Nya dalam satu ayat: ” tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia” (Kisah Para Rasul 10:38). Bapa, Anak, dan Roh bekerjasama menolong umat manusia, menyembuhkan yang sakit, dan mengalahkan setan.

Mengenai kematian Yesus di salib, Ibrani 9:14 berkata, “Kristus…yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri- Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat.” Lagi, kita melihat tiga pribadi bekerjasama: Kristus Anak menyerahkan diri-Nya melalui Roh Kudus kepada Bapa.

Sama benarnya dengan kebangkitan: Paulus mencatat dalam Roma 1:3-4 bahwa Yesus “…..Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.” Jadi, kuasa yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati adalah Roh Kudus.

Kisah Para Rasul 2 menggambarkan, ketika Roh Kudus turun keatas murid-murid dan menyebabkan mereka berbicara dalam bahasa lidah. Petrus, berbicara kepada orang banyak, menyampaikan kotbah yang berpusat pada kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Kisah Para Rasul 2:32-33 berkata, “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.

Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.”

Pada Pentakosta, Anak menerima Roh dari Bapa dan mencurahkan Roh pada murid-murid yang menunggu. Jadi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerjasama untuk kebaikan umat manusia, mempengaruhi penebusan dan keselamatan kita.

Mazmur 14:1-3 menggambarkan orang yang hatinya tanpa Roh Kudus: “Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.” Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.

TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan mencari Allah.

Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuah baik, seorang pun tidak.”

Ketika Roh Allah absen, hati manusia tidak mencari Allah dan tidak tahu keharusan itu.

Roh Kudus sendiri memenuhi orang-orang dengan kerinduan untuk kebenaran. Hanya dengan kasih karunia-Nya orang-orang berbalik dari dosa, merendahkan diri mereka, mencari Allah, dan menempatkan iman mereka didalam-Nya.

Roh Kudus sendiri yang bisa mengimpartasi kekudusan, yang diperlukan dalam keselamatan. Pekerjaan Roh Kudus tidak berhenti disana. Dalam Efesus 2:18, Paulus menjelaskan bahwa Allah berdiam dalam gereja Yesus Kristus, umat-Nya yang sudah ditebus: “karena oleh Dia [Yesus] kita kedua pihak….dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”

Kita memiliki akses kepada Bapa melalui Yesus Anak dan melalui Roh – bukan melalui doktrin atau kepandaian berbicara. Tidak seorang pun bisa menghampiri Allah kecuali melalui Roh Kudus. Semua orang Kristen membutuhkan hubungan dengan-Nya, sesuatu yang sayangnya banyak dari mereka kurang mengalami.

Kita harus mengerti bahwa Roh Kudus pribadi sama seperti Allah Bapa dan Allah Anak. Dia bukan abstraksi teologikal tidak berwujud atau frasa pernyataan kepercayaan Rasul. Ia pribadi riil, dan arah kehidupan Kristen kita akan berbeda banyak ketika kita berhubungan dengan-Nya.

Ketika Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, Ia meyakinkan mereka, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Teks aslinya dalam bahasa Yunani. Kata-kata Yunani dibagi kedalam tiga gender – maskulin, feminin, dan neuter – dia, ia, ini atau itu. Kata Yunani untuk “roh,” “pneuma,” adalah “neuter,” jadi biasanya diasumsikan tidak dikaitkan dengan seseorang. Ayat ini, meski demikian, mengesampingkan konvensi gramatikal dan menggunakan kata ganti pribadi maskulin, “Ia.” Kenapa? Untuk menekankan bahwa Roh Kudus adalah satu pribadi yang dengannya kita harus berhubungan. Kita tidak boleh berhubungan dengan-Nya sebagai seperangkat peraturan atau konsep doktrinal.

Identitas Roh Kudus sebagai satu pribadi dikuatkan lebih jauh oleh Yesus ketika Ia berkata kepada murid-murid setelah kebangkitan- Nya, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yohanes 16:7).

Nas ini menggambarkan pertukaran pribadi. Yesus berkata Ia akan kembali kepada Bapa di surga; begitu sampai disana, Ia akan mengutus Roh Kudus, atau Penghibur. Seperti Yesus satu pribadi, begitu pula Roh Kudus, yang datang untuk mengambil tempat Yesus di bumi, juga satu pribadi.

Pertukaran ini untuk kepentingan kita, karena Yesus berkata kita lebih baik dengan-Nya di surga dan Roh Kudus di bumi. Banyak orang senang membayangkan di bumi bersama Yesus, melihat-Nya mengajar dan melakukan mujizat-mujizat. Namun Alkitab mengungkapkan kita bisa mengenal Allah lebih intim dan datang lebih dekat pada Yesus melalui Roh Kudus dari pada kita dengan hadirat fisikal Yesus di bumi.

Kita membutuhkan pembela (advokat) – seseorang yang memohon kasus kita dihadapan Allah. Roh Kudus advokat terbaik, dan Allah mengutus-Nya untuk memohon kasus kita dan untuk melindungi kita melawan jeratan setan (lihat Yohanes 8:26-27). Roh Kudus memiliki peran eksklusif sebagai perwakilan pribadi Allah di bumi.

Dalam 2 Korintus 3:17, Paulus berkata, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” Dalam Perjanjian Baru, “Tuhan” merepresentasi nama sakral Allah, “Jehova” atau “Yahweh” ; mengindikasi satu pribadi ilahi.

Paulus berkata, ” Tuhan adalah Roh.” Allah Bapa adalah Tuhan, Allah Anak adalah Tuhan, dan Allah Roh adalah Tuhan juga. Yesus adalah Tuhan atas gereja, namun Roh Kudus adalah Tuhan “dalam” gereja; ketuhanan Yesus atas gereja efektif hanya sejauh Roh Kudus Tuhan dalam gereja. Jika gereja benar-benar menginginkan Yesus sebagai Tuhan, pertama Roh Kudus harus menjadi Tuhan didalam gereja itu.

Persyaratan ini menciptakan masalah bagi banyak gereja-gereja Kristen masa kini yang anggota-anggotanya mengaku Yesus sebagai Tuhan namun gagal membuat Roh Kudus Tuhan dalam kehidupan mereka dan dalam ibadah-ibadah gereja mereka. Mereka memaksakan label-label dan menggunakan istilah-istilah yang tidak membuktikan pengesahan atau keaslian Roh Kudus sejati.

Bagaimana Roh Kudus berdiam didalam gereja – tubuh Kristus? Paulus mengidentifikasi dua cara dalam surat pertamanya kepada gereja di Korintus. Dalam 1 Korintus 3:16, ia menulis,”Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” “Kamu” dalam nas ini adalah jamak dalam Yunani aslinya; Paulus berbicara kepada orang-orang Kristen secara kolektif sebagai bait Roh Kudus.

Ia melanjutkan ide ini dalam 1 Korintus 6:19: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu?” Disini, Paulus berbicara kepada individual orang-orang percaya. Bukan hanya Roh Kudus berdiam dalam gereja – kelompok kolektif orang-orang percaya – namun Ia berdiam didalam setiap individual orang percaya. Allah ingin tinggal dalam setiap dari kita, mendiami tubuh fisikal kita. Suatu kerendahan hati di pihak Allah Mahabesar kita, pencipta alam semesta!

Apa yang Roh Kudus capai sementara Ia tinggal dalam kita? Pertama, Ia disini untuk menyelesaikan pelayanan Yesus. Meski Yesus sudah menyelesaikan pengorbanan sempurna di salib, ketika Ia meninggalkan bumi, tugas-Nya mengajar murid-murid-Nya masih jauh dari selesai.

Yesus harus meninggalkan mereka setelah tiga setengah tahun bersama-sama dan mengajar, namun Ia tidak akan menelantarkan mereka. Sebaliknya, Ia mengutus Roh Kudus untuk bersama-sama dengan mereka selama-lamanya: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16). Yesus berjanji mengutus “Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (ayat 17-18).

Jika kita mencoba menjalani kehidupan Kristen tanpa Roh Kudus, kita akan melakukannya sebagai yatim piatu. Yesus memberi Roh Kudus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, namun kita harus menyambut-Nya dan mengakui ketergantungan kita pada- Nya.

Lagi, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong” dalam Yohanes 14:25-26: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama- sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Nas ini penting, karena menegaskan bahwa Perjanjian Baru tidak bergantung pada ingatan atau kepintaran rasul-rasul, melainkan pada Roh Kudus, yang mengilhami catatan-catatan mereka.

Yesus tidak pernah menulis satu kata; Ia menyerahkan pada rasul- rasul-Nya tugas mencatat kehidupan-Nya dan menyampaikan ajaran-ajaran-Nya dalam Surat-Surat. Kita bisa mengandalkan akurasi tulisan-tulisan mereka, bukan karena mereka penulis-penulis sempurna, namun karena mereka penulis-penulis yang di inspirasi oleh Roh Kudus untuk membawa ajaran-ajaran Yesus ke pikiran kita.

Roh Kudus menyempurnakan pendidikan kita sebagai orang-orang Kristen. Seperti Yesus katakan kepada murid-murid dalam Yohanes 16:12-13, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal- hal yang akan datang.”

Kesedihan mereka saat kepergian-Nya digambarkan dengan mereka tidak mampu menyerap ajaran tambahan waktu itu, jadi pengajaran lebih jauh oleh Roh Kudus diperlukan.

Roh Kudus melayani kita dengan tuntunan, memimpin kita setiap hari. Ia memberi kita pewahyuan, berbagi dengan kita apa yang akan datang – hal-hal yang di ucapkan di surga dan di manifestasi di bumi.

Pewahyuan penting khususnya dengan meningkatnya kekerasan hari-hari ini. Kita hidup dalam waktu yang berbahaya. Semua jenis kekuatan-kekuatan jahat dan tindakan-tindakan kekerasan tumbuh dan menyebar.

Kita tidak bisa membuka media tanpa membaca berita kejahatan kriminal. Untuk kepentingan kita, meski demikian, kita memiliki seseorang [Roh Kudus] yang memperingatkan kita hal-hal yang akan datang.

Allah memperingatkan Nuh, dengan iman membangun bahtera jauh sebelum bahkan banjir datang, untuk menyelamatkan rumah tangganya. Yesus berkata seperti di hari-hari Nuh, begitu pula di hari-hari ketika Ia kembali (lihat Matius 24:37-51). Pada zaman Nuh, bumi dipenuhi dengan kekerasan; pikiran setiap hati manusia jahat. Semua manusia korup dan keinginannya tidak wajar, melibatkan diri dalam tindakkan-tindakkan amoral.

Hanya Nuh yang benar dihadapan Allah. Karena Allah menunjukkannya apa yang akan terjadi, Nuh tahu datangnya banjir dan karenanya mempersiapkan diri. Untuk bertahan hidup dan memenuhi tugas kita dalam dunia hari ini, kita membutuhkan peringatan supernatural dari Allah.

Bagaimana kita bisa mengenali Roh Kudus dan membedakan Roh Kudus dari roh-roh lain? Ada roh kudus tiruan – satu contoh adalah “roh kudus” yang dikemukakan oleh penganut gerakan New Age.

Roh Kudus memiliki atribut kekudusan yang berbeda, seperti di indikasi oleh nama-Nya. Ia kudus. Dalam Ibrani, “Roh Kudus” adalah terjemahan “Roh Kekudusan.” Nama-nama-Nya yang lain – termasuk Roh Kasih Karunia, Roh Kebenaran, dan Roh Kuasa – lima anak cabang gelar “Roh Kudus.”

Tidak ada yang najis keluar dari Roh Kudus. Kitab Suci berbicara keindahan kekudusan (lihat Mazmur 29:2; 96:9). Ketika keluar dari Roh Kudus, kekudusan memberi seseorang keindahan didalam yang mungkin tercermin secara eksternal. Dalam 1 Petrus 3:4, Petrus berbicara mengenai “manusia batiniah yang tersembunyi” dan “perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram,” yang sangat berharga di mata Allah.

Apapun yang buruk – dalam arti spiritual – tidak keluar dari Roh Kudus. Dua belas kata yang diasosiasi dengan jenis keburukan ini diidentifikasi sebagai: tidak kudus, menurunkan martabat, kurang ajar, tidak senonoh, tidak sensitif, kasar, mementingkan diri sendiri, meninggikan diri sendiri, palsu, konyol, bodoh, dan provokatif.

Kita bisa mengidentifikasi Roh Kudus dengan tiga ujian tambahan.

Pertama, orang-orang yang menggunakan roh untuk memanipulasi atau mendominasi orang lain mempraktikkan ilmu sihir, karena tidak seorang pun bisa memegang kendali atas Roh Kudus Allah. Roh Kudus tidak sinonim dengan “karunia-karunia” Roh Kudus. Dalam Roma 11:29, Paulus menjelaskan “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.” – “karunia-karunia Roh tidak bisa dibatalkan atau ditarik kembali.” Sekali Allah memberi karunia pada seseorang, Ia tidak pernah membatalkannya; penerima karunia bisa menggunakan, salah menggunakan, atau mengabaikan karunia itu. Kebebasan ini mengkonfirmasi bahwa – karunia berbeda dengan pinjaman bersyarat.

Orang-orang sudah lama menyalah gunakan karunia-karunia Roh Kudus, seperti di indikasi oleh Paulus dalam 1 Korintus 13:1: “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.” Dalam hal ini, karunia berbicara dengan lidah – ketika disalah gunakan – membuat suara sumbang yang kosong.

Karunia-karunia spiritual lain, seperti karunia pengetahuan atau karunia kesembuhan, mungkin disalah gunakan ketika orang-orang menggunakannya untuk mencapai tujuan tertentu (sering keuntungan pribadi) atau untuk mempromosi gerakan yang melawan kehendak Allah. Jadi Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya adalah entitas yang terpisah.

Karunia Roh Kudus bisa disalah gunakan, namun Roh Kudus tidak bisa dimanipulasi. Roh Kudus adalah Allah, dan kita harus berhubungan dengan-Nya seperti itu.

Ciri kedua Roh Kudus yang membedakan adalah peran-Nya sebagai pelayan Allah Bapa dan Allah Anak. Ini memperkuat kodrat kehambaan. Peran Roh Kudus sebagai pelayan mengarahkan aktifitas-aktifitas dan atribut-Nya. Dalam Yohanes 16:13-14, Yesus menggambarkan pelayanan dan aktifitas Roh Kudus: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal- hal yang akan datang.

Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”

Jadi, Roh Kudus tidak berbicara pesan-Nya sendiri, melainkan apa yang Ia dengar dari Bapa dan Anak. Sasaran-Nya untuk menunjuk pada Yesus dan untuk memuliakan-Nya. Roh apa pun yang fokus pada dirinya, selain dari pada Yesus, bukan Roh Kudus.

Tidak ada dalam Kitab Suci kita menemukan doa yang ditujukan pada Roh Kudus. Apa yang tampak doa instan pada Roh Kudus – dalam visi Yehezkiel mengenai lembah gersang, tulang-tulang kering – sebenarnya nubuat ketimbang doa: “Maka firman-Nya kepadaku: “Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali.”

Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar” (Yehezkiel 37:9-10).

Berdoa pada Allah Bapa ketimbang pada Roh Kudus meletakkan aturan berdasarkan hubungan tuan-hamba. Ketika berhubungan dengan tuan dan hamba-nya, kita berbicara langsung pada tuan; hambanya tidak bertindak sebagai perantara, melainkan menerima perintah-perintah dari tuan. Kita tidak pernah memberi perintah- perintah kepada Roh Kudus, kecuali melalui doa, kita mempresentasi permohonan kita kepada Allah Bapa dalam nama Yesus, dan Allah mengarahkan Roh Kudus hamba-Nya.

Atribut ketiga Roh Kudus sudah disebut dalam poin kita sebelumnya, namun penting di catat disini – pernyataan Yesus mengenai Roh Kudus dalam Yohanes 16:14: “Ia [Roh Kudus] akan memuliakan Aku.” Segala sesuatu yang Roh Kudus lakukan memuliakan Yesus. Ini memberi ujian yang sangat mudah apakah sesuatu dari Roh Kudus: Apakah memuliakan Yesus?

Roh Kudus tidak akan memuliakan kepribadian manusia, doktrin, gerakan, denominasi….daftarnya berlanjut. Tidak ada dan tidak ada yang lain dari pada Yesus yang menerima kemuliaan-Nya (Roh Kudus).

Jika kita menginginkan Roh Kudus dalam kehidupan kita dan dalam pelayanan-pelayanan penyembahan kita, cara terbaik untuk menarik-Nya adalah dengan memuliakan Yesus. Ketika kita meninggikan Yesus – memuji-Nya, memproklamirkan kemenangan- Nya, mendeklarasikan kebenaran-Nya – menyelaraskan kita dengan kehendak-Nya dan menarik berkat dan hak-istimewa-Nya.

Jika kita menginginkan urapan Roh Kudus atas kehidupan kita, dalam ibadah-ibadah kita dan dalam rumah-rumah kita, kita perlu memuliakan Yesus – berbicara mengenai-Nya dan menyembah-Nya. Ketika kita melakukan itu, Roh Kudus dengan senang hati akan bergabung dalam pertemuan kita.

Bukan hanya Roh Kudus akan memuliakan Yesus, namun Yesus berkata juga “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.

Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku” (Yohanes 26:14-15). Bapa sudah meng-komitmen-kan semua yang Ia miliki kepada Anak, dan segala sesuatu yang dibagi oleh Bapa dan Anak – jumlah kekayaan mereka – di kontrol oleh Roh Kudus. Ia mengelola kekayaan Allah. Untuk berbagi dalam kekayaan itu, kita harus menjadi sahabat-Nya dengan memuliakan Yesus. Jika kita ingin yang terbaik dari Allah, kita harus menjadi sahabat Roh Kudus. Ia akan membagi dengan murah hati porsi berkat kita.

Untuk meringkas, faedah-faedah bersahabat dengan Roh Kudus dari tugas-tugas-Nya di gereja. Seperti sudah kita lihat, beberapa dari ini adalah pengajar, pengingat, penuntun, pewahyu, dan pengelola kekayaan.

Tugas lain Roh Kudus memberi kuasa pada tubuh Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 1:8,Yesus berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Meskipun murid-murid sudah diselamatkan dan mengikuti Yesus, mereka masih tidak berdaya untuk menyelesaikan amanat mereka seorang diri.

Setelah kebangkitan Yesus, murid-murid memuji Allah setiap hari di bait. Ini luarbiasa, orang-orang di Yerusalem tidak tahu apa yang terjadi. Ketika Roh Kudus datang, dibutuhkan hanya beberapa jam untuk setiap orang di Yerusalem tahu ada sesuatu yang terjadi.

Ketika Roh Kudus bergerak, Ia mempengaruhi orang-orang dan membuat dampak. Ia mengobar-ngobarkan orang-orang disana.

Kita bergantung pada Roh Kudus, seperti Yesus Kristus lakukan sebelum kita. Dalam Roma 6:4, Paulus berkata, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”

Kemuliaan Bapa – Roh Allah – membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati. Yesus tidak membangkitkan diri-Nya..melainkan, Ia mempercayakan Bapa untuk membangkitkan-Nya melalui Roh.

Kita harus karenanya “hidup dalam kehidupan baru,” atau bergantung sepenuhnya pada Roh Kudus untuk kebangkitan-Nya.

Kekuatan dan hikmat diri kita akan gagal; begitu pula pendidikan dan sumber finansial kita tidak cukup. Hanya dengan kuasa supernatural Roh Kudus kita bisa menjalani kehidupan yang Allah harapkan dari kita. Hanya dengan kuasa supernatural Roh Kudus kita bisa mencapai tujuan Allah untuk kehidupan kita.

Kata “supernatural” membuat banyak orang tidak nyaman, namun menyingkirkan semua referensi supernatural dalam dua puluh delapan pasal kitab Kisah Para Rasul akan menghapuskan kitab seluruhnya. Dengan kata lain, supernatural bukan semata-mata sesuatu dari Perjanjian Lama. Kekristenan Perjanjian Baru – termasuk hari ini dan besok – juga melibatkan supernatural. Kita tidak memiliki harapan kemenangan atas dosa tanpa kuasa supernatural Roh Kudus. Persahabatan dengan-Nya menolong kita mengkultivasi karakter Kristen sejati. Kita harus berbicara mengenai Roh Kudus dengan sikap hormat dan meninggikan-Nya. Penghujatan apa pun – “menganggap ringan hal-hal sakral” – membutuhkan pertobatan. Mari kita bersahabat dengan Roh Kudus hari ini.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply