Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Budak yang Dipanggil untuk Merdeka




eBahana.com – Budak. Ya status yang mungkin terdengar tidak enak di telinga. Menjadi budak memang tidak menyenangkan jika ia harus hidup di bawah tekanan majikannya, hidupnya tertindas. Seperti halnya pada waktu bangsa Indonesia belum merdeka. Hidup menderita di bawah penjajahan bangsa lain.

Di Indonesia, telinga kita telah terbiasa mendengar istilah pembantu. Sebuah pekerjaan yang sering mengalami banyak risiko. Peristiwa pembantu yang disiksa, diperkosa, bahkan dibunuh. Dari hal tersebut
bukankah itu juga budak yang dipahami dalam konteks perbudakan modern.

Mungkin itulah kata yang pantas disandingkan dengan fakta di seputar kita yang dulu pernah terjadi. Tenaga kerja Indonesia banyak yang dikirim ke luar negeri. Tidak sedikit berujung pada penyiksaan bahkan berakhir pada kematian. Di negara ini, mereka justru dianggap sebagai pahlawan devisa. Inilah yang disebut kemerosotan moral bangsa. Bayangkan, sekitar 60% dari tenaga kerja Indonesia hanya sebagai pembantu rumah tangga, budak di negeri orang. Ironis untuk dipahami, memilih hidup menjadi pembantu ke luar negeri.

Ini sangat kontradiktif dengan fakta yang sesungguhnya terjadi. Apa yang menjadi daya tarik? Meski diperlakukan tidak adil. Masihkah dapat membela? Sanggupkah bertahan dalam tekanan? Atau bebas dari penindasan?

Hagar: Budak yang Dipanggil untuk Ketaatan
Berangkat dengan latar belakang Yahudi, konsep budak sama sekali berbeda dengan yang kita pahami. Kata doulos (Yunani) memiliki 2 makna, servant maupun slave. Budak di dalam pengertian bahwa seorang budak yang sama sekali tidak memiliki hak apapun. Hidupnya bergantung kepada tuannya.

Di Alkitab, istilah budak menjadi sebutan yang tidak asing untuk menunjuk kepada pesuruh, hamba atau pembantu tuannya. Kita lihat pada zaman Abraham, ia juga mempunyai banyak budak laki-laki dan perempuan. Ketika dikisahkan bagaimana kelaparan timbul di tanah Negeb, pergilah Abram dan Sarai ke
Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing. Alkitab menuliskan bahwa Sarai adalah perempuan yang sangat cantik, sehingga Raja Mesir, yaitu Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini Sarai. Namun Tuhan menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu. Dari kejadian inilah, akhirnya Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta dari Firaun (Kej.12:16).

Kemungkinan sejak saat itulah Abram disebutkan bahwa ia memunyai salah seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya (Kej. 16:1). Mulai dari sinilah Hagar juga mengenal Allah Abraham, tuannya. Saat itu dikisahkan Sarai mandul. Atas saran Sarai, supaya Abram menghampiri Hagar. Lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka Hagar memandang rendah akan nyonyanya itu (Kej.16:4).

Sarai melihat bahwa ini adalah sebuah penghinaan yang ia derita sehingga Sarai melibatkan Tuhan untuk menjadi hakim antara Abram dengan Sarai. Penghinaan ini dipandang sebagai tanggung jawab Abram atas sikap Hagar kepadanya. Dari sikap Hagar inilah kemudian berbuntut kepada penindasan (Kej.16:5-12). Selanjutnya, Abram menyerahkan Hagar di bawah kekuasaan Sarai. Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga budak perempuan itu lari meninggalkannya. Tidak diceritakan bagaimana bentuk penindasan Sarai atas Hagar, namun penindasan itu berindikasi tekanan yang luar biasa berat sehingga membuat Hagar tidak tahan, dan lari dari nyonyanya.

Malaikat Tuhan pun menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Apa kata Malaikat Tuhan, “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”

Sungguh Perintah yang Sangat Berat! Sulit untuk Bisa Ditaati!
Kata tunduk adalah tindakan kerelaan hati. Dalam Kejadian 16:9, berasal dari kata ה נָ עָ (anah), di sini diartikan dengan submit (tunduk), kata yang sama digunakan untuk Sarai saat memperlakukan dengan kasar
terhadap Hagar. Hagar diperintahkan Malaikat Tuhan tidak hanya tunduk kepada otoritas Sarai, tetapi juga
tunduk kepada perintah Tuhan. Itu berarti, Allah memanggil Hagar untuk merendahkan diri secara total.

Dipanggil untuk Merdeka
Meski akan ditindas dengan begitu rupa oleh nyonyanya, namun Malaikat Tuhan juga memberi janji berkat.
Penindasan itu sepadan dengan janji berkat dari Malaikat Tuhan, yaitu; Pertama, janji tentang keturunannya,
akan menjadi bangsa yang besar. Kedua, dipanggil untuk merdeka. Anak yang dikandung akan dinamai Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar. Sebutan keledai liar adalah suatu janji penghiburan bagi yang tertindas!

Dalam kitab Ayub, istilah keledai menjadi gambaran binatang yang luar biasa, berbeda dengan lainnya. Ia digambarkan sebagai hewan yang penuh dengan kebebasan, tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan ia mencari apa saja yang hijau (Ayb. 39:5-8).

Inilah Penghiburan Besar bagi Hagar. Dipanggil untuk Merdeka
Budak yang dipanggil untuk merdeka? Tentu jalan yang tidak mudah. Hagar harus membayar harga untuk sebuah kebebasan. Ia harus dengan sukarela kembali ditindas di bawah kekuasaan Sarai nyonyanya itu. Itulah ujian ketaatan, buah dari iman Hagar akan Allah Abram.

Kisah Hagar kembali berlanjut di pasal 21. Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya. Pada suatu kali Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, sedang main dengan Ishak. Apa yang dilakukan Ismael terhadap Ishak secara persis tidak jelas. Kata yang dipakai (1) mocking Isaac (NASB, NIV, NLT) atau (2) merely playing with Isaac as if on equal footing (NAB, NRSV). Apapun bentuk tindakan itu, jelas Sara memandangnya sebagai ancaman. Terkesan tindakan Ismael itu seperti perilaku penghinaan, seperti halnya yang dilakukan Hagar terhadap Sara waktu dahulu.

Dari kejadian inilah, Hagar diusir dari keluarga Abram. Sebuah babak baru dimulai bagi Hagar untuk mendidik Ismael sebagai orang yang merdeka. Janji Malaikat Tuhan kepada Hagar digenapi. Ia tidak akan lagi disebut sebagai budak Firaun, juga bukan budak Abram, ia dipanggil untuk menjadi kaum yang merdeka.

Bayangkan, selama kurang lebih 14 tahun Hagar hidup dibawah penindasan. Ini perkara yang luar biasa untuk Hagar bisa bertahan selama itu. Bagaimana dengan kita? Sanggupkah kita bertahan di tengah tekanan? Apapun itu bentuk tekanan, sanggupkah kita dapat melewatinya? Allah memanggil kita untuk belajar
merendahkan diri secara total. Taat kepada perintah Tuhan, maka Dia akan memberi kesanggupan dan janji
untuk kita bisa keluar dari tekanan, persoalan, apapun tantangan kehidupan.

Barnabas Lilik Juniawan, S.Th Adalah tenaga pengajar di Yayasan Pelayanan Desa Terpadu (PESAT) Salatiga.



Leave a Reply