Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Anak-Anak & Pembawa Berita Allah & Umat Allah yang Dipersekusi




eBahana.com – Untuk samaran Allah kedua, kita akan lihat satu yang secara reguler Ia gunakan. Sering sekali, Allah datang pada kita dalam samaran seorang anak kecil. Lihat apa yang Yesus katakan: “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada-Nya bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”

Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya ditengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak (bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini), kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama- Ku, ia menyambut Aku.”

“Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut” (Matius 18:1-6).

Lalu sedikit lebih jauh, Yesus berkata, “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (ayat 10).

Allah memberi nilai besar pada anak-anak. Seorang malaikat menjaga setiap anak. Malaikat ini memiliki akses langsung ke hadirat Allah Mahabesar dan harus memberi laporan apa yang terjadi dengan anak itu. Dan Yesus berkata jika Allah membawa kita bertemu seorang anak, dan kita menerima anak itu, kita sedang menerima Yesus. Namun, jika kita menolak anak itu – jika kita menolak menolong anak itu – dalam realitanya, kita sedang menolak Yesus.

Kitab Suci juga berkata lebih buruk lagi jika kita menyebabkan anak kecil seperti itu berdosa (dan ingat, masyarakat zaman ini, penuh dengan laki-laki dan perempuan-perempuan yang melakukan ini).

Menurut Yesus, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut dari pada ia menyebabkan kesalahan yang membuat anak kecil itu berdosa.

Kita melihat dari Kitab Suci bahwa ketika Yesus mendudukan seorang anak dihadapan kita, Ia mengidentifikasi diri-Nya dengan anak itu. Respons kita pada anak mensejajarkan respons kita pada Yesus. Malaikat Allah di surga mengawasi anak itu dan mengawasi bagaimana kita merespons pada anak kecil.

Kita kembali ke prinsip yang sama: Allah sering menyamarkan diri- Nya sebagai yang lemah, tidak berkesan, mustahil, diluar kebiasaan. Kita tidak akan tahu kapan Allah masuk kedalam hidup kita. Ia akan datang dalam samaran, dan kecuali hati kita terbuka, kita akan kehilangan Dia. Kita mungkin bersalah menolak Allah bahkan tanpa tahu Ia datang kepada kita.

Prinsip-nya sangat jelas sepanjang seluruh Kitab Suci – dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – Allah mensyaratkan kita untuk mengurus anak-anak yang memiliki kebutuhan. Yakobus memasukkan persyaratan ini ketika ia mendaftar bukti-bukti agama sejati. Mari lihat bukti-bukti ini. Pertama, mereka dengan agama sejati mengekang lidah mereka.

“Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya” (Yakobus 1:26).

Ada dua aspek dari jenis agama yang bisa diterima ini. Satu positif, satunya negatif. Yang positif dinyatakan lebih dulu. Mengurus yatim piatu dan janda-janda dalam kebutuhan mereka. Yang negatif selanjutnya. Menjaga diri kita tidak dikotori oleh dunia.

Sayangnya, banyak dari Kekristenan masa kini menekankan hanya pada yang negatif – tidak terlibat dengan dunia, tidak dikotori oleh dunia. Kita mendengar banyak tentang menjaga diri kita terpisah, tidak pergi kesana atau kesini, tidak melakukan ini atau itu – banyak darinya sering hanya peraturan-peraturan manusia.

Orang-orang yang menekankan pada hal-hal itu sering sama sekali kehilangan yang positif, bagian pertama, yang adalah mengurus yatim piatu dan janda-janda dalam kebutuhan mereka. Cara kita merespons pada anak-anak yang memiliki kebutuhan adalah cara kita merespons pada Allah.

Dunia kita hari ini penuh dengan anak-anak dalam kebutuhan. Dalam kuasa kita untuk menolong mereka – secara langsung atau tidak langsung.

Mari kita pelajari kata-kata Yakobus: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yakobus 4:17).

Dosa tidak termasuk hanya dosa-dosa perbuatan – kesalahan yang kita lakukan. Sering, yang kita lakukan, dosa-dosa kelalaian – apa yang kita gagal lakukan. Jika Allah datang pada kita dalam pribadi anak kecil, apa yang akan kita lakukan mengenai itu?

Samaran lain yang Allah sudah gunakan banyak kali dalam sejarah sampai sekarang adalah pemberita-pemberita-Nya. Satu prinsip dalam Kitab Suci – yang didemonstrasikan banyak kali dan ditekankan dalam pengajaran alkitabiah – dimana Allah mengidentifikasi diri-Nya Sendiri dengan mereka yang Ia utus sebagai perwakilan-Nya. Ini artinya cara kita merespons pada perwakilan-perwakilan Allah diperhitungkan oleh Allah sebagai respons kita kepada Allah Sendiri. Kita tidak bisa menolak perwakilan-perwakilan Allah dan meng-klaim menerima Allah.

Beberapa orang belum menangkap konsep ini.

Mari lihat apa yang Yesus katakan mengenai subyek ini dalam beberapa nas dalam Perjanjian Baru. Nas pertama dari kitab Yohanes. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya barangsiapa menerima yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku” (Yohanes 13:20).

Dalam ayat ini, kita melihat prinsip-nya dari Allah Bapa langsung ke bawah. Allah Bapa mengutus Yesus, Anak-Nya. Mereka yang menerima Yesus menerima Allah Bapa. Sebaliknya, mereka yang menolak Yesus menolak Allah Bapa (lihat Yohanes 12:48-50).

Namun prinsip-nya tidak berhenti disitu. Yesus, pada gilirannya, memilih orang-orang tertentu. Mereka bukan teolog, mereka bukan imam, dan mereka tidak berpendidikan tinggi. Mereka nelayan dan pemungut cukai dan orang-orang seperti itu yang dunia tidak hargai. Yesus membuat mereka menjadi murid-murid-Nya dan mengutus mereka sebagai perwakilan-Nya. Dan Ia berkata, “Cara orang memperlakukan kamu adalah cara orang-orang memperlakukan Aku. Jika mereka menerima kamu, mereka menerima-Aku; namun jika mereka menolak kamu, mereka menolak Aku meski mereka mungkin tidak menyadarinya. Jika mereka menolak-Aku, mereka juga menolak Bapa-Ku.” Itu ayat yang empatik.

Yesus menyatakan prinsip identifikasi ini – menerima atau menolak – ketika Ia mengutus murid-murid pertama-Nya untuk memberitakan kerajaan Allah.

“Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggalah padanya sampai kamu berangkat.

Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.

Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu” (Matius 10:11-13).

Fakta luar biasa pemberita-pemberita Yesus memiliki otoritas dan kemampuan untuk menyebarkan damai-Nya kepada mereka yang menerima mereka. Namun mereka bisa juga menahan damai-Nya dari mereka yang tidak menerimanya dengan cara yang layak. Yesus melanjutkan,

“Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu” (ayat 14).

Mengebaskan debu dari kaki tanda tidak mengakui. Sama dengan mengatakan, “Saya tidak bertanggung jawab atasmu.” Yesus melanjutkan instruksi-Nya kepada murid-murid-Nya dengan pernyataan sangat luar biasa mengenai mereka yang menolak pemberita-pemberita-Nya: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu” (Matius 10:15).

Sodom dan Gomora adalah dua kota yang Allah hukum dan hakimi karena dosa-dosa mereka. Allah menghakimi mereka dengan penggulingan dramatis luar biasa, menjadikan mereka sebagai contoh bagi semua yang berbuat dosa yang sama dimasa depan.

Apa yang Sodom dan Gomora alami sangat buruk! Namun Yesus mengatakan akan lebih buruk bagi orang-orang yang yang menolak pemberita-pemberita-Nya dari pada Sodom dan Gomora! Menjadi jelas betapa seriusnya kita tidak menolak pemberita-pemberita yang Yesus utus.

Yesus melanjutkan pesan-Nya kepada murid-murid-Nya mengenai menerima atau menolak mereka: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (verse 16).

Tidak ada yang mengesankan mengenai domba. Yesus bisa memakai banyak kiasan lain. Ia bisa mengatakan, “Aku mengutus kamu seperti singa” atau “seperti kuda.” Semua binatang ini memiliki ciri mengesankan. Namun domba tidak pernah memiliki tubuh yang mengesankan. Domba juga tidak pernah membuat siapa pun takut! Yesus berkata, “Itu bagaimana Aku akan mengutus kamu. Kamu akan berada di tengah serigala-serigala, namun kamu akan menjadi seperti domba.”

Di akhir pasal ini, Yesus berkata, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (ayat 40).

Kita melihat prinsip yang sama lagi: “Jika mereka menerima kamu, mereka menerima-Aku. Jika mereka menerima Aku, mereka menerima Bapa yang mengutus Aku. Namun, jika mereka menolak, mereka menolak Aku. Jika mereka menolak Aku, mereka juga menolak Bapa.”

Yesus menyimpulkan pengajaran-Nya atas menerima dan menolak dengan penekanan tambahan, yang juga suatu prinsip: “Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar” (Matius 10:41).

Kita tahu dari Alkitab banyak nabi Allah agak aneh. Mereka memakai baju aneh, melakukan hal-hal aneh, muncul pada momen-momen yang tak diduga, dan membuat pernyataan-pernyataan yang paling tidak diterima.

Kadang-kadang, mereka pergi begitu saja. Kita kemungkinan tidak bisa menemukan karakter kurang lazim dari pada nabi Elia.

Namun Yesus berkata untuk membedakan nabi dibawah ketidak laziman atau bahkan penampilan luar yang tidak bisa diterima.

Alasannya? Jika kita mengidentifikasi nabi dan menerimanya, kita akan menerima upah sama seperti orang benar.

Allah datang pada kita dalam bentuk pemberita-pemberita-Nya. Ia mengidentifikasi diri-Nya dengan orang-orang yang Ia utus untuk mewakili-Nya. Dan cara kita menerima mereka atau menolak mereka diperhitungkan sebagai cara kita menerima atau menolak Allah Sendiri. Ingat menolak pemberita-pemberita Yesus dosa lebih buruk dari pada Sodom dan Gomora.

Mari lihat sekarang dua contoh menarik.

Yang pertama dari Perjanjian Lama – contoh Barak, satu dari hakim- hakim Israel. Pada masa Barak, Israel di duduki dan ditekan tentara asing yang jauh lebih banyak jumlahnya, lebih kuat, dan diperlengkapi dan dipersenjatai lebih baik dari pada Israel. Dalam konteks itu, Allah memanggil seorang muda bernama Barak, yang ternyata bukan tokoh yang dikenal, untuk memimpin Israel menuju kemenangan melawan tentara yang menginvasi ini.

Barak pensiunan agak muda, dan ia tidak merasa memenuhi syarat untuk tugas yang diberikan. Maka ia pergi kepada nabiah pada masa itu, bernama Debora, dan minta dia pergi dengannya.

Jelas Barak benar-benar bukan sosok yang mengesankan. Meski demikian, ia pemberani dan patuh. Ia memimpin tentara Israel meraih kemenangan, dan tentara asing dikalahkan serta dihalau keluar.

Sesudah itu, Debora nabiah itu menyanyikan kidung tentang kemenangan, merayakannya dan berbicara tentang berbagai suku di Israel. Beberapa datang untuk menolong Barak, sementara lainnya menolak. Ia berbicara khususnya tentang satu desa yang tidak disebut lagi dimana pun dalam Kitab Suci, desa Meros. Ini apa yang ia katakan tentang Meros dalam kidungnya: “Kutukilah kota Meros!” firman Malaikat TUHAN, “kutukilah habis- habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan” (Hakim-Hakim 5:23).

Orang-orang Meros berpikir mereka tidak perlu menolong Barak, maka mereka mengabaikannya. Kemungkinan mereka mengejeknya. Namun Allah tidak memandang respons acuh tak acuh mereka sebagai perlakuan melawan Barak. Ia memandangnya sebagai perlakuan melawan diri-Nya Sendiri. Kutuk turun atas desa itu karena penduduknya tidak datang untuk menolong Barak. Dan dengan gagal menolong Barak, mereka gagal menolong Tuhan Sendiri.

Contoh kedua adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes pendahulu, perwakilan yang diutus sebelum Yesus untuk mempersiapkan jalan- Nya. Namun Herodes Tetrarki tidak suka Yohanes karena Yohanes mempertanyakan moralitasnya, maka ia memenjarakan Yohanes. Lalu, suatu malam, ketika perempuan penari datang dan menyenangkannya, Herodes bersumpah ia akan memberinya apa pun yang dia minta.

Ia anak perempuan yang Herodes kawini secara tidak sah, dan untuk membalas dendam pada Yohanes Pembaptis, perempuan ini minta kepalanya. Untuk memenuhi sumpahnya, Herodes meng-eksekusi Yohanes, dan kepalanya dibawa diatas piring langsung saat itu juga (lihat Markus 6:17-28).

Kemudian, setelah Yesus ditahan, Ia dibawa ke hadapan Herodes untuk diadili: “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.

Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apa pun” (Lukas 23:8-9).

Herodes menolak Yohanes Pembaptis, dan ia tidak bisa mendapat jawaban dari Yesus.

Prinsip-nya, jika kita menolak hamba-hamba Allah dan pemberita- pemberita-Nya, kita tidak bisa berharap mendengar dari Allah.

Samaran terakhir yang kita akan lihat – satu yang Allah sering gunakan dan masih gunakan sampai hari ini – adalah umat-Nya yang dipersekusi. Allah menderita dengan umat-Nya yang dipersekusi, dan Ia mengidentifikasi diri-Nya dengan mereka. Cara kita memperlakukan mereka diperhitungkan sebagai cara kita memperlakukan Allah Sendiri.

Prinsip ini mengungkap dengan jelas contoh Saulus dari Tarsus. Ketika Saulus diperkenalkan dalam Perjanjian Baru, ia persekutor nomer satu atas sekte baru yang aneh di Yerusalem dikenal sebagai “Nasrani.” Ia memfokus serangannya pada orang-orang yang mengikuti “Jalan Tuhan,” hari ini, kita mengidentifikasi sebagai Kristen.

Tidak puas dengan mempersekusi orang-orang Kristen di Yerusalem, Saulus memutuskan untuk membasmi sekte ini di setiap kota. Jadi, ia mendapatkan otoritas dari kepala imam di Yerusalem untuk pergi ke kota Damsyik dan menahan disana dan menangani pengikut- pengikut Yesus yang ia temukan.

Meski demikian, ketika Saulus dalam perjalanan dari Yerusalem ke Damsyik, ia mengalami pertemuan yang ia tidak harapkan dengan Yesus Sendiri. Ini deskripsi pertemuan. Catat khususnya cara Yesus berbicara kepada Saulus dari Tarsus (kemudian Saulus menjadi rasul besar Paulus).

“Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk membawa kepada majelis- majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.

Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”

Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.

Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan di katakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat” (Kisah Para Rasul 9:1-6).

Perhatikan apa yang Yesus tanya Saulus. Pertanyaan-Nya bukan, “Kenapa engkau mempersekusi umat-Ku?” atau ” pengikut-pengikut-Ku?” atau “….murid-murid-Ku?” Ia bertanya, “Kenapa engkau mempersekusi Aku?” Ketika Saulus bertanya siapa Dia, Tuhan menjawab, “Aku Yesus, yang engkau persekusi.”

Umat Allah tidak menderita sendirian. Mereka mungkin di persekusi dengan berat, namun Allah selalu dengan mereka dalam penderitaan mereka. Ia di identifikasikan dengan mereka jika mereka di persekusi untuk nama-Nya, untuk kemuliaan-Nya, dan dalam ketaatan pada-Nya.

Jadi, lagi, cara kita memperlakukan umat Allah yang di persekusi dianggap oleh Allah sebagai cara kita memperlakukan-Nya. Banyak pemimpin dan penguasa negeri sepanjang masa tidak mengerti ini. Mereka mempersekusi yang rendah hati, umat Allah yang miskin dan tidak menyadari mereka sesungguhnya sedang berurusan dengan Allah Sendiri dalam umat-Nya. Kita perlu mengerti bahwa Yesus mengidentifikasi diri-Nya dengan umat-Nya yang dipersekusi.

Khususnya penting untuk mengerti kebenaran ini sementara zaman ini mendekati penutupan. Alasannya? Yesus Sendiri memperingatkan pengikut-pengikut-Nya bahwa di hari-hari terakhir, akan ada persekusi orang-orang Kristen di seluruh dunia. Ini apa yang Tuhan katakan dalam Matius 24:, “Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!

Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.

Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.

Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru” (Matius 24:4-8).

Semua di seluruh dunia hari ini, melihat apa yang Yesus gambarkan dalam ayat-ayat ini. Kejadian-kejadian itu adalah “sakit bersalin” zaman baru. Tuhan menambahkan, mengacu pada periode ini.

“Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama- Ku” (ayat 9).

Lagi, akan ada persekusi pengikut-pengikut Yesus di seluruh dunia. Mari kita berjaga-jaga agar kita tidak salah berpihak. Mari kita berhati-hati tidak membiarkan diri kita di indentifikasikan dalam cara apa pun dengan persekutor-persekutor umat Yesus. Jika kita melakukan itu, kita harus mempertanggung jawabkannya pada Allah seolah-olah kita sudah memperlakukan Allah Sendiri dengan cara itu.

Dengan catatan yang lebih positif, kita bisa berada diantara mereka yang menerima umat Allah dan menunjukkan belas kasih untuk mereka. Jika kita melakukan itu, kita akan, pada gilirannya, memenuhi syarat untuk menerima belas kasih Allah. Mari mengacu pada nas Kitab Suci dalam Matius yang kita catat sebelumnya:”Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar” (Matius 10:41).

Nas ini berbicara tentang kemampuan kita mempenetrasi samaran – untuk melihat siapa yang kita tangani; untuk apa ia dalam Allah dan bagaimanana Allah melihatnya. Ketika itu terjadi, kita memenuhi syarat untuk menerima upah yang sama seperti orang itu. Jika orang itu orang benar, kita memenuhi syarat untuk upah orang benar.

Apa yang Yesus katakan selanjutnya menjadi respons sangat dasar: “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku akan berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” (ayat 42).

Dengan kata lain, kita akan dihakimi oleh Allah karena cara kita berurusan dengan umat Allah, khususnya ketika mereka sedang dipersekusi. Khususnya ketika mereka dalam kebutuhan.

Kita bisa berkata, “Salah mereka. Mereka seharusnya tidak begitu agamawi. Mereka seharusnya lebih hati-hati bagaimana mereka berbicara.” Akan ada tekanan riil untuk berbalik melawan orang- orang Allah yang di persekusi sementara zaman ini sampai pada penutupannya. Namun ingat, jika kita berbalik melawan mereka, kita berbalik melawan Allah Sendiri.

Kita sudah melihat bahwa Yesus Sendiri dengan umat-Nya dipersekusi. Ini termasuk mereka saudara-saudara-Nya melalui kelahiran natural – itu orang-orang Yahudi.

Dalam Wahyu 5:5, Yesus disebut “Singa dari suku Yehuda” dengan kata lain, Ia secara kekal diidentifikasikan dengan cara khusus dengan Yehuda. Dan cara kita memperlakukan orang-orang Yahudi akan diperhitungkan pada kita sebagai cara kita memperlakukan Saudara Tua mereka, Raja mereka, yang sebagian besar dari mereka belum mengenal – Yesus Sendiri.

Sekarang, kita melihat Israel menjadi fokus pemimpin-pemimpin dan pemerintahan-penerintahan dunia. Setiap hari, kita membaca sesuatu di koran atau melihat sesuatu di berita tentang Israel.

Negara kecil dengan hanya enam juta orang itu menjadi fokus berita dunia dan perhatian global. Ini bukan kebetulan. Allah sudah mengaturnya karena Ia akan mengadili negara-negara dengan cara mereka berhubungan dengan Israel.

Mari lihat nas agak panjang dari Matius 25 untuk melihat bagaimana Yesus mengungkapkan ini begitu jelas.

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing- kambing di sebelah kiri-Nya.

Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan- Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.

Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?

Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?

Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang disebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah kedalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.

Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?

Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal” (Matius 25:31-46).

Apa yang kita lakukan untuk saudara-saudara dan saudari-saudari Yesus, kita melakukan untuk-Nya. Apa yang kita tidak lakukan untuk saudara-saudara dan saudari-saudari-Nya, kita tidak melakukan untuk-Nya.

Apa dasar penghukuman untuk mereka dalam nas diatas? Mereka gagal mengenal Yesus dalam umat-Nya yang dipersekusi. Dalam mempersekusi dan berpihak melawan mereka, atau dalam mengabaikan mereka, mereka telah mengambil sikap melawan Allah Mahabesar Sendiri.

Ini pemikiran serius, apakah kita mengaplikasikannya pada murid- murid Yesus atau pada orang-orang Yesus melalui kelahiran natural – orang-orang Yahudi. Berbicara mengenai orang-orang Yahudi, nabi Zakharia berkata, dalam satu kalimat pendek, “Sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata- Nya” (Zakharia 2:8).

Ingat peringatan itu ketika kita berbicara tentang orang-orang Yahudi, ketika kita berpikir mengenai mereka, ketika kita meng- ekspresi sikap kita mengenai mereka. Ketika kita menyentuh mereka, kita menyentuh bagian paling sensitif Allah – biji mata-Nya. Mari berjaga-jaga.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply