Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Senjakala Sang Evolusionis




Wilberforce versus Huxley dan Hooker

Dalam pertemuan British Association of Advance Science, ada debat paling termasyhur antara kaum kreasionis dan evolusionis pada 30 Juni 1860. Malam itu, sekitar 1000 orang hadir memadati Oxford University Museum, Oxford. Samuel Wilberforce, kaum kreasionis, berdebat dengan Thomas H Huxley dan Joseph Hooker, pendukung Darwinisme paling setia, Saat itu, Wilberforce menistakan Huxley dengan bertanya apakah leluhur kera yang dimaksud evolusionis ada di pihak kakek atau neneknya. Huxley lalu menjawab bahwa kita tidak perlu malu punya leluhur kera. Masih kata Huxley, leluhur yang memalukan, adalah orang yang gagal di bidangnya sendiri lalu terjun ke masalah ilmiah yang tidak ia pahami, kemudian mengaburkannya dengan retorika dan mengobarkan sentimen agama sambil memutar balik data ilmiah. Dari jawaban Huxley tersebut, suara tawa dan sorak-sorai memenuhi ruangan.

Pukul 09.00,  23 Oktober 4004 SM

Kaum kreasionis berusaha memperlihatkan kesetiaan teks kitab suci dengan dunia sehari-hari. Pada tahun 1650 mereka pernah memastikan alam semesta muncul sekejap pada hari Minggu, 23 Oktober 4004 SM, pukul 09.00 berdasarkan jumlah hari dalam kitab suci. Pada 1802 William Paley memperluas jangkauan kreasionisme ke biologi melalui naskah Natural Theology. Ia menekankan bahwa wujud organisme abadi sejak tercipta sampai kiamat. Argumen Paley dibantah oleh JB Lamarck dalam naskah Philosophie Zoologique (1809). Ia berpendapat wujud organisme berubah seturut waktu akibat pengaruh lingkungan yang diwariskan turun-temurun.

Pendapat Lamarck tidak jauh dari Evolusionisme Darwin. Pada April 1859 Darwin menyerahkan naskah berjudul The Origin Species kepada John Murray. Semula Murray mencetak 500 eksemplar. Setelah didesak Charles Lyell, Murray menaikkan jumlahnya tiga kali lipat. Pada 24 November 1859, 1250 eksemplar habis terjual dalam tempo sehari.  Evolusionisme Darwin lebih populer daripada kreasionisme. Meski demikian, kedua isme itu masih debatable

Dalam kata pengantar The Origin of Species Darwin memaklumatkan  bahwa spesies bisa berubah secara tidak langsung seiring perubahan waktu. Akibatnya persoalan baru pun muncul karena argumennya tidak bisa digugurkan. Sampai-sampai 137 tahun setelah penerbitan edisi pertama buku itu, gereja menerima teori evolusi.

Ternyata Sekadar Asumsi

Dalam buku The Origin of Species karangan Charles Darwin, tentang teori Evolusi,  kata “mungkin” dan “saya kira” berjumlah 360,  kata “kita dapat menduga” berjumlah 900. Ini menunjukkan buku itu hanya berisi hipotesis.

Namun, buku ini sempat menjadi revolusi pemikiran. Darwin menyimpulkan bentuk awal species manusia berawal di Asia sejak 500.000 ribu tahun yang lalu. Penemuan di Afrika Timur menambah informasi bahwa transisi dari bentuk tersebut ke bentuk kera yang menyerupai manusia  terjadi pada 14 juta tahun yang lalu. Setelah melewati proses sangat lamban, 11 juta tahun kemudian muncul Homo (manusia). Bahkan, revolusi pemikiran. Darwin menjadi revolusi ketiga. Revolusi pertama adalah Renaissance, yang mengubah manusia dari teosentris menjadi antroposentris. Revolusi kedua dari gagasan Copernicus yang mengubah geosentrisme menjadi heliosentrisme. Revolusi ketiga dari gagasan Darwin, yang mengubah kreasionisme menjadi evolusionisme

Titik Balik Darwin

Pada usia senja Charles Darwin, si pembuat teori Evolusi,  ditanyai Lady Hope tentang kitab Kejadian. Jawabannya, “Ah ketika itu aku masih muda dengan pelbagai pandangan yang menggebu-gebu dan khayalan selangit. Aku hanya mengutarakan perkiraan dan dugaan saja”. Rupanya ia menyesal atas perkataan dan perbuatannya. Ia bertobat dan senantiasa membaca Alkitab. Kitab Ibrani adalah kitab favoritnya.  Ia berkata, “Ya ceritakanlah Kristus dan keselamatan-Nya. Bukankah ini topik terbaik di dunia?”

Titik balik Darwin dimulai saat berusia senja. Tampaknya, titik balik ini terjadi ketika membaca Kitab Ibrani.  Barangkali, hatinya tersentuh saat membaca ayat di atas. Ayat di atas menunjukkan bahwa Yesus telah memperbarui cara berkurban. Cara lama didasarkan pada Taurat tetapi Bapa surgawi tidak berkenan. “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya”. Mengapa? Meski setiap imam, setiap hari melayani dan berulang-ulang mempersembahkan kurban, kurban yang mereka naikkan sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Kurban ini merupakan bayangan dari fakta yang sesungguhnya. Sedangkan fakta, yang sesungguhnya dan dikehendaki Bapa, adalah kurban tubuh Kristus. Berbeda dengan cara berkurban menurut Taurat, kurban Kristus berlangsung sekali dan berlaku untuk selama-lamanya.  Meski demikian, kurbannya ini dapat menghapus dosa manusia. Cara pertama (Taurat), Yesus hapuskan supaya bisa menegakkan cara kedua (Anugerah). Dengan anugerah yang tak terkira ini, sekali lagi, kalau ayat ini yang menyentuh Darwin,  ia sudah menikmati anugerah-Nya yang membuatnya terbebas dari belenggu dosa dan menjadi umat tebusan-Nya.

Refleksi

Dari “perjumpaan” Yesus dengan Darwin, Darwin telah menjadi “manusia baru”, yang sudah diselamatkan. Karena itu, masihkah pendapat evolusi, yang dulu begitu populer, masih kita akui hingga sekarang? Sementara sang pembuat teori tersebut berkata, “Aku hanya mengutarakan perkiraan dan dugaan saja”.  Tidakkah kita ikuti saja jejaknya setelah “berjumpa” dengan-Nya? Ia telah diselamatkan! (ryp/dbs)



Leave a Reply