Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Roti Sumber Kehidupan Kekal (2)




eBahana.com – Yesus Maha Kuasa dan Maha Tahu, tidak bisa tertipu oleh mereka yang mengikuti Dia kemana pun pergi. Dia tahu, apakah mereka mengikuti-Nya dengan ketulusan yang benar-benar mengakui Dia adalah Mesias, atau ada faktor lain untuk kepentingan jangka pendek (narmatif). Memang, saat Yesus hidup di kawasan timur tengah ada dalam kekuasaan penjajah Romawi. Sehingga ditengarai mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan. Apalagi setelah Yesus memberi mereka makan roti. Dalam peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, seperti tertulis dalam firman Tuhan:

Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan berikanlah kami roti senantiasa.”

Ungkapan mereka “Tuhan berikanlah kami roti senantiasa”, tidak ada benang merah dengan visi misi Allah dalam rangka menyelamatkan dosa manusia. Sebab roti yang diminta mereka yang mengikuti Dia adalah roti yang dibuat dari gandum yang setiap hari dimakan untuk mengenyangkan perut mereka. Artinya, mereka masih berpikir pada masalah diri sendiri, yakni makanan jasmani atau makanan duniawi. Sedangkan roti yang dimaksudkan dalam penyataan-Nya di bawah ini adalah:

Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Penyataan Yesus: Akulah roti hidup, Di sini  Yesus sudah memproklamirkan diri-Nya sebagai roti hidup. Dengan kata lain Dia sudah memproklamirkan bahwa diriNya adalah Mesias (Allah) yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Dengan Dia memproklamirkan diri-Nya sebagai roti hidup, Yesus bukan hanya berbicara segala sesuatu yang berkenaan dengan jangka pendek (pragmatis) dan atau duniawi serta jasmani. Tetapi juga berbicara tentang masa depan (eskatologis), yakni kebutuhan rohani  berkaitan dengan hidup sesudah mati (sorga).

Sebab itu memang menjadi gol dari reinkarnasi Yesus menjadi manusia. Untuk bisa menikmati roti hidup, seseorang harus datang kepada Dia seperti yang digambarkan firman-Nya: “Barang siapa datang kepada-Ku.” Supaya dapat menikmati roti hidup seseorang harus ada usaha (bekerja) terlebih dahulu. Artinya, roti itu tidak turun tiba-tiba datang di meja makan. Allah sejak awal memang berproses alamiah dengan dunia ini, melalui proses dikandung seorang perempuan, lahir seperti manusia pada umumnya dan bertumbuh dan berkembang seperti yang lainya.

Bagaimana setelah mereka makan roti tersebut? Dinyatakan oleh Kristus demikian: “Ia tidak akan lapar.” Bagi yang telah makan roti hidup itu ia akan kenyang dari kekal sampai kekal walaupun tidak makan. Kenapa setelah datang kepada-Nya dan makan roti hidup itu tidak akan lapar? Sebab Yesus adalah roti hidup itu sendiri yang adalah Allah yang memberi hidup dan kehidupan kepada manusia yang percaya, dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dalam hal ini yang utama dan pertama adalah percaya. Dengan percaya kepada Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat bukan hanya roti kehidupan tetapi juga air kehidupan. Namun, hal yang tidak habis dipikirkan adalah mereka sudah melihat perbuatan Yesus sendiri (memberi makan lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak) tetapi mereka tetap saja tidak percaya. Seperti firman Tuhan di bawah ini:

Aku berkata kepadamu: “Sungguh pun kamu telah melihat, kamu  tidak percaya.”

Sekalipun mengikuti Yesus ke mana Dia pergi dan melihat kerja-kerja kealahan Yesus, tetapi jika cara pandang mereka masih dengan kacamata duniawi, mereka tidak akan menerima roti kehidupan dari Kristus. Kalimat: “Sungguh pun kamu telah melihat, kamu tidak percaya.” Kunci untuk mendapatkan roti kehidupan dari Allah adalah bukan seberapa banyak seseorang melihat Yesus, tetapi seberapa besar kepercayaan seseorang kepada Yesus. Hal itu yang diketahui bersama para pengikut Kristus.

Kita diselamatkan dari belenggu dosa dan merasakan roti kehidupan, bukan karena seberapa sering kita dalam berdoa, bersekutu dan melayani, melainkan dari seberapa besar iman (kepercayaan) kita kepada Dia. Hal yang perlu diluruskan dalam kita mengikut Kristus adalah seringkali kita beranggapan kalau kita banyak berdoa, melayani, dan bersaksi, kita sudah diselamatkan oleh Kristus.

Sekarang pertanyaannya, kita berdoa dengan iman atau tidak? Kita bersekutu, orientasinya ingin ibadah kepada Tuhan atau ada motif yang lain untuk kepentingan diri sendiri. Sekarang, kesaksian yang kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan atau supaya orang lain menganggap diri kita paling hebat. Tentu saja yang bisa menjawab semuanya itu hanya diri kita dan Tuhan.

(Markus Sulag)



Leave a Reply