Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mengandalkan Tuhan itu Nomor Satu




eBahana.com – Pdt. Suliyo, S.Th: Dalam menjalani kehidupan ini, setiap orang pasti memiliki tujuan
hidup yang ingin dicapainya. Kesadaran itulah yang juga dimiliki Pdt. Suliyo, S.Th. Sedari muda ia terus menggumuli tujuan dan akhirnya menemukan tujuan yang ditetapkan Tuhan baginya.Pak Sul, demikian ia biasa dipanggil, lahir dan dibesarkan di Ambarawa, sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang terkenal dengan objek wisata Rawa Pening. Sebagai anak yang dibesarkan di tengah keluarga dan komunitas Kristen, sejak kecil ia sudah aktif dalam kegiatan gereja. Seperti orang lain, ia juga memiliki
keinginan agar kelak setelah dewasa bisa masuk ke dunia kerja profesional. Namun, sebagai orang Kristen, ia juga sadar bahwa hal itu harus didoakan dulu. Apakah yang diinginkannya memang sesuai dengan panggilan yang diberikan Tuhan baginya, atau ada rencana Tuhan yang lain bagi masa depannya.

“Sejak kecil saya tidak ada bayangan untuk menjadi hamba Tuhan. Keinginan itu muncul pertama kali saat mengikuti acara Youth Camp yang diadakan oleh gereja. Selama di sana—baik melalui materi yang disampaikan pembicara maupun doa pribadi—hati saya seperti didorong untuk menjadi hamba Tuhan. Sepulang Youth Camp, dorongan itu masih ada. Bahkan karena dorongan itu pula, saya lebih memerhatikan para siswa sekolah Alkitab yang tiap akhir pekan magang di gereja tempat saya berjemaat. Saya melihat bagaimana mereka dengan segala keterbatasan terus melayani pekerjaan Tuhan dengan penuh sukacita,” tuturnya.Karena dorongan menjadi hamba Tuhan sangat kuat, akhirnya setelah lulus SMP ia menyampaikan hal itu kepada orangtua. Tidak disangka, ternyata orang tuanya menentang keras. Entah apa alasannya, tetapi kemungkinan besar karena mereka melihat kehidupan hamba Tuhan yang ada di kampung sangat sederhana.

“Bagaimanapun saya bisa memahami sikap orangtua. Jadi, saya menyimpan hal ini hingga lulus SMA. Selama tiga tahun itu saya berdoa supaya kalau memang Tuhan memanggil saya jadi hamba-Nya, orangtua bisa mengizinkan. Doa saya terkabul. Ternyata saat saya sampaikan lagi, mereka mengizinkan,” katanya.

Setelah masuk ke Sekolah Alkitab, pergumulannya beda lagi. Kali ini soal uang pendidikan. Karena tidak punya sponsor, sementara minta uang ke orangtua jelas tidak mungkin, akhirnya ia memutuskan minta tolong kepada Tuhan.

“Saya berdoa, kalau ini memang panggilan Tuhan, tolong beri saya sponsor. Suatu hari kami—mahasiswa Sekolah Alkitab yang belum punya sponsor, dan jumlah kami saat itu sangat banyak—dipanggil pihak sekolah. Kami diberi tahu bahwa ada seorang misionaris dari Korea Selatan baru saja menyediakan diri menjadi sponsor kami. Saya dan teman-teman langsung bersorak gembira,” kenangnya.

Pertolongan dan penyertaan Tuhan yang sedemikian nyata kian memantapkan dirinya untuk menjadi hamba Tuhan. “Termasuk saat saya memutuskan ke Jakarta. Saya bertanya dulu kepada Tuhan. Benarkah saya harus melayani di Jakarta, atau di tempat lain. Puji Tuhan, saya berdoa minta jawaban dan Tuhan menjawabnya. Jadi saya pergi ke Jakarta dengan hati mantap,” tambahnya.Keluarga yang Bermasalah
Sudah jadi hamba Tuhan, sekarang ada di Jakarta, lalu pelayanan seperti apa yang Tuhan percayakan? “Saya kemudian mendapati bahwa banyak keluarga bermasalah. Ada yang kasusnya hanya saya dengar dari orang lain, ada juga yang saya saksikan sendiri. Terus terang, rasanya sangat sedih. Sebenarnya keluarga adalah tempat setiap orang bisa hadir tanpa takut ditolak, mendapatkan solusi masalah hidup, kekuatan kala lemah, dukungan kala goyah, dan kasih yang tulus tanpa pamrih. Itulah sebabnya keluarga sangat vital bagi setiap orang. Lantas, apa jadinya jika keluarga kemudian tidak bisa menjalankan fungsinya? Masyakarat akan diisi orang-orang yang bermasalah. Oleh karena itu, jangan heran kalau pelaku bullying, tawuran, kriminal, prostitusi, hingga narkoba memiliki latar belakang keluarga yang bermasalah. Saya paham mengapa Tuhan menunjukkan itu semua. Karena di bidang pelayanan itulah saya akan ditempatkan-Nya,” jelasnya.

Pelayanan yang berfokus pada keluarga tidaklah mudah. Meski masih satu keluarga, terkadang konflik panas juga bisa terjadi. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai soal ekonomi, cara mendidik anak, sampai hal yang lebih rumit dari itu. Di sinilah keberadaan hamba Tuhan sangat diperlukan. Tidak hanya menengahi konflik, tetapi juga memberikan arahan-arahan yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Agar hal itu bisa dilakukan, hubungan baik atau kedekatan emosional antara hamba Tuhan dan jemaat mutlak dibutuhkan.

“Saya tidak menganggap keluarga saya sempurna. Kadang antar anggota keluarga kami pun ada gesekan. Meski begitu, kami segera menyelesaikannya. Nah, cara kami menyelesaikan permasalahan dalam keluarga sendiri inilah yang kemudian dilihat jemaat. Jadi, yang kami ajarkan ke jemaat sudah kami praktikkan sendiri di tengah keluarga. Sebenarnya intinya sederhana. Ketika sebuah keluarga memiliki rasa takut akan Tuhan, keluarga itu pasti akan diberkati Tuhan serta mampu menyelesaikan setiap persoalan yang datang dengan baik,” katanya di akhir perbincangan. Ryu



Leave a Reply