Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pengikut Kristus Harus Bisa Bertanggungjawab (1)




eBahana.com – Setelah manusia Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kehidupan manusia menjadi seperti hanya tiga hal yang paling dicari, yakni harta, tahta, dan wanita (atau pria). Mereka tidak sadar bahwa ketiganya itu bersifat sementara atau hanya berguna saat hidup di dunia. Seharusnya mereka cukup mencari keselamatan bagi hidunya. Sebab harta, tahta dan wanita atau laki laki tidak bisa menghindarkan diri dari belenggu dosa. Namun, apa yang membuat mereka lalai atau tidak tahu yang baik dan benar yang harus dicari? Dosa yang telah mendarah daging yang telah membutakan sehingga hanya harta, tahta, dan pasangan hidup saja yang mereka cari. Hal yang telah dipaparkan di atas itu juga terjadi dengan pengikut Kristus dari kelompok orang Ibrani. Mereka mau diangkat menjadi diakonia (pelayan meja) untuk kepentingan diri sendiri dan golongan bukan untuk melayani pekerjaan Tuhan. Seperti yang tercatat dalam firman-Nya di bawah ini:

Berhubung dengan itu kedua belas rasul memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.”

Kata “berhubung”  ini ada benang merahnya dengan kata: “bersungut-sungut,” dari orang Yahudi yang berbahasa Yunani kepada orang Ibrani karena mengabaikan para janda dalam pelayanan harian. İtulah alasan kedua belas rasul memanggil  dan mengumpulkan para murid. Mereka yang disebut murid adalah mereka yang telah mengaku Kristus sebagai  Tuhan dan juru selamat di dalam hidupnya. Tujuan dikumpulkannya para murid oleh para rasul karena pengikut Kristus  yang berasal orang Ibrani tidak punya responsibility (pertanggungjawaban) terhadap tugas yang diberikan para rasul.

Responsibility berhubungan dengan akuntabilitas seseorang, kelompok, atau golongan. Jika dalam hidupnya tidak berakuntabilitas maka jangan diberikan suatu pertanggungjawaban pasti akan mengecewakan dan hasilnya tidak memuaskan. Hal itu yang terjadi dengan pengikut Kristus yang berasal dari orang Ibrani. Apabila ketidakpuasan dari orang Yahudi yang berbahasa Yunani tidak segera diselesaikan maka ketidakpuasan itu akan meluas kepada orang orang yang ada di kelompok lainnya juga. Maka dari itu para rasul berkata:

Kami tidak merasa puas

Peristiwa sungut-sungut yang dilakukan orang Yahudi yang berbahasa Yunani ternyata menjadikan kedua belas rasul itu tidak puas terhadap kinerja orang Ibrani ketika pelayanan meja. Ketidakpuasan para rasul dalam hal pelayanan meja tersebut yang menyebabkan mereka mengatakan “Karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.” Penyataan rasul yang tegas di atas menegaskan bahwa pelayanan meja, atau pelayanan kepada janda-janda miskin itu menjadi perintah Allah. İtu semua dibuktikan dengan perkataan: “Karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.”

Kata lalai bagi dunia ini sangat manusiawi tetapi tidak bagi Allah. Karena kelalaian adalah bagian dari dosa. Walaupun lalai tersebut adalah tindakan tidak sengaja atau faktor ketidaksempurnaan manusia pasca jatuh ke dalam dosa. Pertanyaannya, apakah kelalaian bisa dihilangkan? Kelalaian bisa dihilangkan atau diminimalisir jika hidup manusia sudah benar di hadapan Tuhan dan penuh dengan kuasa Roh Kudus dan kuasa Firman Tuhan. Dengan kuasa Rudus dan firman Tuhan itu, pengikut Kristus pasti bisa responsibility. Dan seharusnya responsibility menjadi gaya hidup yang menjadi budaya bagi para pengikut Kristus. Jika hal itu bisa dilakukan maka kelalaian dan kealpaan akan hilang dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, supaya tidak lalai terhadap firman Allah dan responsibility, pengikut Kristus harus membangun relasi yang baik dengan Allah. Sebab semakin intens hubungan kita dengan Allah maka akan hilang juga kelalaian itu karena kuasa Roh Kudus yang akan mengingatkannya.

Sekarang, bagaimana dengan diri kita para pengikut Kristus yang ada di zaman ini, apakah kita sudah hidup yang memiliki responsibility atau belum. Jika belum harus disegerakan supaya hidup kita menjadi teladan dan menjadi berkat bagi sesama. Melalui kehadiran kita, banyak jiwa jiwa yang belum mengenal dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, segera bertobat karena melihat kasih-Nya yang ada di dalam hidup kita.

(Markus Sulag)



Leave a Reply