Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tujuan Pemeliharaan Allah




eBahana.com – Kita akan fokus pada tujuan akhir kelimpahan. Bagian akhir 2 Korintus 9:8 berkata, “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan ‘malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.'”

Allah senang melihat kita menikmati pemeliharaan-Nya. Membuat- Nya bahagia. Namun itu bukan tujuan tertinggi. Melainkan, kita menerima kelimpahan untuk “setiap perbuatan baik.” Tujuan kelimpahan agar kita bisa melakukan segala sesuatu yang Allah minta kita lakukan dengan lengkap sempurna.

Satu dari atribut luarbiasa orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru, mereka tidak pernah mengatakan, “Jika kita punya cukup uang, kita akan melakukan ini.” Mereka hanya mengatakan, “Kita akan kesini….kita akan kesana…kita akan melakukan ini.” Uang bukan isu-nya. Meski mereka banyak berbicara mengenai uang dan sangat praktikal dalam mengelolanya, rencana-rencana mereka tidak bergantung pada uang. Itu sangat berbeda dengan gereja masa kini, dimana begitu banyak apa yang direncanakan bergantung pada uang.

Perlu menjadi praktikal. Bijaksana membuat anggaran dan mengikutinya. Namun beberapa kelompok agamawi mengikat diri mereka dengan anggaran mereka. Allah tidak terikat dengan cara itu. Malahan, Allah tidak mengijinkan kita mengikat-Nya dengan cara apa pun sama sekali – dengan peraturan-peraturan kita, sistim- sistim kita, teologi kita atau keuangan-keuangan kita.

Satu perbuatan baik spesifik dimana Allah memberi pemeliharaan adalah “perbuatan baik.” “Agar kita menyediakan bagi-Nya tempat untuk didiami.” Tujuan Allah sejak penciptaan dan selanjutnya adalah tinggal dengan manusia. Kita sering berbicara seolah-olah akhir bagi kita adalah masuk surga. Namun demikian, dalam membaca Alkitab yang terutama membawa surga ke bumi. Dalam pasal-pasal penutupan Alkitab, kita tidak menemukan bumi naik ke surga; kita menemukan surga turun ke bumi. Dorongan akhir tujuan Allah sejak penciptaan dan selanjutnya adalah tinggal dengan manusia.

Perhatikan dua contoh bersejarah dalam Alkitab dimana Allah meminta umat-Nya, Israel, menyediakan bagi-Nya tempat tinggal.

Tempat tinggal pertama adalah Tabernakel Musa. Kedua adalah Bait Salomo. Dalam keduanya, Allah menyediakan umat-Nya dengan kelimpahan, keluar dari kelimpahan mereka, mereka bisa mengembalikan kepada-Nya semua yang dibutuhkan untuk menyediakan-Nya tempat tinggal sesuai dengan kemuliaan-Nya.

Allah juga memberi spesifikasi-spesifikasi sangat akurat seperti apa tempat tinggal yang Ia inginkan. Ia tidak meninggalkan satu ukuran atau material secara kebetulan. Segala sesuatu dengan akurat dispesifikasi, dan segala sesuatu dari kualitas terbaik. Tidak ada yang murah atau jelek dalam apa pun yang Allah syaratkan untuk tempat tinggal-Nya. Itu sesuai kodrat Allah.

Pertama, mari kita mempelajari Tabernakel Musa dan cara dibuatnya. Lalu mari kita lihat persediaan Allah untuk Bait Salomo dan cara dibuatnya. Setelah itu, kita akan mengaplikasikan dua contoh ini untuk kita pada masa kini.

Dalam Kejadian Allah membuat perjanjian dengan Abraham. Ia juga memberinya gambaran perbudakan Israel di Mesir. “Firman TUHAN kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.

Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak” (Kejadian 15:13-14).

Alkitab berkata, “mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak.” Ketika Allah menubuatkan perbudakan Israel di Mesir dan pembebasan mereka selanjutnya, Ia menekankan bahwa ketika mereka ditebus dan dibebaskan, mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Ini bukan suatu kebetulan. Melainkan bagian dari tujuan Allah yang ditahbiskan sebelumnya.

Kita melihat nubuat ini digenapi dalam Keluaran 12. Datang sebagai hasil langsung malam Paskah Yahudi, ketika keluarga-keluarga orang Israel dihindari dan setiap anak pertama orang-orang Mesir dibunuh. “Orang Israel melakukan juga seperti kata Musa; mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain.

Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu” (Keluaran 12:35-36).

Alkitab berkata, “Mereka merampasi orang Mesir.” Fakta bahwa bangsa Israel mengambil segala milik orang Mesir – emas, perak, kain-kain. Apa saja yang mereka lihat dan minta, mereka dapat. Kenapa? Karena orang Mesir begitu takut sehingga keinginan mereka segera mengusir orang-orang ini, berapa pun biayanya.

Kita mungkin bertanya, apakah itu adil? Allah selalu adil. Ia lebih adil daripada yang kita pikir. Sepanjang tahun-tahun perbudakan Israel di Mesir, Allah menyimpan perhitungan, dan Ia menghitung hak nilai tunggakkan upah orang-orang Israel dua ratus tahun lamanya. Jadi mereka mengumpulkan dalam satu malam. Itu keadilan. Banyak orang tidak melihatnya dengan cara itu karena mereka tidak menyimpan perhitungan yang sama seperti Allah.

Ada gambaran indah mengenai pembebasan Israel keluar dari Mesir dalam Mazmur 105:37: “Dituntun-Nya mereka keluar membawa perak dan emas, dan di antara suku-suku mereka tidak ada yang tergelincir.”

Penebusan menyediakan pemeliharaan total bagi kebutuhan- kebutuhan orang-orang yang ditebus. Bagi Israel di Mesir, semua datang melalui iman dalam darah domba Paskah. Iman itu melepaskan persediaan setiap kebutuhan – spiritual, fisikal dan material. Ketika tiga juta orang itu berbaris keluar dari Mesir tidak ada seorang pun tergelincir, tidak ada dari mereka yang pincang, tidak ada seorang pun yang menggunakan tongkat. Dalam gereja hari ini kita berada masih jauh dari standar itu. Kita percaya itu standar Allah. Kita percaya penebusan sudah lengkap, dan mencakup setiap bidang kehidupan kita.

Penebusan juga sangat praktikal. Bagaimana orang-orang Israel bisa berjalan melalui belantara jika mereka sakit atau cacat? Camkan di pikiran mereka sebelumnya budak. Mereka tidak pernah menerima makanan atau perawatan kesehatan yang baik. Mereka juga sangat miskin. Namun ketika Allah menebus mereka, Ia merubah segala sesuatu dalam satu tindakkan. Orang-orang Israel keluar dalam keadaan sehat dan kaya, dengan kelimpahan emas dan perak dan segala sesuatu yang berharga.

Kita harus mengerti bahwa Allah memiliki tujuan dalam semua ini. Allah memberi Musa rencana untuk Tabernakel dimana Ia akan tinggal ditengah umat-Nya. Lalu Ia mengatakan pada Musa agar “orang-orang” menyediakan material dan pekerja untuk membangun tabernakel.

“Berkatalah Musa kepada segenap jemaah Israel: “Inilah firman yang diperintahkan TUHAN, bunyinya: Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN: emas, perak, tembaga, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit- kulit lumba-lumba, kayu penaga, minyak untuk penerangan, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada.

Segala orang yang ahli di antara kamu haruslah datang untuk membuat segala yang diperintahkan TUHAN” (Keluaran 35:4-10).

Bangsa Israel membawa persembahan mereka dari kelimpahan yang Allah sediakan bagi mereka melalui penebusan untuk membuat tempat tinggal yang Allah syaratkan. Ia tidak memberi mereka pilihan mengenai tempat tinggal-Nya. Ada emas, perak dan tembaga. Segala sesuatu harus dibuat sesuai cara yang Ia syaratkan. Syarat-syarat-Nya “masuk akal,” karena Ia sudah memberi mereka segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk memenuhi pengarahan-Nya.

Lebih jauh, Allah menyediakan umat-Nya dengan keterampilan- keterampilan yang mereka butuhkan untuk menggunakan sebaik mungkin semua material ini. Ini Ia lakukan dengan memenuhi Bezaleel dengan Roh Kudus. Dengan cara itu ia menjadi arsitek utama pembangunan Kemah Suci dan peralatannya, mampu memimpin dan mengawasi ahli-ahli lain yang Allah kumpulkan bersamanya (Keluaran 35:30-35). Hasilnya digambarkan dalam Keluaran 36:2-7).

“Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu.

Mereka menerima dari pada Musa seluruh persembahan khusus, yang telah dibawa oleh orang Israel untuk melaksanakan pekerjaan mendirikan tempat kudus. Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi.

Dan segala orang ahli yang melakukan seluruh pekerjaan untuk tempat kudus itu, datanglah masing-masing dari pekerjaan yang dilakukannya, dan berkata kepada Musa: “Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan.”

Lalu Musa memerintahkan, supaya dimaklumkan di mana-mana di perkemahan itu, demikian: “Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu menjadi persembahan khusus bagi tempat khusus. “Demikianlah rakyat itu dicegah membawa persembahan lagi.

Sebab bahan yang diperlukan mereka telah cukup untuk melakukan segala pekerjaan itu, bahkan berlebih.”

Perhatikan frasa penutupan “cukup”….”bahkan berlebih.” Sesuai definisinya, itu adalah kelimpahan.

Sayangnya, kita sering tidak melihat situasi seperti itu dalam jemaat hari ini. Masalahnya bukan karena mereka tidak memiliki cukup.
Masalahnya karena membawa begitu banyak mereka tidak tahu harus melakukan apa dengannya. Itu kelimpahan Allah dan yang mana tujuan itu diberikan.

Penebusan menyediakan kelimpahan. Namun tujuan penebusan adalah tempat untuk Allah tinggal diantara umat-Nya, Ia meminta kita mengembalikan kepada-Nya persediaan untuk tempat tinggal- Nya.

Daud pertama dipresentasikan kepada kita dalam Kitab Suci dengan cara yang sangat sederhana – anak laki terkecil dari keluarga yang tidak kaya, dari pegunungan berbatu di Yudea, pengurus domba bapaknya (1 Samuel 16:6-13). Namun, sebelum kematiannya, ia mewariskan kepada rumah Allah – kepada Bait yang Salomo akan bangun jumlah kekayaan besar dari kekayaan pribadinya.

Satu kesadaran sangat signifikan kita perlu buat adalah sepanjang pemerintahan Daud ada peningkatan luar biasa dalam kekayaan Israel. Sebelumnya Israel negeri miskin yang hidup dari pertanian, peternakan, lembu dan domba, tumbuh berkembang menjadi luar biasa kaya pada akhir pemerintahan Daud.

Itu bukan suatu kebetulan. Kekayaan Israel sebagian adalah hasil berkat Allah kepada Daud. Kita tahu kapanpun Allah mendapatkan seseorang menurut selera hati-Nya untuk memimpin umat-Nya, Ia akan memberkati umat-Nya melalui orang itu. Namun selain dari itu, Allah memiliki maksud lebih jauh. Pada akhir pemerintahan Daud, Allah ingin Israel siap membangun Bait Salomo. Lagi, tujuan Allah adalah tempat tinggal dimana Ia bisa berada di antara umat- Nya. Seperti Tabernakel, setiap detail dari tempat tinggal itu secara tepat di definisikan. Tidak ada yang diserahkan pada imaginasi ahli bangunannya.

Catatan dari apa yang diberikan untuk pembangunan Bait Salomo mengandung bahasa paling mulia dalam penulisan manapun. Ada sesuatu mempesona dengan kata-kata yang Daud gunakan untuk menggambarkan persiapan yang ia buat untuk Bait: “Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang berwarna-warna, dan segala macam batu mahal- mahal dan sangat banyak pualam” (1 Tawarikh 29:2).

Perhatikan kata penutup deskripsi Daud – “banyak” atau “berlimpah.” Jumlah persediaaan yang dibuat untuk Bait seperti jumlah persediaan untuk Tabernakel. Kelimpahan, sebenarnya, tingkat pemeliharaan yang Allah selalu buat untuk umat-Nya. Tidak ada yang terbatas atau kikir mengenai itu. Ia adalah Allah kelimpahan.

Daud lalu melanjutkan: “Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan” (1 Tawarikh 29:3-4).

Sulit mendapatkan (equivalen) atau nilai persamaan yang tepat dalam sistim moneter modern kita untuk satu talenta. Satu talenta emas murni Ofir lebih dari Rp27.5 triliun dengan kurs Rp14.500 per Dolar AS. Jadi dari kekayaan pribadinya, Daud menyediakan persamaan nilai dalam emas sekitar Rp84.1 triliun. Itu tidak termasuk perak dan material-material lain.

Lebih jauh, kita membaca apa yang pemimpin-pemimpin juga beri dari kepemilikan mereka sendiri: “Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya.

Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi” (1 Tawarikh 29:6-7).

Menurut perhitungan, angka-angka dalam nas ini berjumlah Rp140.6 triliun emas. Antara mereka, Daud dan tua-tua memberi Rp224.7 triliun emas dari kekayaan pribadi mereka sendiri. Ini diluar perak, batu-batu berharga, kayu, pualam dan semua material lain yang dikontribusikan. Kita perlu ingat bahwa Daud mulai sebagai anak pengembala kecil di bukit-bukit berbatu di Yudea.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Israel memungkinkan pembangunan Bait tanpa membutuhkan waktu lama – dibawah 70 tahun. Keadaan serupa terjadi hari ini. Kita bisa berbicara mengenai problem-problem ekonomi dan mengeluh mengenai harga-harga, namun sebenarnya belum pernah ada uang begitu banyak tersedia kapan saja di dunia seperti sekarang. Bukan hanya itu, Allah mulai membuka tingkat-tingkat kemakmuran yang tidak terbayangkan kepada umat-Nya – kepada mereka, yakni, yang respons kepada pewahyuan yang Roh Kudus impartasi.

Allah bekerja hari ini paralel dengan apa yang Ia lakukan bagi Israel pada zaman Daud, karena Allah memiliki “tujuan.” Apa tujuannya? Ia menginginkan tempat tinggal. Ia ingin tinggal dengan manusia.
Dan Ia sangat rinci dan akurat dengan spesifikasi-spesifikasi tempat tinggal-Nya. Ia tidak kikir. Ia ingin segala sesuatu dari kualitas tertinggi.

Tempat tinggal yang dibangun untuk Allah pada masa sekarang berbeda jenis dari Tabernakel dan Bait. Perbedaan karakter tempat tinggal Allah hari ini digambarkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 3:16-17 : “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?.

Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”

Dengan cara serupa, Petrus berkata dalam 1 Petrus 2:5: “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”

Kita berbicara disini mengenai tempat tinggal tertinggi Allah, yang tidak dibuat dari emas atau perak atau dari material-material berharga yang indah dan mewah pada Tabernakel Musa atau Bait Salomo. Ada sesuatu yang secara tak terbatas lebih berharga bagi Allah, dan itu adalah “orang-orang.” Ketika Allah menginginkan tempat tinggal yang paling berharga dari semua, Ia memilih satu yang terdiri dari orang-orang, bukan material-material. “Dan kita orang-orang.” Kita tempat tinggal Allah. Jika Allah begitu khusus dan begitu mewah mengenai Tabernakel dan bahkan lebih dengan Bait – yang mana keduanya bangunan sementara – apakah Ia akan lebih kurang khusus atau kurang mewah dengan tempat tinggal tertinggi kekal-Nya, yang adalah kita?

Membangun tempat tinggal ini membutuhkan usaha dan biaya jauh melewati semua yang masuk dalam Bait Salomo. Batu-batu hidup yang Allah sudah pilih harus ditambang dari semua negara di muka bumi, karena Allah tidak akan puas sampai “segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” direpresentasi (Wahyu 7:9). Allah sudah mentahbiskan, karenanya, bahwa “Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Matius 24:14).

Ada alasan dua contoh Tabernakel dan Bait diberikan dalam Perjanjian Lama. Allah ingin kita mengerti berapa harga untuk membangun tempat tinggal tertinggi-Nya pada zaman sekarang.

Kita tahu, tentunya, bahwa kita tidak bisa membayar penebusan kita. Keselamatan jiwa kita tidak bisa diukur dengan uang. Namun jika kita melakukan dengan serius tanggung jawab kita untuk mempresentasikan Injil Kerajaan kepada milyaran orang di dunia hari ini, praktikal untuk mengakui bahwa akan membutuhkan dana milyaran. Sama sekali tidak realistik berbicara mengenai melaksanakan pekerjaan tanpa dana.

Pemeliharaan Allah yang dibutuhkan untuk tempat tinggal tertinggi ini di wahyukan dalam Hagai 2:6-9. Dalam Ibrani 10 ini dikutip dan secara spesifik berlaku pada penutupan zaman sekarang ini.

“Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah (kekayaan) kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam” (Hagai 2:7-8).

Rumah apa? Tempat tinggal Allah. Tuhan disini tidak berbicara mengenai bait yang dibangun pada zaman Hagai, karena bait itu dihancurkan sembilan belas abad yang lalu. Ia berbicara mengenai penutupan zaman ini dan tempat tinggal-Nya pada waktu sekarang (Ibrani 12:25-29). Tuhan berkata, “Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan.” Namun pertama Ia berkata kekayaan segala bangsa datang mengalir, untuk menyediakan segala sesuatu yang akan dibutuhkan untuk membangun Rumah sesuai kemuliaan-Nya.

Pernyataan yang mengikuti dalam ayat 9 “Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” Camkan di pikiran bahwa kata “perak” dalam Ibrani modern adalah “uang.” Iblis tidak memiliki klaim sah atas kekayaan sama sekali. Ia pencuri. Kita tidak perlu berdalih dengan Iblis untuk uang. Yang kita perlu lakukan membongkarnya lepas dari tangan kotornya, karena ia tidak memiliki hak atasnya.

Ketika Yesus mati dan bangkit dari mati, semua kekayaan seluruh bumi ini secara sah milik-Nya. Ia ahli waris dari segala sesuatu, dan kita ahli waris bersama-Nya. Kita berbagi warisan. Jadi, kita memiliki hak sah pada perak dan emas melalui Yesus Kristus.

Melanjutkan dengan apa yang Allah katakan dalam nas ini dari Hagai 2, dalam ayat 10 Allah kembali pada tema kemuliaan: “Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian (tempat tinggal yang tertinggi) akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”

Lagi, sangat jelas bahwa penyebutan bait ini bukan referensi pada bait yang dibangun pada zaman Hagai. Bait itu musnah dalam perang. Melainkan, mengacu pada tempat tinggal Allah pada penutupan akhir zaman ini. Apa tempat tinggal Allah pada penutupan akhir zaman ini? Kita. Umat-Nya. Gereja-Nya yang sempurna. Tubuh-Nya. Tuhan berjanji bahwa untuk tujuan pembangunan kediaman itu, kekayaan bangsa-bangsa akan datang.

Mari kita melihat satu gambaran terakhir dalam Yesaya. Lagi, kata- kata ini diucapkan kepada umat Allah pada penutupan akhir zaman ini.

“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.

Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.

Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja- raja kepada cahaya yang terbit bagimu.

Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong.

Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu” (Yesaya 60:1-5).

Sekali lagi, ada hubungan langsung antara pewahyuan kemuliaan Allah dan kekayaan bangsa-bangsa. Tujuan Allah adalah memiliki tempat tinggal sesuai kemuliaan-Nya. Untuk tujuan ini, Ia akan menyediakan bagi umat-Nya kekayaan bangsa-bangsa.

Kita percaya ini berlaku bagi kita hari ini. Kenapa kita membutuhkan kekayaan ini? Agar kita bisa menyelesaikan tempat tinggal Allah, yang dibangun dengan batu-batu yang hidup. Orang-orang. Berjuta- juta orang, banyak dari mereka belum terjangkau meski hanya sekali mendengar Injil Yesus Kristus.

Akan mengorbankan biaya. Akan mengorbankan hidup. Akan mengorbankan waktu. Akan mengorbankan segala sesuatu yang kita miliki. Namun Allah akan menyediakan semua kelimpahan bagi kita untuk pekerjaan penyelesaian tempat tinggal-Nya.

 

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply