Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Berani Keluar dari Zona Nyaman (3)




eBahana.com – Yesus dalam memperlakukan seseorang, tidak melihat sosial ekonomi. Yesus selalu memulai dengan kasih kepada Allah dan sesama. Dia dalam bersosialisasi dengan sesama pun tidak hitam putih. Dia juga selalu mencari alasan, mengapa manusia melakukan hal demikian?

Sebab ada seseorang melakukan sesuatu yang melanggar kehendak Allah, karena tidak sengaja atau bisa jadi situasi dan kondisi yang menuntut demikian. Kemungkinan yang lakukan Zakheus (kenaapa bekerja sebagai pemimpin pemungut cukai) karena keadaan tubuhnya yang pendek dan banyak orang beranggapan bahwa ia tidak bisa bekerja dengan baik. Untuk bisa menghidupi dirinya dan keluarganya, mau tidak mau, suka tidak suka harus menjadi pemimpin pemungut cukai. Tetapi ia mau keluar dari kenyamanan yang selama ini ia nikmati dan rasakan.

Setelah  Yesus menyuruh turun dari pohon ara dan berkeinginan menginap di rumahnya, banyak orang yang mengikut Dia, sehingga pemimpin agama dan golongan Farisi bersungut-sungut. Tegas dan lugas, Zakheus merespon dengan kalimat sebagai berikut:

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepadaTuhan. “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Hal yang menjadi pernyataan Zakheus di atas, merupkan bentuk komitmennya dalam mengikut Yesus dan komitmenya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai kepala pemungut cukai. Itu juga yang menjadi bentuk dari keberanian Zakheus keluar dari kenyamanan. Ucapan setengah dari miliknya akan diberikan kepada orang miskin, hal itu menunjukkan sikap kesungguhan hati untuk mentransformasi dirinya supaya lebih baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesama.

Dengan kata lain, pernyataannya itu memang sudah dihitung untung dan ruginya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebab, pernyataan Zakheus itu jika ditinjau dengan pikiran dan rumus duniawi sangat sulit diterima: menyerahkan setengah dari miliknya kepada orang miskin bagi banyak orang adalah pikiran bodoh dan gila. Tak hanya sampai di situ, ada pernyataan yang lebih daripada itu:

Dan sekiranya ada suatu yang kuperas akan kukembalikan empat kali lipat.”

Dengan kehilangan setengah dari miliknya saja, menurut prediksi dunia Zakheus akan menjadi orang miskin, apalagi harus mengganti empat kali lipat. Jika ada sesuatu yang ia peras, pasti akan semakin miskin. Hal yang menjadi pertanyaan, apakah Zakheus sudah tahu siapa Yesus sebenarnya? Apabila ia belum tahu eksistensi dan jati diri Yesus sebenarnya, mana mungkin ia mau mengorbankan masa depannya dan keluarganya. Dengan kata lain, Zakheus berpikir dan bertindak dengan iman. Hal yang dilakukan Zakheus adalah yang disebut kerja-kerja iman dan eksistensi iman. Hal itu selaras dengan yang ditulis oleh kitab Ibrani:

“Iman adalah dasar dari sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita lihat.”

Apabila dilihat dari ayat di atas, Zakheus memandang Yesus bukan dengan kacamata dunia ini, tetapi dengan kacamata iman. Terbukti ia mau merugi secara dunia dengan menyerahkan setengah dari miliknya. Sementara penglihatan dengan kacamata duniawi itu seperti tidak mau merasa rugi tetapi yang dipikirkan hanya soal keuntungan. Hal yang mendasari Zakheus berani keluar dari kenyamanan adalah imannya kepada Kristus.

Bagaimana dengan kita para pengikut Kristus, kita harus melakukan apa yang dikerjakan oleh Zakheus yang berani keluar dari kenyamanan karena mendasarkan hidup pada imanya kepada Kristus. Seperti yang dikatakan rasul Paulus:

“Hidup adalah Kristus mati adalah keuntungan.”

(Markus Sulag)



Leave a Reply