Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Apologetika Bukan Hanya Retorika




eBahana.com

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat

(1 Petrus 3:15)

Kata “memberi pertanggungan jawab” (Yun. Apologia) menunjukan “pertanggunjawaban terhadap tata-cara dan perilaku.” Wilbur Smith menyatakan demikian “suatu pertanggungjawaban lisan, suatu uraian lisan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan atau kebenaran yang kita percayai.”

“Apologia” yang diterjemahkan dalam kata Bahasa Inggris menjadi “defense” dan dalam bahasa Indonesia menjadi “pertanggungjawaban atau pembelaan diri atau membela” dipakai sebanyak delapan kali dalam Perjanjian Baru. Pemakaian kata “pertanggungjawaban” dalam 1 Petrus 3:15 menyiratkan suatu pembelaan diri yang dibuat seorang seperti untuk menjawab pertanyaan polisi, “Mengapa Anda seorang Kristen?” Seorang percaya wajib memberikan jawaban yang memadai terhadap pertanyaan itu.

Para tokoh apologetika masa sekarang ini seperti Cornelius Van Til, Gordon Clark, Greg Bahnsen, James White, John F. MacArthur, Hank Hanegraaff, Ravi Zacharias, Lee Strobel, Josh McDowell, C.S. Lewis, Ken Ham, Kent Hovind, William Lane Craig, J. P. Moreland, Ray Comfort, Kirk Cameron, Hugh Ross.

Apologetika menjadi hal sangat penting dalam sejarah ke-Kristenan serta tidak dapat dipisahkan dalam pengajaran maupun pratik kehidupan Menjadi sangat penting di mana sering kali kesalahpahaman terjadi dalam lingkungan internal gereja dan juga serangan pihak di luar Kristen terhadap iman Kristen.

Bila kekristenan tanpa apologetika maka bisa dibayangkan seperti sebuah kerajaan tanpa pasukan penjaga, Kerajaan ini akan menjadi kerajaan yang sangat lemah dalam hal pertahanan terhadap serangan luar dan dalam kerajaan itu sendiri lambat laun kerajaan pasti hancur, Demikian juga apologetika, disiplin ilmu inilah yang menjaga ortodoksi pengajaran Kristen dari bidat dan luar kekristenan, pertanyaannya apakah apologetika saja cukup? Apakah ini hanya sekadar “retorika” semata?.

1 Petrus 3:16 akan menjadi pelengkap ayat 15 sebelumnya. “dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan  mereka itu.” Hati nurani yang murni menjadi hal yang tak terpisahkan dalam apologetika. Hidup yang saleh dalam Kristus juga menjadi satu paket dalam Apologetika. Kedua hal inilah yang menjadikan Apologetika bukan hanya retorika belaka. Sehingga pertanggungjawaban iman dalam kehidupan ini bisa diterima dengan baik. Bukan hanya Injil yang diterima tetapi hidup ini tidak menjadi batu sandungan bagi jemaat dan orang yang belum mengenal Kristus.

Pengakuan iman Kristen tidak dapat sepenuhnya diakui kecuali bila didukung dengan dua sarana yang disebutkan secara khusus ini, yaitu hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Hati nurani itu baik apabila ia melakukan pekerjaannya dengan baik, jika ia tetap murni dan tidak bobrok, dan bersih dari kesalahan. Dengan begitu, barulah hati nurani akan membenarkan kamu, walaupun manusia mendakwa kamu.

Hidup yang saleh dalam Kristus adalah hidup yang kudus, sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. “Pelihara baik-baik hati nuranimu, dan hidupmu. Maka, walaupun manusia berkata-kata jahat tentang kamu, dan memfitnah kamu sebagai penjahat, kamu akan membersihkan dirimu sendiri, dan mempermalukan mereka. Mungkin kamu menganggapnya sulit untuk menderita karena berbuat baik, karena menjaga hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Tetapi janganlah berkecil hati, sebab lebih baik untukmu, meskipun lebih buruk bagi musuh-musuhmu, jika kamu menderita karena berbuat baik daripada karena berbuat jahat.” Soli Deo Gloria!

(Tosca Jalerio)



Leave a Reply