Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Dengan Tubuh Apa ?




eBahana.com – Kita sudah membahas tiga fase utama kebangkitan seperti dinyatakan oleh rasul Paulus (1 Korintus 15:23-24).

Pertama, “buah-buah sulung Kristus” – kebangkitan Kristus Sendiri, bersama dengan mereka orang-orang benar Perjanjian Lama yang dibangkitkan bersama-Nya. Kedua, “mereka yang milik-Nya saat kedatangan-Nya” – semua orang percaya yang mati pada zaman- zaman sebelumnya dan yang akan dibangkitkan saat kedatangan Kristus kembali, sebelum didirikan kerajaan seribu tahun-Nya.
Ketiga, “akhir” – kebangkitan terakhir semua sisa orang mati saat akhir kerajaan seribu tahun.

Kita akan mengkhususkan sebagian besar pelajaran akhir ini untuk mempelajari apa yang Kitab Suci ungkapkan tentang kodrat tubuh orang-orang percaya Kristen yang dibangkitkan.

Kita sudah menunjukkan ada keberlanjutan antara tubuh yang mati dan di kubur dan tubuh yang dibangkitkan kemudian. Material dasar tubuh yang dibangkitkan sama dengan tubuh yang dikubur. Artinya, kebangkitan tubuh yang dikubur, bukan ciptaan tubuh baru sama sekali.

Dengan fakta ini, kita harus menambahkan, dalam kasus orang percaya Kristen, tubuh yang dibangkitkan mengalami perubahan- perubahan besar.

Semua pertanyaan ini diajukan dan didiskusikan oleh Paulus. “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?

Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.

Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.

Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri” (1 Korintus 15:35-38).

Disini Paulus menggunakan analogi biji gandum di tanam di tanah untuk mengilustrasikan hubungan antara tubuh yang dikubur dan tubuh yang dibangkitkan. Melalui analogi ini ada tiga fakta yang bisa diaplikasikan pada kebangkitan tubuh.

Pertama, ada keberlanjutan antara biji yang ditanam di tanah dan tanaman yang kemudian tumbuh dari tanah dari biji itu. Material dasar biji aslinya masih terkandung dalam tanaman yang tumbuh darinya. Kedua, tanaman yang tumbuh dari biji aslinya mengalami perubahan-perubahan dalam proses itu.

Bentuk luar dan tampak tanaman baru berbeda dari biji aslinya. Ketiga, kodrat biji aslinya menentukan kodrat tanaman yang tumbuh darinya. Setiap jenis biji bisa menghasilkan hanya jenis tanaman yang sesuai dengannya. Biji gandum hanya bisa menghasilkan batang gandum; biji barli hanya bisa menghasilkan batang barli.

Mari kita sekarang mengaplikasikan tiga fakta dari analogi biji ini pada kodrat tubuh yang dibangkitkan.

Pertama, ada keberlanjutan antara tubuh yang dikubur dan tubuh yang dibangkitkan. Kedua, tubuh yang dibangkitkan mengalami perubahan-perubahan tertentu dalam proses itu. Bentuk dan tampak luar tubuh baru yang dibangkitkan berbeda dari tubuh asli yang dikubur. Ketiga, kodrat tubuh yang dikubur menentukan kodrat tubuh yang dibangkitkan. Akan ada hubungan logikal antara kondisi orang percaya dalam eksistensi duniawinya sekarang dan kodrat kebangkitan tubuhnya.

Paulus memberi detail lebih jauh kodrat perubahan-perubahan yang tubuh orang percaya akan alami saat kebangkitan. “Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan.

Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.

Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain.

Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.

Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.

Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah” (1 Korintus 15:39-44).

Untuk melengkapi gambaran ini, kita harus menambahkan pernyataan Paulus dalam ayat 53 “Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.”

Analisa ini diberikan oleh Paulus mengenai kodrat perubahan- perubahan yang tubuh orang percaya akan alami saat kebangkitan, yang ia ekspresikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.

Pertama, Paulus menunjukkan, bahkan diantara tubuh-tubuh makhluk-makhluk yang kita kenal dalam tatatertib alamiah sekarang, ada perbedaan-perbedaan kodrat dan susunan. Ia menyebut golongan: orang, binatang, ikan, dan burung. Ini sejalan dengan kesimpulan ilmu pengetahuan modern bahwa tidak ada perbedaan yang dapat dilihat dalam susunan bahan kimia darah kelompok rasial yang berbeda dalam keluarga manusia, namun ada perbedaan antara susunan bahan kimia darah manusia dan dunia binatang.

Kedua, Paulus menunjukkan, diatas semua tatatertib tubuh yang kita kenal di bumi, ada tatatertib tubuh-tubuh lain dan lebih tinggi, yang ia sebut tatatertib “surgawi.” Sekali lagi, ini sejalan dengan penemuan-penemuan ilmiah terakhir. Ilmu pengetahuan sekarang sudah berhasil mengirim manusia ke ruang angkasa. Namun agar mereka bisa hidup, harus berada dalam kapsul dan dengan atmospir dan kondisi bumi. Untuk benar-benar nyaman dalam jarak berapa saja dari permukaan bumi, manusia harus diperlengkapi dengan tubuh yang sama sekali baru dari yang ada sekarang. Namun untuk ini ia harus bergantung pada Allah: ia tidak bisa melakukannya sendiri.

Ketiga, Paulus menunjukkan diantara berbagai tubuh surgawi yang kita bisa lihat – artinya, matahari, bulan, dan bintang-bintang – ada perbedaan kodrat dan cahaya. Matahari menghasilkan sinarnya sendiri; bulan hanya merefleksi sinar matahari. Diantara bintang- bintang ada banyak tatatertib cahaya. Paulus menyatakan sama mengenai tubuh orang-orang percaya ketika mereka dibangkitkan dari mati. Akan ada banyak tatatertib kemuliaan berbeda-beda diantara mereka.

Ini ditulis dalam nubuat kebangkitan dalam Daniel 12:2-3 “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian kekal.

Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”

Disini Daniel menubuatkan perbedaan-perbedaan dalam upah dan dalam kemuliaan diantara orang-orang benar yang dibangkitkan.
Mereka yang paling setia dan tekun memberitakan kebenaran- kebenaran Allah kepada orang-orang lain akan bersinar paling terang.

Gambaran orang-orang yang dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan seperti bintang-bintang juga dijanjikan Allah kepada Abraham. “Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu” (Kejadian 15:5).

Termasuk diantara benih Abraham adalah semua mereka yang percaya dan mentaati janji firman Allah seperti Abraham sendiri – mereka yang menerima dengan iman dalam hati mereka benih ilahi Firman Allah. Benih yang tidak fana Firman Allah, yang diterima dengan iman dalam hati setiap orang percaya, yang akan memungkinkan kebangkitannya diantara orang benar.

Pada hari penggenapan akhir janji Allah, saat kebangkitan, semua orang percaya akan dibangkitkan berdasarkan iman mereka pada Firman Allah seperti bintang-bintang yang Allah tunjukkan pada Abraham – sebanyak, semulia, dan seberagam satu sama lain dalam kemuliaannya.

Dalam analisanya mengenai kodrat tubuh kebangkitan orang percaya, Paulus menutup dengan mendaftar perubahan-perubahan spesifik yang akan terjadi.

Pertama, tubuh sekarang fana; takluk pada penyakit, kerusakan, dan umur tua. Tubuh baru surgawi bebas dari semua kejahatan. Kedua, tubuh sekarang fana – takluk pada kematian. Tubuh baru tidak bisa binasa. Ketiga, tubuh sekarang cemar. Disebut dalam Filipi 3:21 “tubuh kita yang hina.” Tubuh manusia sekarang akibat dosa dan tidak taat pada Allah. Sumber terus menerus kehinaan – peringatan terus menerus akan Kejatuhan, mengakibatkan kelemahan fisikal.
Seberapa besar pun pencapaian manusia dalam bidang seni atau ilmu pengetahuan, dirinya terus menerus direndahkan oleh kebutuhan-kebutuhan fisikal dan keterbatasan-keterbatasan tubuhnya. Namun, tubuh kebangkitan baru tubuh indah dan mulia, bebas dari semua keterbatasan-keterbatasan manusia sekarang.
Keempat, tubuh sekarang dikubur dalam kelemahan. Penguburan pengakuan akhir hutang manusia pada kematian; pengakuan tertinggi kelemahan manusia. Namun tubuh baru akan dibangkitkan dari kubur oleh kuasa Allah dan kebangkitan akan menjadi kesaksian kemahakuasaan Allah, menelan kuasa kematian dan kubur. Kelima, tubuh sekarang adalah tubuh alamiah – secara harfiah tubuh “jiwani.” Terjemahan bahasa Yunani “alamiah” adalah “psuchikos” berasal dari “psuche,” kata untuk “jiwa.”

Menurut pola awal Allah dalam penciptaan, manusia makhluk tritunggal terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh. Dari tiga elemen ini, roh manusia mampu berkomunikasi langsung dan bersekutu dengan Allah dan ditujukan untuk mengendalikan elemen kodrat manusia lebih rendah – jiwa dan tubuh. Namun, akibat manusia menyerah pada pencobaan saat Kejatuhan, elemen-elemen kodrat lebih rendahnya – jiwa dan tubuh – mengambil alih kendali.

Ini menghasilkan perubahan-perubahan dalam kepribadian manusia dan tubuh fisikalnya. Tubuhnya menjadi “jiwani.” Setelah itu, organ dan fungsinya diserahkan kepada keinginan kepuasan lebih rendah jiwanya dan tidak mampu mengekspresikan aspirasi lebih tinggi rohnya.

Tubuh “jiwani” ini menjadi penjara – tempat penahanan dan pembatasan bagi roh manusia. Namun, tubuh kebangkitan baru akan menjadi “spiritual.” Akan secara sempurna beradaptasi untuk mengekspresikan dan memenuhi aspirasi tertinggi roh manusia.
Dibungkus dalam tubuh baru ini, roh akan sekali lagi menjadi elemen-elemen pengendali, dan seluruh kepribadian kebangkitan orang percaya akan berfungsi dalam harmoni dan kesempurnaan dibawah kendali roh.

Paulus menyimpulkan perbedaan-perbedaan antara tubuh lama dan baru dengan mengkontras tubuh Adam dengan tubuh Kristus dengan mengatakan kebangkitan tubuh orang percaya akan serupa dengan tubuh Tuhan. “Manusia pertama berasal dari debu dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.

Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi” (1 Korintus 15:47-49).

Artinya, tubuh manusia sekarang serupa, kodrat duniawinya dengan tubuh manusia ciptaan pertama, Adam, dari mana semua orang diturunkan. Namun kebangkitan tubuh orang percaya akan serupa dengan Kristus, melalui ciptaan baru. Kristus menjadi kepala dari umat baru termasuk semua mereka yang ditebus dari dosa dan akibat-akibatnya melalui iman dalam Kristus.

Paulus memberi gambaran serupa mengenai kebangkitan tubuh orang percaya. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menakklukan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Filipi 3:20-21).

Diterjemahkan lebih harfiah, ayat terakhir ini menyatakan bahwa Kristus mampu mentransformasi tubuh kehinaan kita sehingga menjadi serupa dengan tubuh kemuliaan-Nya.

Dalam 1 Yohanes 3:2 kita melihat sekilas gambaran serupa transformasi orang percaya saat Kristus kembali. “Saudara – saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”

Bahkan orang-orang Kristen yang hidup saat Kristus kembali dan yang karenanya tidak butuh dibangkitkan saat itu akan mengalami perubahan seketika dan secara mujizat dalam tubuh mereka.

“Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak tidak binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:51-52).

Paulus berkata, “Kita tidak akan mati semuanya,” lalu ia meneruskan, “kita semuanya akan diubah.” Dengan kata lain, semua orang percaya sejati, apakah dibangkitkan atau diangkat ketika masih hidup, akan mengalami perubahan seketika dan secara mujizat dalam tubuh mereka.

Mengenai kodrat tubuh Kristus sendiri setelah kebangkitan-Nya, Injil memberi kita indikasi-indikasi menarik. Ia tidak lagi tunduk pada keterbatasan-keterbatasan waktu dan ruang yang kita kenal dalam tubuh duniawi kita sekarang. Ia bisa muncul atau menghilang sesuai kehendak; Ia bisa melewati pintu-pintu terkunci; Ia bisa muncul dalam bentuk-bentuk berbeda di tempat-tempat berbeda. Ia bisa juga naik ke surga dan turun lagi ke bumi. Dalam hal-hal yang mungkin belum diungkapkan, tubuh orang percaya yang ditebus sesudah kebangkitan atau pengangkatan mungkin akan seperti Tuhannya.

Sejauh ini kita sudah berbicara hanya mengenai kebangkitan tubuh orang percaya yang ditebus. Bagaimana dengan orang fasik?
Mereka yang tidak ditebus? Mereka yang mati dalam dosa mereka?

Kitab Suci mengungkapkan dengan jelas dalam urutanya sendiri, bahwa mereka akan dibangkitkan juga untuk penghakiman dan penghukuman.

Dengan tubuh apa mereka dibungkus saat kebangkitan mereka? Untuk pertanyaan ini tidak ada jawaban jelas atau bahkan indikasi ditemukan dalam Alkitab. Kita harus karenanya puas tanpa jawaban.

Ada tiga alasan utama kenapa doktrin kebangkitan menduduki tempat sentral khusus dalam iman Kristen.

Alasan pertama, kebangkitan adalah usaha Allah sendiri mempertahankan nama baik Yesus Kristus. “Menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 1:4).

Sebelumnya, Kristus dibawa kehadapan dua pengadilan manusia – pertama pengadilan agamawi dewan Yahudi, dan lalu pengadilan sekular gubernur Romawi Pontius Pilatus. Kedua pengadilan ini menolak klaim Yesus sebagai Anak Allah dan menghukum-Nya mati. Lebih jauh, kedua pengadilan ini bersatu mencegah membuka kuburan Yesus. Untuk ini dewan Yahudi menyediakan segel khusus mereka, dan gubernur Romawi menyediakan tentara penjaga bersenjata.

Namun, pada hari ketiga Allah melakukan intervensi.

Segel dibongkar, penjaga bersenjata dilumpuhkan, dan Yesus keluar dari kuburan. Dengan tindakkan ini Allah membalik keputusan- keputusan dewan Yahudi dan gubernur Romawi, dan Ia didepan umum mempertahankan nama baik klaim Yesus sebagai Anak Allah tidak berdosa.

Alasan kedua pentingnya kebangkitan adalah segel ini pasti atas tawaran pengampunan Allah dan keselamatan bagi setiap orang berdosa yang bertobat dan beriman dalam Kristus. “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Roma 4:25).

Ini menunjukkan justifikasi orang berdosa bergantung pada Kristus dibangkitkan kembali dari mati. Seandainya Kristus tinggal di kayu salib atau kuburan, janji Allah bagi orang berdosa mengenai keselamatan dan kehidupan kekal tidak pernah bisa digenapi.

Hanya Yesus yang bangkit, diterima dan diakui dengan iman, membawa pengampunan, damai, kehidupan kekal, dan kemenangan atas dosa pada orang berdosa. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9).

Keselamatan bergantung pada dua hal: pertama, mengakui Yesus sebagai Tuhan secara terbuka; kedua, percaya dalam hati bahwa Allah membangkitkan Yesus dari mati.

Jadi, iman yang menyelamatkan termasuk iman dalam kebangkitan. Tidak bisa ada keselamatan bagi mereka yang tidak percaya dalam kebangkitan Kristus.

Logika dan kejujuran intelektual tidak memberi kesimpulan lain. Jika Kristus tidak bangkit dari mati, maka Ia tidak memiliki kuasa untuk mengampuni atau untuk menyelamatkan orang berdosa. Namun jika Ia bangkit, seperti Kitab Suci nyatakan, maka ini bukti logikal kuasa-Nya mengampuni dan menyelamatkan. “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:25).

Kebangkitan Kristus adalah keharusan logikal absolut sebagai dasar tawaran keselamatan Allah. “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1 Korintus 15:14).

“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1 Korintus 15:17).

Kondisi Kekristenan masa kini mengkonfirmasi pernyataan- pernyataan jelas Kitab Suci ini. Teolog-teolog yang menolak kebangkitan pribadi fisikal Kristus bisa memoralisasi dan membuat teori sebanyak mereka suka, namun satu hal mereka tidak pernah tahu melalui pengalaman pribadi, damai dan sukacita dari dosa- dosa yang diampuni.

Terakhir, alasan ketiga pentingnya kebangkitan adalah ini merupakan puncak semua harapan kita sebagai orang-orang Kristen dan tujuan tertinggi kehidupan iman kita di bumi. Paulus berkata bahwa kebangkitan adalah tujuan dan perwujudan tertinggi semua usaha keras duniawinya. Berbicara mengenai tujuan kehidupannya sebagai orang Kristen, ia berkata: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Filipi 3:10-12).

Perhatikan khususnya dua frasa “Yang kukehendaki…kuasa kebangkitan-Nya” dan “supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Paulus tidak mengijinkan apapun dalam dunia ini mencegahnya memperoleh perwujudan semua kepercayaan dan usaha kerasnya – yaitu, kebangkitan orang mati. Dalam hal ini, sikap setiap orang percaya Kristen harus sama seperti Paulus.

Jika tidak ada kebangkitan, maka iman orang Kristen dan kehidupan Kristen adalah penipuan. “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (1 Korintus 15:19).

Dilain pihak, jika kita benar-benar percaya dalam kebangkitan, sasaran dan tujuan kehidupan kita akan menjadi seperti Paulus: supaya akhirnya aku beroleh.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply