Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Firman Allah dan Domba Allah – Bagian 2




eBahana.com – Gelar Yesus di sini ditemukan terutama dalam tulisan-tulisan Yohanes: “Firman Allah.” Untuk mulai, mari kita lihat ayat pembukaan injil Yohanes: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1).

Perhatikan ayat di atas, kata “Firman” digunakan tiga kali. Satu yang ditunjuk sebagai Firman adalah Yesus dalam kodrat kekal-Nya – bukan Yesus anak Maria, melainkan Yesus Anak Allah, Satu yang kekal, sebelum penciptaan, bersama dengan Allah.

Satu yang diri-Nya Sendiri adalah Allah, Pribadi kedua dari Trinitas.

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14).

Lagi, “Firman” adalah gelar Yesus. Ia Anak satu-satunya, Putra Tunggal Allah. Ia tidak diciptakan melainkan diperanakkan. Ia kekal, satu kodrat bersama dengan Allah Sendiri. Begitu rupa, Ia, Firman, menjadi daging – inkarnasi – dan hidup untuk sementara diantara kita. Firman kekal masuk kedalam sejarah manusia sebagai bayi kecil yang lahir dalam palungan di Betlehem dan yang tumbuh besar sebagai anak tukang kayu.

Yesus tidak hanya datang sekali sebagai bayi, namun Kitab Suci menyatakan jelas Ia juga akan datang kembali dalam kuasa dan dalam kemuliaan untuk menghakimi dan untuk memerintah. Ada gambaran jelas kedatangan-Nya dimasa depan dalam kitab Wahyu. Sekali lagi, dalam konteks ini, Ia disebut “Firman Allah.” Yohanes Pewahyu berkata: “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama- Nya ialah: “Firman Allah”” (Wahyu 19:11-13).

Lalu datang lagi, “Firman” dalam keagungan-Nya yang mulia, datang untuk menghakimi dan untuk memerintah, memakai banyak mahkota raja, Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah (yang berbicara mengenai pengorbanan-Nya Sendiri di salib), dan nama-Nya Firman Allah. Kata Yunani untuk menterjemahkan “Firman” adalah “logos.” Kata yang digunakan cukup sering hari ini dalam berbagai konteks. Kita perlu mengerti sedikit mengenai kata ini.

Itulah Yesus. Ia bukan hanya kata yang diucapkan, namun Ia pikiran dan nasihat total Allah. Segala sesuatu yang Allah tahu, segala sesuatu yang Allah ingin katakan, segala sesuatu yang Allah ingin lakukan semua terbungkus dalam Yesus, Firman Allah.

Kita perlu mengetahui fungsi unik dari kata-kata. Kata-kata adalah media komunikasi tertinggi. Tanpa kata-kata, kita bisa menggunakan tanda dan gerak tubuh, mengekspresikan perasaan dasar tertentu, dan mengkomunikasikan kebutuhan dasar tertentu. Namun tanpa kata-kata, kita juga tidak pernah bisa berkomunikasi satu sama lain isi sejati hati kita. Kita tidak bisa benar-benar mengatakan apa yang kita ingin katakan. Kita tidak bisa mengekspresikan perasaan dan kerinduan dalam dan intim, tidak bisa bicara tentang apa yang menarik, membangkitkan semangat, memperkaya, dan benar-benar berarti untuk dibicarakan.

Yesus adalah Firman Allah. Allah mengungkapkan diri-Nya Sendiri dalam banyak cara: dalam penciptaan, dalam sejarah, dan lain-lain. Namun ketika Allah benar-benar ingin mengatakan apa yang ada dalam hati-Nya, Ia hanya memiliki satu cara untuk mengatakannya: Ia mengatakannya melalui Yesus. Yesus adalah pewahyuan penuh dan akhir Allah. Hanya Dia tahu Allah secara total.

Mari kita lihat deskripsi dalam Ibrani siapa Yesus dalam kodrat kekal-Nya.

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi- nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya….” (Ibrani 1:1-2).

Kata “akhir” signifikan. Yesus adalah kata terakhir Allah. Nabi-nabi memiliki banyak untuk dikatakan, namun ketika Allah ingin mengatakan semuanya, untuk menyimpulkan semuanya, Ia mengutus Anak-Nya. Ini bagaimana Anak digambarkan: “…yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi” (ayat 2-3).

Yesus adalah Firman Allah – pewahyuan penuh, lengkap dan membuka semua mengenai Allah, semua yang Allah ingin katakan. Tanpa pewahyuan, manusia tidak bisa mengenal Allah.

Hanya pikiran dan kecerdasan manusia tidak bisa memberi kita gambaran benar atau akurat mengenai Allah. Kita bergantung pada pewahyuan kedaulatan Allah mengenai diri-Nya Sendiri jika kita ingin tahu siapa dan seperti apa Allah. Menyenangkan Allah memberi kita pewahyuan total mengenai diri-Nya dalam Pribadi Anak-Nya, Firman menjadi daging, Satu dalam Allah sudah mengatakan semua yang Ia harus katakan. Yesus adalah pewahyuan Allah, Firman Allah. Ia Satu yang menunjukkan kita seperti apa Allah sebenarnya. Satu yang membuka hati, kodrat, dan keberadaan Allah. Satu yang mengungkapkan kepada kita belas kasih Allah, kesetiaan Allah, dan hikmat Allah. Satu yang memberi kita gambaran benar mengenai Allah.

Yesus yang mengatakan pada kita seperti apa Allah Bapa.

Kesimpulan paling penting mengenai Yesus sebagai firman terakhir Allah adalah Ia pewahyuan penuh dan terakhir. Jika kita menolak pewahyuan itu, kita tidak bisa mengharapkan mendengar dari Allah dengan cara lain, karena tidak ada cara lain. Yesus berkata, “Akulah jalan……Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Kita tidak bisa menolak Yesus dan datang kepada Bapa.

Percaya kepada-Nya dan menerima-Nya dengan minta kepada-Nya untuk datang kedalam hidup kita. Buka hati dan pikiran kita pada- Nya hari ini. Ia akan menunjukkan kita kodrat riil Allah Bapa. Kita tidak akan bertanya-tanya. Kita akan memiliki pengertian jelas, pewayuan yang terus bertambah dan lebih terang mengenai kodrat sejati dan Pribadi Allah.

Kiranya Allah menolong kita menerima-Nya hari ini jika kita belum pernah melakukannya sebelumnya. Jika kita sudah menerima-Nya. Kita berdoa agar kita terus menerus menjadi reseptif pada-Nya dan tetap terbuka pada pewahyuan Bapa-Nya.

Yohanes Pembaptis diutus sebelum Yesus sebagai pendahulu untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya. Lalu, waktunya tiba untuk Yohanes memperkenalkan Yesus kepada Israel. Mari kita lihat catatan dalam injil Yohanes: “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel” (Yohanes 1:29-31).

Yohanes Pembaptis datang mempersiapkan orang-orang Israel untuk kerajaan Allah dan untuk mengungkapkan Mesias kepada mereka. Ketika ia memberi mereka pewahyuan ini, pernyataan yang ia gunakan, “Lihat, Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!”

Apa yang dikatakan kepada kita mengenai gelar khusus Yesus sebagau Domba Allah? Ada tiga asosiasi utama dalam Kitab Suci bertalian dengan domba. Ingat bahwa seluruh Israel biasa dengan binatang ini. Memainkan bagian unik dalam sejarah sejak mereka keluar dari Mesir dan seterusnya. Jadi, tidak ada satu pun orang Israel yang mendengarkan Yohanes yang baginya kata “domba” tidak memiliki arti khusus.

Berikut tiga asosiasi dengan domba: Pertama, domba adalah gambaran “kelembutan.” Bukan binatang yang berkelahi. Tidak memiliki kuku, cakar, atau taring. Binatang lembut.

Kedua, domba adalah gambaran “kemurnian.” Jika kita ke padang pada musim semi dan melihat domba yang baru lahir, tampak begitu bersih, putih dan berbulu halus. Ada sesuatu mengenainya yang membuat kita ingin mengangkat dan memeluknya.

Ketiga – dan ini yang paling penting dari semua – dalam sejarah Israel, domba “korban yang ditetapkan Allah untuk penebusan dan perlindungan.” Bagi orang-orang Yahudi, domba khususnya diasosiasikan dengan satu dari perayaan agama paling penting dan khidmat, masih dirayakan diseluruh dunia hari ini oleh bangsa Yahudi: Paskah.

Catatan asli bagaimana Allah mengintensi Israel untuk merayakan Paskah, seperti diberikan kepada orang-orang Israel melalui Musa, dicatat dalam Keluaran 12. Kita akan melihat bahwa seluruh Paskah, seperti ditahbiskan oleh Allah, berpusat disekitar domba, tanpa domba, tidak bisa ada Paskah: “Lalu Musa memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: “Pergilah, ambilah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah.

Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorang pun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.

Dan Tuhan akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka Tuhan akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi” (Keluaran 12:21-23).

Seluruh pembebasan Israel dari Penghakiman dan murka bergantung pada domba dan darahnya. Mereka harus mengaplikasikan darah keatas bagian luar rumah yang mereka tinggali. Kata “Paskah” itu menarik. Dalam Ibrani, “Pesach.”

Domba Paskah lambang yang digenapi dalam Yesus, Domba Allah. Pertama, kita memiliki gambaran nubuatan dalam Yesaya: “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 53:7).

Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia (Yesus) tidak membuka mulutnya”

Penggenapan ayat ini dicatat dalam Injil. Mari kita lihat dalam injil Markus catatan Yesus dihadapan Sanhedrin: “Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya.

Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu terhadap Dia, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu dengan yang lain….Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”

Jawab Yesus: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah- tengah awan-awan di langit” (Markus 14:55-56, 60-61).

Di sana Yesus, domba dihadapan orang-orang yang menggunting bulunya, diam sama sekali tidak menjawab. Hal yang sama terjadi dihadapan Pilatus, gubernur Roma: “Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: “Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau! Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran” (Markus 15:3-5).

Darah domba Paskah menyelamatkan (menebus) orang-orang Israel dari kehancuran (lihat Keluaran 12:21-23), sehingga mereka bisa dibawa keluar dari Mesir dan dipimpin ke Tanah Perjanjian. Namun darah Yesus, Domba Allah, memberi keselamatan “kekal” bagi semua yang percaya dalam penebusan kematian-Nya dan yang menerima-Nya sebagai Juru Selamat dan Tuhan. Ini dinyatakan dengan jelas banyak sekali dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh, dikatakan dalam Ibrani, “Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, – artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, – dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal” (Ibrani 9:11-12).

Darah Yesus memberi penebusan kekal untuk setiap orang percaya.

“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Dibutuhkan darah Yesus, Domba Allah – Anak kekal Allah yang tidak berdosa – untuk melakukan penebusan kekal. Darah domba Paskah lambang, sosok. Melakukan penebusan sementara. Harus diperbaharui setiap tahun. Namun ketika Yesus mencucurkan darah- Nya dan masuk kedalam tempat maha kudus, sekali untuk selamanya. Tidak pernah harus diulang. Ia sudah melakukan penebusan kekal.

Terakhir, kita melihat bahwa kodrat Yesus sebagai Domba Allah memberi satu contoh dan pola yang kita harus belajar untuk diikuti dalam hidup kita.

“Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21-23).

Disana Yesus – Domba lembut Allah tidak bercacat – berdiri dihadapan penuduh-penuduh-Nya, tidak melakukan pembelaan, tidak membalas. Itu kodrat domba dalam Anak Allah.

Allah membuatnya sangat jelas bahwa kita orang-orang percaya dan pengikut-pengikut Yesus harus mereproduksi kodrat domba. Ia memberi kita contoh untuk diikuti: “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam” (1 Petrus 2:22-23). Itu bagian kodrat Yesus yang Allah ingin kerjakan dalam setiap dari kita.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply