Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Omicron COVID Ditemukan di Indonesia, Lebih Cepat dari Delta




Dalam jumpa pers yang diadakan pada Kamis (16/12), Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin secara resmi mengumumkan varian Omicron COVID yang terdeteksi baru-baru ini. Kasus pertama didapati pada salah seorang petugas kebersihan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) mengonfirmasi bahwa data yang dikirimkan oleh Kementerian Kesehatan benar merupakan sequencing Omicron. Meskipun tidak menunjukkan gejala COVID-19 seperti batuk atau demam, petugas kebersihan tersebut saat ini menjalani karantina.

Selain yang sudah terkonfirmasi positif varian Omicron COVID, pihak Kemenkes juga mendeteksi lima kasus probable Omicron melalui pemeriksaan khusus SGTF. Dua di antaranya warga negara Indonesia yang baru pulang dari Inggris dan Amerika Serikat, sedangkan tiga lainnya merupakan warga negara asing yang berasal dari Tiongkok dan saat ini sedang dikarantina di Manado.

Varian Omicron COVID Lebih Menular

Penyebaran Omicron COVID disebut sangat cepat. Di Inggris, kasus terkonfirmasi positif meningkat drastis dari 10 kasus per hari menjadi 70.000 kasus per hari. Angka ini masih jauh melebihi puncak kasus per hari di Indonesia pada Juli 2021 yang mencapai 50.000 kasus per hari.  Meskipun demikian, Menkes Budi mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Ia mengimbau agar vaksinasi terus digencarkan dan masyarakat sebaiknya menghindari bepergian ke luar negeri.

Senada dengan itu, dr. Jaka Pradipta Sp.P, dokter spesialis paru menjelaskan dalam serangkaian tweet. Ia mengatakan, Omicron COVID seperti virus corona dengan baju baru. “Karena mutasi terjadi dalam jumlah yang banyak sehingga ‘kurang’ dikenali oleh antibodi di tubuh kita. Ini menyebabkan kasus reinfeksi di beberapa negara terjadi,” cuitnya di akun @jcowacko. Meskipun demikian, ia menambahkan, swab PCR dan antigen tetap dapat mendeteksi varian Omicron.

Kabar baiknya, sejauh ini angka kematian di Afrika Selatan cenderung rendah. Meskipun grafik kasus meningkat, grafik kematian tetap flat. Penelitian di Hongkong juga menyebutkan bahwa jumlah Omicron pada saluran nafas 70 kali lipat lebih banyak dibanding Delta sehingga penularan lebih hebat. Namun, jumlahnya pada organ paru 10 kali lebih sedikit daripada Delta. Ini membuat peradangan pada paru lebih ringan.

Hanya saja, karena gejalanya cenderung ringan dan tidak khas, orang yang terinfeksi bisa saja tidak sadar. Pendapat lain mengatakan, gejala Omicron yang ringan dengan penularan yang lebih cepat diartikan oleh beberapa ilmuwan sebagai akhir dari pandemi. Benarkah demikian? Kita tunggu perkembangan selanjutnya sambil tetap waspada.



Leave a Reply