Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

YANG SALAH IKAN PAUS




eBahana.com – Dunia anak-anak sama misteriusnya seperti dunia lautan, kejutan bisa tiba-tiba muncul lalu menjadi ilham bagi anak-anak lainnya yang sudah mulai menua. Hari Sabtu kemarin (27/03/21), saya beserta tim fasilitator suatu organisasi yang bergerak di bidang pengembangan anak, mengunjungi salah satu sanggar (tempat kami biasa belajar dengan anak-anak) di dekat pusat kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pinggiran sungai Winongo atau masyarakat umumnya lebih familiar dengan Kali Winongo.

Seperti biasanya, anak-anak cukup tertib dan disiplin datang ke sanggar tepat waktu. Anggota di sanggar ini kurang lebih 20 (dua puluh) orang. Usia mereka mulai dari yang paling muda dua tahun dan yang paling besar kelas satu SMP, sekitar dua belas tahun. Mereka anak-anak manis yang pandai dan kritis, tidak kalah dengan anak-anak seusia mereka yang hidup dalam fasilitas, keluarga dan lingkungan yang lebih kondusif. Selera humor mereka juga tinggi, sehingga suasana belajar selalu terasa lebih akrab, santai, berwarna, dan hidup. Mungkin saja, akan lahir komika baru dari tempat ini.

Materi yang kami bagikan pada teman-teman kecil kemarin yaitu tentang darurat sampah plastik. Saat seorang Fasilitator menjelaskan tentang sampah-sampah plastik yang mengancam kehidupan makhluk laut dengan membawa gambar ikan paus yang perutnya berisi bermacam sampah plastik. Secara tiba-tiba, seorang anak laki-laki mengajukan interupsi. Dia protes (sambil cengengesan), dengan mengatakan bahwa yang salah bukan manusia yang membuang sampah, yang salah ikan pausnya. “Kalau ikan pausnya tidak makan sampah, ya sampahnya tidak masuk perut si ikan, kan ikan itu punya mata bisa bedakan mana sampah, mana makanan”, argumennya. Saya dan beberapa fasilitator lainnya terkekeh kagum bercampur terkejut (saya pribadi langsung membayangkan Socrates ketika berdialektika dengan murid-muridnya).

Sebagai umat Tuhan, jangan-jangan kita ini mirip seperti ikan paus yang dituduhkan anak kecil di sanggar. Punya mata tetapi kesulitan atau malah tidak tahu membedakan “makanan dengan sampah”. Sampah-sampah menyusup, mengapung ke sana kemari sambil menggoda manusia dalam rupa yang seakan dibutuhkan masing-masing aspek pembentuk kehidupan manusia. Aspek fisik, psikologi, sosial, kultural dan spiritual.

Di zaman akhir ini, “sampah” akan semakin banyak, mereka berbaur dengan “makanan bergizi”. Jangan tertipu petunjuk Iblis yang sudah dikemas sedemikian rupa, seperti yang pernah dipakainya untuk menjatuhkan Hawa dan Adam serta leluhur manusia lainnya hingga jatuh dalam dosa seperti yang tercatat dalam Alkitab. Hanya dengan memiliki pengetahuan dari Tuhan kita akan mampu membedakan (ketika menulis bagian ini, entah mengapa otomatis saya melagukan chorus The Pretender milik Foo Fighters).

Tuhan pernah berfirman secara pribadi kepada nabi Yunus, “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”, kitab Yunus pasal 4 ayat 11. Bangsa Niniwe tidak tahu membedakan sehingga tidak tahu akibat (yang ternyata malapetaka) yang akan menimpa mereka semua. Bagaimana Tuhan mengingatkan mereka? Dikirimlah utusan bernama Yunus. Lalu, bagaimana Tuhan mengingatkan kita? Yah, barangkali salah satunya dengan media berkelas semacam e-Bahana ini.

Sekian, semoga kita tahu membedakan makanan dengan sampah.
Tuhan Yesus memberkati.

 

Oleh Agni Ardi Pratama.



Leave a Reply