Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di NTT




Pembukaan kegiatan Orientasi Kader Gereja untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Sumba Timur, NTT, di Gereja GKS Jemaat Payeti, Waingapu, Selasa (5/10) kemarin.

Sumba, eBahana.com – Melihat tingginya kasus stunting (balita kurang gizi) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bersama Kementerian Kesehatan RI, serta BPMS GKS (selaku tuan rumah) melaksanakan kegiatan Orientasi Kader Gereja untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Sumba Timur, NTT, di Gereja GKS Jemaat Payeti, Waingapu, pada 5-6 Oktober 2021.

Berdasarkan data TNP2K tahun 2017, pada provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat didapatkan prevalensi Stunting 2013 adalah 55.53% (9.033 jiwa) dengan jumlah penduduk 2016 adalah 123.430 jiwa, kabupaten Sumba Timur sebanyak 51,31% (15.801 jiwa) dengan jumlah penduduk 2016 adalah 248.780 jiwa; kabupaten Sumba Tengah sebanyak 63,61% (5.765 jiwa) dengan jumlah penduduk 2016 adalah 69.330 jiwa dan kabupaten Sumba Barat Daya didapatkan prevalensi Stunting 61,22% (26.809 jiwa) dengan jumlah penduduk 324.050 jiwa (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Pemilihan 10 Desa Prioritas di 100 Kabupaten/ Kota Prioritas Penanganan Kemiskinan dan Stunting. November 2017. h.7).

Pada keempat kabupaten di pulau Sumba ini diketahui pula bahwa secara umum remaja putri belum mengkonsumsi tablet tambah darah (ttd) secara rutin. Pengetahuan dan dorongan untuk melakukan konsumsi ttd rutin itu juga masih minim di lingkungan keluarga maupun gereja. Padahal, stunting dapat disebabkan jauh sebelumnya ketika sang ibu memiliki tubuh yang kurang sehat dan tercukupi kebutuhan gizi atau vitaminnya sejak usia remaja. Jika sejak usia remaja telah teredukasi dengan baik mengenai kebutuhan untuk konsumsi ttd secara rutin, diharapkan pengetahuan tersebut akan diteruskan ke teman-teman sebayanya serta generasi selanjutnya.

Asisten 1 Bidang Pemerintahan, Plt. Kadis Dinkes Sumba Timur Yacobus Yifa, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi kepada PGI dan Kemenkes RI. “Ini suatu bentuk kepedulian yang baik sekali terhadap sumber daya manusia kita, apalagi ini bicara mengenai stunting, sehingga kita harus menyiapkan para kader untuk dapat menyampaikan bagaimana hidup sehat kepada masyarakat, secara khusus kepada remaja putri. Sebab itu kami berharap kerjasama ini dipertahankan,” katanya saat pembukaan kegiatan pada Selasa (5/1o) kemarin.

Sebab itu dia berharap, seluruh peserta ketika usai mengikuti orientasi akan ditindaklanjuti dengan melakukan pendampingan kepada remaja putri, dan pasangan usia subur, di lapangan agar dapat melahirkan bayi yang tidak stunting.

Ketua Badan Pelaksana Majelis Sinode Gereja Kristen Sumba (BPMS GKS), Pdt. Alfred Samani juga menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kehadiran gereja tidak boleh lepas dari persolan dunia, dan salah satu titik yang juga menjadi perhatian gereja adalah soal kemanusian.

“Bagaimana gereja membantu mereka yang menghadapi kemalangan karena ketidaktahuan. Oleh Karena itu, dengan adanya kader-kader yang hari ini dilatih saya pikir itulah bagian dari keterlibatan gereja dalam rangka menolong sesama manusia. Kami berharap program ini menjadi bagian dari satu mata rantai yang akan menolong kita untuk mempercepat proses pengurangan stunting yang sedang terjadi,” katanya.

Sementara itu Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC)  PGI Pdt. Jimmy Sormin menegaskan, sebelumnya kegiatan serupa telah dilakukan di Sumba, namun segmentasi kegiatan sekarang ini fokus kepada remaja putri. “Kenapa remaja putri? Karena kalau bicara stunting pencegahannya tidak hanya ketika menikah atau menjelang hamil, tetapi kalau kita tarik ke hulunya lagi ada faktor lain ketika kondisinya pada remaja sering mengalami ketidakstabilan terkait anemia. Sehingga membutuhkan asupan gizi, vitamin dan pola hidup sehat untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuhnya,” jelasnya.

Sayangnya, lanjut Pdt. Jimmy, hal ini masih kurang dipahami sehingga diperlukan intervensi agar kelak remaja putri dapat menjaga kualitas kesehatan tubuhnya hingga dewasa kelak, sehingga tidak melahirkan generasi yang mengalami stunting. Dia berharap pasca pemantauan program ini akan terus berkelanjutan. Sehingga peserta dan remaja dampingan juga bisa menjadi contoh bagi para remaja putri lainnya.

Kegiatan Orientasi Kader Gereja untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Sumba Timur, NTT diikuti Oleh 32 orang peserta yang merupakan perwakilan dari pemimpin/pelayan/pengurus gereja dari 32 gereja di Sumba Timur. Dari kegiatan ini diharapkan mereka dapat menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan Germas dalam pencegahan stunting di jemaat/ masyarakat melalui KAP. Selain itu, akan ada 32 kelompok remaja binaan PGI, dan implementasi oleh kader sebanyak 32 kali dengan melibatkan 320 orang remaja putri melaksanakan pencegahan stunting.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dilaksanakan secara blended (tatap muka dan daring). Untuk tatap muka tetap memperhatikan protokol kesehatan, tidak hanya menggunakan masker tetapi juga dilakukan tes swab antigen kepada seluruh pihak yang terlibat.

(Markus Saragih)



Leave a Reply