Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

IMAGO DEI




eBahana.com – Kita bertanya dalam diri kita “siapakah aku?” atau “siapakah manusia itu sesungguhnya?” Bagaimana kita menjawab pertanyaan “Siapakah manusia itu?” Dapatkah manusia menjawab pertanyaan “Siapakah manusia itu?” atau “Siapakah aku ini?”  jawaban atas pertanyaan itu tidak dapat datang dari diri manusia itu sendiri tetapi dari luar atau dari atas manusia sendiri yakni dari Tuhan Allah dalam hal ini adalah firman-Nya. Firman Tuhanlah yang dapat memberikan jawaban tuntas kepada manusia tentang siapa dirinya. Kalau kita memeriksa Firman Tuhan, maka Firman Tuhan memberitahukan dengan jelas kepada kita bahwa sesungguhnya manusia itu adalah ciptaan Allah (Man is the Creation of God).

Pengetahuan kita tentang manusia haruslah berpijak dari informasi yang diberikan Alkitab khususnya  Kejadian 1:26 (TB).  Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Dalam Alkitab kita menemukan bahwa manusia diciptakan Allah segambar dengan rupa Allah. Segambar dengan rupa Allah dalam Bahasa Latinnya disebut sebagai Imago Dei. Makna kesegambaran Allah memiliki makna yang sangat dalam untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, tugas dan tanggung jawab manusia terhadap sesama dan alam. Manusia diciptakan menurut “Gambar dan Rupa“ Allah (Ing: in His own image). Kata-kata yang digunakan untuk “Gambar dan Rupa“ di dalam teks asli Alkitab Bahasa Ibrani adalah “teselem dan Demuth.” Tselem artinya “gambar yang asli, patung atau model”, sedangkan Demuth artinya “copy, tembusan“.

Kata tselem dan Demuth dalam kaitannya dengan Kejadian 1:26, diartikan, bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah (Latin: Imago Dei). Dalam terjemahan Perjanjian Baru digunakan kata eikoon theou. Apa maksud dari serupa dan segambar dengan Allah? Maksud serupa dan segambar dengan Allah dapat dijelaskan sebagai berikut

  1. Manusia Diciptakan Lebih Mulia dari Segala Ciptaan Allah

Manusia adalah citra dari segala ciptaan Allah. Di dalam diri Manusia dilengkapi dengan unsur-unsur yang tidak ada pada makhluk lain, unsur-unsur ini yang juga ada di dalam diri Allah, tentu saja dalam diri Allah skalanya lebih besar dan sempurna. Manusia memiliki kecerdasan (rasio ) atau intelektual. Hal ini memampukan manusia berpikir, berlogika, menganalisa dan lain-lain. Manusia memiliki perasaan dan emosi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki rasa sayang, benci, cinta, marah, dan lain-lain. Manusia memiliki kehendak ( Ing: Will ) yang memampukan untuk bersekutu dengan Allah, melayani dan mengabdi kepada-Nya. Perlu untuk diperhatikan bahwa kehendak manusia ini adalah kehendak bebas ( Ing: free will ) jadi manusia bukan robot yang Allah Control dengan sebuah Remote tetapi Manusia punya kehendak bebas yang artinya manusia dengan kehendak bebasnya dapat memilih untuk mematuhi Tuhan atau memberontak kepada-Nya.

  1. Manusia Memiliki Unsur Kekekalan yang dari Allah (Kejadian 2:7 )

Ketika manusia diciptakan, kepadanya Tuhan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (Ibr: nephesy) yaitu unsur kekekalan dalam diri manusia. Manusia adalah makhluk yang kekal. Dari pengertian ini kita dapat menemukan bahwa betapa mahalnya jiwa manusia, sebab jiwa manusia itu kekal. Namun akibat pemberontakan manusia kepada Allah, pemberontakan itu membawa manusia kepada kematian. Setelah mengalami kematian secara jasmani manusia mengalami kesadaran kekal, yaitu kesadaran akan sengsara kekal sebagai kematian akibat dari pemberontakan itu yaitu Kematian Kekal. Sebenarnya pada awalnya manusia diciptakan untuk menikmati Kekekalan dalam Kemuliaan Allah di Sorga tetapi akibat Pemberontakan manusia kepada Allah, manusia berada dalam bayang-bayang ancaman Kematian dan Penderitaan Kekal di Neraka. Dalam hal inilah manusia perlu keselamatan dan keselamatan itu ada di dalam Yesus. Melalui Yesus manusia diperdamaikan dengan Allah.

  1. Manusia Memiliki Hakikat sebagai Manusia yang Bekerja

Sebagaimana Allah aktif bekerja dan berkarya maka manusia diciptakan sebagai manusia yang bekerja dan berkarya. Dalam hal ini Allah mempunyai rencana kekal atas manusia (Kej. 2:5). Pola rencana Allah kekal itu sudah ditunjukkan di dalam Kitab Kejadian, yaitu manusia diciptakan untuk bersekutu, melayani dan mengabdi kepada Allah. Manusia dijadikan rekan Kerja Allah. Inilah tujuan hidup satu-satunya yang manusia boleh miliki. Inilah yang membedakan manusia dari hewan atau makhluk ciptaan lain. Hewan atau makhluk ciptaan lain bergerak dan hidup hanya sekedar memenuhi siklus kehidupan sesuai dengan habitatnya, tetapi manusia bekerja dengan kerelaan, kesadaran dan kesengajaan sebagai pengabdian kepada Tuhan, sebagai rekan kerja Allah yang sehakikat dengan-Nya di dalam kerja.

Dari penjelasan di atas kita diberitahu bahwa diciptakan-Nya manusia menurut gambar dan rupa Allah adalah bahwa manusia memiliki kapasitas untuk membuat pilihan bebas. Manusia diciptakan lebih mulia  (diperlengkapi dengan rasio ), memiliki unsur kekekalan, dijadikan rekan kerja Allah dan ketidakberdosaan atau kemurnian sempurna maka sebenarnya tidak ada tujuan lain manusia itu diciptakan selain hanya untuk mengabdi kepada Allah, orientasi hidup manusia hanya berfokus kepada Allah dan untuk Allah. Namun manusia membuat pilihan jahat untuk memberontak terhadap Pencipta-nya. Dengan demikian, Adam sebagai manusia pertama telah merusak gambar dan rupa Allah dalam dirinya, dan ia mewariskan gambar dan rupa yang telah rusak itu pada semua keturunannya (Roma 5:12). Kita memang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Yakobus 3:9), tetapi kini, kita juga menanggung kerusakan akibat dosa. Secara mental, moral, sosial dan fisik, manusia menunjukkan akibat dari dosa.

Kabar baiknya adalah bahwa ketika Allah menebus dosa kita, Dia mulai memulihkan cerminan Allah yang asli dalam kita, menciptakan “manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:24). Penebusan hanya tersedia oleh kasih karunia Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita dari dosa yang memisahkan kita dari Allah (Efesus 2:8-9). Melalui Kristus, kita adalah ciptaan baru menurut gambar dan rupa Allah (2 Korintus 5:17) namun ciptaan baru di dalam Kristus belumlah sempurna untuk itu kita harus perjuangkan dengan ketaatan kepada Firman-Nya, hingga kita terus mengalami pembaharuan sampai keserupaan kita dengan Allah sempurna sebagaimana Gambar Allah yang sesungguhnya. Amin

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho.



Leave a Reply