Dari A Man Called Ahok hingga Susy Susanti Love All The Movie
eBahana.com – Saat ini nama Daniel Mananta identik dengan acara pencarian bakat yang diadakan di salah satu televisi televisi. Di balik kesibukannya sebagai pembawa acara, mantan VJ MTV Indonesia ini punya banyak kesibukan. Sewaktu ditemui Bahana di kompleks RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Daniel mengungkapkan bahwa sekarang ia berfokus mengelola lini busana Damn! I Love Indonesia serta menekuni dunia akting. Soal akting, hal ini sudah lama dilakoninya. Namun, 2018 kemarin, untuk pertama kalinya ia dipercaya menjadi pemain utama dalam film A Man Called Ahok. Bahkan saat ini ia menjadi produser film biopic legenda bulutangkis Indonesia Susy Susanti.
Daniel mengakui bahwa agenda kerjanya cukup padat. Ia harus mengatur jadwalnya secara detail agar semua bisa dikerjakannya dengan baik. Meski begitu, ia menjamin tetap menyediakan waktu berkumpul bersama keluarga.
“Setiap Sabtu saya selalu mengatur jadwal kerja mingguan. Jadi, mau mengerjakan apa, dengan siapa, di mana, semua disusun pada hari sabtu itu. Sepadat apa pun jadwal kegiatan, saya tetap menyediakan waktu
walaupun sekadar makan bersama keluarga. Bahkan saya luangkan satu hari khusus untuk berlibur bersama
mereka,” ungkapnya.
Setia dalam Doa dan Keluarga
Soal kegiatan harian, ternyata Daniel punya kebiasaan khusus pagi hari. Setiap hari ia selalu mengawali hari
dengan berolahraga, bersaat teduh, dan membaca buku. Meski kelihatannya sepele, ia mengaku caranya memulai hari sangat menolongnya menghadapi dinamika sepanjang hari itu.
“Jadi, meski terkadang saya pulang larut pun, besoknya ketika bangun pun saya tetap akan mengawalinya
dengan cara yang sama. Meski mungkin durasinya disesuaikan jadi lebih pendek,” imbuhnya.
Bukan hanya pada pagi hari, ternyata dalam bekerja pun Daniel selalu mengawalinya dengan doa. Tentang
doa sebelum bekerja ini, ada pengalaman spiritual yang diperolehnya. Dulu sebelum naik panggung, ia selalu
berdoa agar acara berjalan dengan lancar, penonton yang menyukai penampilan saya, dan seterusnya. Belakangan ia baru sadar bahwa doa seperti itu self centered, berpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu, ia kemudian mengubah doanya menjadi semoga melalui penampilannya banyak orang diberkati Tuhan, mendapat damai sejahtera, dan seterusnya.
“Secara pribadi saya meyakini bahwa jika kita berjalan sejajar dengan rencana dan kehendak Tuhan, Tuhan
pasti akan meninggikan kita,” jelasnya.
Dalam bekerja, Daniel selalu mengutamakan upaya membangun hubungan pribadi yang baik dengan orang lain. Bagaimanapun ia menyadari bahwa seluruh pencapaiannya selama ini juga karena bantuan dari
orang-orang di sekitarnya. Bukan karena usahanya sendiri. Sikap ini yang membuatnya dikenal mudah bergaul. Bahkan karena sikapnya tersebut, sampai sekarang ia masih berkomunikasi serta memiliki hubungan yang baik dengan para alumni Indonesian Idol.
Mengenai ajang pencarian bakat Indonesian Idol, Daniel mengaku sangat bersyukur dapat terlibat secara langsung. Selain popularitasnya naik, bahkan sekarang namanya diidentikkan dengan ajang tersebut, ada hal lain yang membuatnya sangat menikmati keberadaannya di situ.
“Di ajang inilah saya melihat kebesaran kuasa Tuhan. Banyak keajaiban yang terjadi di sini. Misalnya bagaimana seorang pengamen, seorang anak tukang becak, atau seorang penyanyi bar yang sebelumnya dianggap bukan apa-apa, mendadak menjadi idola banyak orang. Penampilan mereka diperhatikan, kehadiran mereka dinantikan, dan kemunculan mereka disambut dengan sorak-sorai. Yang terbaru adalah Maria, seorang peserta yang secara usia masih sangat muda, tetapi berhasil menjadi juara Indonesian Idol 2018,” ungkapnya.
Sakit yang Mendatangkan Berkat
Kesadarannya akan kuasa dan campur tangan Tuhan tidak muncul begitu saja. Semua bermula pada 2012 sewaktu tenggorokannya mendadak sakit. Semula hal itu dianggapnya sakit biasa. Namun, rasa sakitnya makin lama makin parah. Suaranya pun makin serak. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata ada tumor jinak di pita suaranya. Dokter bilang bahwa setelah dioperasi, semua akan baik-baik saja. Nyatanya setelah dioperasi, suaranya masih tidak kembali normal.
“Saya sempat merasa sangat tertekan karena merasa gara-gara sakit ini, karier di dunia hiburan bakal selesai. Dari situ pula saya belajar ketika ketenaran, teman-teman, uang, dan apa pun yang kita punya, tidak bisa menolong. Satu-satunya yang bisa menolong hanya Tuhan. Harus diakui, kejadian itulah yang akhirnya membuat saya mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Saya kembali membangun ulang kehidupan rohani saya yang selama ini lebih banyak terabaikan. Seorang hamba Tuhan kemudian mendoakan saya. Selesai didoakan, suara masih belum normal, tetapi hati saya penuh damai sejahtera. Baru beberapa minggu kemudian suara saya pulih. Biarpun pulih, suara saya menjadi agak serak. Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, justru suara serak itulah yang menolong saya memerankan sosok Ahok di film A Man Called Ahok dengan baik,” jelasnya.
Disinggung soal film A Man Called Ahok, Daniel berkata bahwa satu frame dengan para aktor dan aktris yang lebih senior diakui sempat membuatnya sangat grogi. Untungnya semua yang terlibat dalam film tersebut membantunya berakting dengan baik. “Tahu saya grogi, para senior menasihati agar saya memandang mereka bukan sebagai lawan main, melainkan sebagai partner kerja dalam pembuatan film. Mereka juga yang menenangkan saya agar bisa tetap fokus sampai akhir. Para kru juga sangat membantu sehingga saya bisa merasa nyaman selama proses syuting,” kenangnya.
Kesuksesan film A Man Called Ahok membuat Daniel bersukacita. Sekalipun demikian, ia tidak mau gegabah menentukan langkahnya sebagai aktor di dunia seni peran. Namun, ia menikmati semua yang sudah Tuhan
percayakan. Soal bagaimana ke depannya, ia tidak mau mendahului Tuhan. “Yang jelas, prioritas saya sekarang menyelesaikan film Susy Susanti Love All The Movie. Itu dulu,” pungkasnya. Ryu