Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Maria Pratiwi: Ingin Musisi Intsrumentalis Lebih Dihargai




dok. pri

Harpa adalah salah satu jenis alat musik petik. Dari bentuknya yang tinggi besar, bisa dipastikan bobotnya lumayan berat. Namun, soal suara yang dihasilkan, alat musik ini memiliki suara yang sangat khas. Di Indonesia hanya beberapa orang yang mampu memainkan alat musik ini dengan baik. Salah satunya adalah Maria Pratiwi.

Kali pertama Maria melihat harpa saat menyaksikan sebuah acara musik di televisi. Usianya waktu itu baru 10 tahun. Ternyata itu adalah cinta dalam pandangan pertama. Karena sejak itulah ia ingin mengenal dan memainkan harpa. Keinginannya baru terwujud ketika usianya 18 tahun.

“Sejak usia empat tahun saya sudah belajar piano dan keyboard. Lalu, usia delapan tahun saya belajar gitar. Semuanya tujuannya untuk pelayanan. Jadi dunia musik memang tidak asing bagi saya. Saat saya berumur 18 tahun, suatu hari mama bertanya apakah saya mau belajar harpa. Kalau mau, mama punya rekomendasi guru harpa yang baik. Namun, guru itu hanya mau mengajari kalau muridnya minimal lima orang. Jadi saya harus cari empat orang lagi,” katanya.

Mendapat Nilai Terbaik

dok. pri

Tidak mudah bagi Maria untuk belajar harpa. Selain jarak antara rumahnya dan rumah gurunya yang terbilang jauh, padatnya jadwal kuliah membuatnya harus benar-benar mengatur waktu dengan baik. Jerih payahnya terbayar karena selama 2009–2011 nilai ujian harpanya yang tertinggi di Indonesia. Hal itu menjadi bekalnya untuk melanjutkan studi pasca sarjana dengan mengambil spesialisasi harpa di Goldsmiths University of London jurusan Harp Performance. Di sana ia diarahkan langsung oleh Prof. Gabriella d’all Olio yang merupakan anggota penyusun kurikulum harpa dunia.

Mengenai penampilan di muka umum memainkan harpa, sebelum berangkat ke London untuk studi, sebenarnya Maria sudah berulang kali melakukannya. Namun, penampilan di atas panggung konser resmi pertama kali dialaminya saat terlibat di Konser Natal yang diadakan di Balai Sarbini, Jakarta, 2009. Dari situlah kemampuannya bermain harpa mulai dikenal masyarakat. Seorang dosen yang mengagumi kemampuan Maria kemudian merekomendasikannya ke Addie MS. Sejak itulah Maria sering tampil bersama Twilite Orchestra. Meski kemudian Maria harus ke London, bukan berarti ia tidak pernah terlibat lagi dalam konser. Selama belajar di Goldsmiths University of London, Maria juga mendapat kesempatan melakukan konser bersama beberapa orkestra ternama. Salah satunya China Philharmonic Orchestra yang waktu itu mengadakan tour di London. Selain itu ia juga pernah mengikuti The Great Hall London Concerto Competition pada 2012 dan menjadi orang pertama yang menang di ajang ini. Setelah menyelesaikan studinya, Maria pulang kembali ke Indonesia. Ia kemudian banyak melakukan konser solo maupun bersama beberapa orkestra di tanah air.

“Ada perbedaan besar antara bermusik di Indonesia dengan di luar negeri. Yang paling terlihat adalah soal frekuensi latihan. Di Indonesia lebih banyak latihan pribadi. Nanti kalau akan konser baru latihan bersama tim selama beberapa hari terus-menerus. Sedangkan di luar negeri, entah ada jadwal konser atau tidak, pasti ada jadwal latihan bersama secara rutin bersama tim. Berikutnya soal waktu. Kalau di Indonesia sering terjadi jam karet. Janji kumpul Pukul 10.00, ternyata semua baru datang pukul 11.00 atau 11.30.

Mendirikan Sekolah

dok. pri

Kalau soal semangat berlatih, saya nilai sama saja. Setiap orang saat tampil pasti ingin memberikan yang terbaik. Dengan kata lain, potensi pemusik Indoensia dengan musisi manca negara sama besarnya. Yang menjadi kendala mengembangkan diri terutama masalah alat dan dana. Tanpa alat kita tidak bisa berlatih dengan baik. Namun, menjadi pemusik yang baik juga perlu dana. Misalnya untuk beli alat, studi banding dengan menghadiri konser, belajar ke guru atau sekolah yang kompeten.

Soal alat, harpa termasuk alat musik yang mahal. Semua komponennya masih impor. Harganya jelas mahal. “Guna menolong para murid yang membutuhkan harpa, saya memberi fasilitas pembelian harpa beserta suku cadangnya dengan cara diangsur,” jelasnya.

dok.pri

Sejak 2015, Maria mulai fokus untuk memuridkan. Ia menggagas Maria Pratiwi Harp Ensamble yang setiap tahun selalu mengadakan dua konser resmi. Pertama, konser Natal, dan yang kedua, konser rumah. Konser rumah merupakan konser yang ditujukan pada keluarga, sekaligus pertanggungjawaban perkembangan kemampuan para murid kepada orangtuanya. Kemudian pada 2018 Maria mendirikan Maria Pratiwi Harp School. Ini adalah sekolah khusus untuk mendidik para pemain harpa binaannya. Sekolah ini memiliki kurikulum sendiri dengan standar internasional dengan ujian internasional.

Di tengah kesibukannya, Maria tetap menyediakan waktu untuk terlibat dalam pelayanan. Kadang ia tampil di gereja, komunitas, atau persekutuan. Terkadang ia juga ikut mission trip ke daerah sambil membawa harpa kecil untuk dimainkan di sana. Pada tahun 2016 ia merilis sebuah album berjudul Serenity. Ini merupakan album instrumental pertama di Indonesia yang menjadikan harpa sebagai alat musik utamanya. Lagu-lagu di album tersebut antara lain “Amazing Grace”, “It Is Well with My Soul”, “I Surrender All”, dan “As The Deer.” Ada juga dua lagu karya pribadinya yang berjudul “Yours Always” dan “I’m So Grateful.”

Maria berharap pada masa depan akan ada lebih banyak pemain harpa di Indoensia. Kemudian ia juga berharap agar musisi instrumental di Indonesia bisa lebih dihargai. “Saat ini orang lebih suka mendengarkan lagu yang ada syairnya. Makin simpel syairnya, makin bisa diterima. Kelak saya harap masyarakat bisa menghargai lagu tidak hanya berdasarkan syair, tetapi juga musiknya. Peluang ke arah sana saya lihat sangat terbuka. Buktinya karya-karya Dave Koz dan Kenny G. cukup digemari masyarakat,” pungkasnya. Ryu

 

dok.pri

BIODATA

  • Lahir                         : Jakarta, 12 Mei 1987
  • Pendidikan            :  SDK IPEKA Sunter, Jakarta (1993–1999)
  • SLTPK IPEKA Sunter, Jakarta (1999–2002)
  • SMUK IPEKA Sunter, Jakarta (2002–2005)
  • Music Composition at Universitas Pelita Harapan–Conservatory of Music (2005–2009)
  • Harp Performance and Related Studies at Goldsmiths University of London, United  Kingdom (2011-2012)
  • Non-formal           :  Electone at YAMAHA Music Square Sunter (1993)
  • Piano and Music Theory at Lembaga Music Cantata (1995)
  • English Education Center (EEC) English Course (2000)
  • Guitar lesson at UNISON Music School (2005)
  • Mandarin Course (Basic) (2006)
  • Harp lesson under the guidance of Mrs. Heidi Awuy (2007)
  • Organisasi              : Music and Art Coordinator for IPEKA High School Organization (2003)
  • Music Coordinator for Youth GKY Sunter (2004)
  • Secretary & Treasurer of IPEKA High School Year Book (2005)
  • Secretary & Comittee for “The Circle”, a young componist organization from UPH (2005)
  • Head Comittee of HMM (Himpunan Mahasiswa Musik) UPH period 2007/2008
  • Head Comittee of FUSION Music Festival at UPH (2007)
  • Head Comittee of the Music Gathering “Unity in Diversity” (2008)
  • Secretary of “Save Drive Campaign 2008” (2008)
  • Lecturer Assistant at UPH Conservatory of Music (2010)
  • Lain-lain                  :
  • Member of The Creative Ministry Spiritual Growth UPH (2005–2008)
  • Stage Manager of Gala Concert in UPH Festival XIV-XVIII (2007–2011)
  • Solo Concert titled “Garden of Eden” at UPH (2008)
  • Stage Manager for “ASEAN Music Culture” in UPH (2009)
  • Stage Manager for Gala Concert in UPH Festival XVI (2009)
  • Solo Concert titled “Polychromatic” at UPH (2009)
  • Harp Recital with Donna Angelina at UPH (2009)
  • Harp Recital with Heidi Awuy at Goethe Haus (2009)
  • Line Producer for Gala Concert in UPH Festival XVII (2009)
  • Harpist for “Masterpiece of Ananda Sukarlan” at Gedung Kesenian Jakarta (2009)
  • Harpist for “The Legacy Concert” celebrating 10 years Conservatory of Music UPH (2009)
  • Assistant Producer for Gala Concert in UPH Festival XVIII (2011)
  • The Principal Harpist of Goldsmiths Sinfonia, Opera Gold, Goldsmiths Film Orchestra and  Goldsmiths Contemporary Music Ensemble (2011–2012)
  • A Soloist of the Goldsmiths Sinfonia, performed the Handel’s Concerto for Harp (2012


Leave a Reply