Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Usulan Integrasi PAUD dan Sekolah Minggu di Papua




Jayapura, eBahana.com – Lokakarya Membangun Paradigma Inklusif (MPI) dengan tema “Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua” digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura, Papua pada Rabu-Jumat (23-25/2) kemarin. Kegiatan yang dihadiri 13 peserta meliputi para Pendeta dan Pimpinan Gereja dan Pastor, serta  Fasilitator, dan co-fasilitator ini, menghasilkan program turunan berupa 5 (lima) program unggulan dan prioritas yang terdiri dari 2 (dua) program Pendidikan yaitu Integrasi Sekolah Minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru Sekolah Minggu dan PAUD, Program Penggalangan Pendanaan.

Sedangkan bidang ekonomi, membuat 2 (dua) program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar  tradisonal. Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk diantaranya adalah penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.

Dijelaskan Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh P.A Maury S.Th menjelaskan salah satu masalah utama yang dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara Sekolah Minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin, termasuk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya sistem rekrutmen, kurikulum yang memadai. “Syukur Puji Tuhan dalam workshop ini kita berhasil melahirkan lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program Pendidikan dan dua program ekonomi umat,” ucapnya.

Sementara, Pengajar STT Baptis Papua, Maryam Deda mengaku bersyukur dengan kegiatan yang dilaksanakan. Dikatakannya, dengan workshop tersebut pihaknya mengaku lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup. “Saya berharap, Pelatihan MPI yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. Dimulai dari kita yang mengalami pembaharuan dalam Kristus dan menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah itu di semua dimensi kehidupan. HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan,” katanya.

Pdt. Dr. Robert Marini M.Th, Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua menyambut baik kegiatan ini. Dirinya bangga bisa bertukar pikiran dengan para gembala dan tutor dari Jakarta hingga mampu membuka paradigma serta kapasitas baru dalam pergerakan oikumene demi pembaharuan gereja. Pihaknya optimis momentum HPI menjadi momen kebangkitan baru ditengah gejolak Pandemi global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama.

“Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi / keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa. Kami sangat berterima kasih pada para fasilitator yang sangat akrab seperti keluarga dan setia mendampingi dalam Lokakarya MPI sehingga para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan, terlebih lagi adanya sinergitas antara pemerintah  dengan PGGP dan Gereja,”ucapnya.

Pdt. Dr. Alfius Aninam, Wakil Ketua II STAKPN Sentani menyebut, workshop bersama menjadi solusi kongkrit untuk mencari solusi atas suatu persoalan. Terlebih bagi Perguruan Tinggi dan gereja. “Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Terima kasih untuk penyelenggara dan para fasilitator MPI yang luar biasa maksimal memberikan bekal pemikiran inklusif sehingga para peserta mampu menjembatani dan menghadirkan kerajaan Allah bagi semua masyarakat di Papua dari berbagai latar belakang suku, agama, ras Ini,”ucapnya.

(kha)



Leave a Reply