Dilarang Bernyanyi di Gereja, Pendeta Megachurch Ini Ajak Umat Kristen California Bersatu
eBahana.com – Pendeta ‘Megachurch Free Chapel’ di Georgia, California Jentezen Franklin mengajak umat Kristen California untuk menolak aturan baru soal larangan bernyanyi di gereja.
Aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat California ini berisi larangan bagi semua gereja di wilayah California untuk membawakan pujian penyembahan saat ibadah. Alasannya bertujuan sebagai bagian dari cara pencegahan penyebaran virus Covid-19.
Dia mengajak orang Kristen untuk sadar bahwa kaum radikal kiri akan membatasi dan mengontrol gereja setelah pemilihan presiden pada bulan November mendatang.
Senada dengan Franklin, banyak pemimpin evangelis menilai larangan bernyanyi di gereja ini sebagai serangan terhadap kebebasan beragama. Seperti halnya Tony Suarez salah satu pengurus Konferensi Kepemimpinan Kristen Hispanik Nasional yang berbasis di Sacramento mengatakan bahwa dia lebih memilih dipenjara daripada dilarang bernyanyi di gereja.
Tom Buck, pendeta Senior Gereja First Baptist di Lindale, Texas juga mendorong orang-orang Kristen untuk bersatu menolak larangan tersebut.
Meski sebagian besar gereja ikut dalam barisan penolakan. Tapi beberapa gereja justru memilih untuk taat aturan. Calvary Chapel Costa Mesa, misalnya, mereka sepakat untuk meniadakan nyanyian jemaat dan diganti dengan rangkaian nyanyian pujian dan penyembahan dan pembacaan firman Tuhan oleh tim khusus dari altar. Sementara jemaat diajak untuk menjalani momen pribadi dengan Tuhan dan berdoa secara khusyuk.
Sementara gereja lain memutuskan untuk tidak menghadirkan paduan suara di ibadah minggu selama aturan ini diberlakukan sejak awal Juli 2020 ini.
Seperti diketahui, Departemen Kesehatan Masyarakat California kembali meningkatkan pencegahan penyebaran virus Covid-19 menyusul peningkatan jumlah pasien positif dalam dua bulan terakhir ini. Hal inilah yang mendesak pemerintah setempat untuk membuat aturan larangan bernyanyi dalam ibadah minggu untuk sementara waktu.
Tidak berbeda dengan di Indonesia, gereja-gereja yang bahkan sudah dalam zona hijau sendiri harus tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Diantaranya jemaat yang hadir tidak lebih dari 30% dari total jemaat, wajib memakai perangkat kesehatan (masker dan hand sanitizer) dan duduk dengan jarak 2 meter. Ada begitu banyak aturan yang diterapkan salaam masa-masa pencegahan pandemi ini. Tapi yang perlu kita pahami, aturan ini hanyalah untuk sementara waktu sampai keadaan kembali pulih dan semua gereja bisa kembali beribadah dengan normal. Bernyanyi memuji Tuhan secara bebas dan saling berpelukan sebagai satu keluarga.
Sumber : http://Jawaban.com