Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

PIMPINAN TERUS MENERUS DAN KEHIDUPAN YANG MENGALIR




eBahana.com – Mari kita mempelajari dua pelayanan Roh Kudus lebih jauh dalam kehidupan orang percaya: pimpinan sehari-hari sesuai kehendak Allah, dan impartasi kehidupan dan kesehatan pada tubuh fisikal orang percaya.

Yang pertama dari pelayanan ini, pimpinan sehari-hari, digambarkan oleh Paulus. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).

Penting melihat bahwa Paulus disini menggunakan “continuing present tense” -berlangsung pada waktu sekarang -“Semua orang (secara terus menerus) dipimpin Roh Allah.” Ia tidak berbicara mengenai beberapa pengalaman yang terisolasi melainkan cara hidup yang berkelanjutan.

Banyak orang Kristen, bahkan mereka yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali, mengabaikan pentingnya kata-kata Paulus ini. Mereka cenderung menekankan pada satu kali pengalaman tertentu, seperti lahir baru atau baptisan dalam Roh Kudus, untuk mendasari klaim mereka sebagai orang Kristen. Sudah pasti penting menekankan pengalaman ini, namun belum sampai titik -hidup sehari-hari dalam kasih karunia Allah.

Agar menjadi orang Kristen sejati, seseorang harus dilahirkan kembali dari Roh Allah. Agar menjadi saksi yang efektif bagi Kristus, seseorang harus dibaptis dalam Roh Kudus. Namun kerja Roh Kudus tidak berakhir disana. Untuk hidup sehari-hari sebagai seorang Kristen, seseorang harus “dipimpin Roh Allah.”

Kelahiran baru mentransformasi orang-orang berdosa menjadi anak-anak Allah. Namun dibutuhkan pimpinan terus menerus Roh Kudus untuk membuat anak-anak menjadi orang-orang dewasa.

Dalam Roma 8:14 Paulus menerima dua pengalaman dilahirkan kembali dari Roh Allah dan dibaptis dalam Roh Kudus. Namun demikian, ia menunjukkan satu-satunya cara mencapai kedewasaan spiritual dan keberhasilan dalam kehidupan Kristen sehari-hari adalah dengan bergantung pada pengarahan Roh momen demi momen dalam setiap aspek kehidupan. Hanya melalui ini memungkinkan Roh Kudus mencapai tujuan-Nya Ia datang mendiami orang percaya. “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).

Sebagai orang percaya, Paulus mengajarkan, kita diciptakan baru oleh Allah melalui iman kita dalam Kristus. Setelah itu, untuk melanjutkan kehidupan Kristen, kita tidak perlu merencanakan cara-cara dan aktifitas-aktifitas kita sendiri. Sebaliknya, Allah yang tahu kita sebelumnya dan menciptakan kita baru dalam Kristus telah mempersiapkan sebelum dunia diciptakan pekerjaan baik -yaitu kehendak-Nya bagi setiap dari kita sebagai orang Kristen.

Karenanya, kita tidak merencanakan pekerjaan baik kita sendiri, melainkan kita mencari untuk menemukan dan masuk kedalam pekerjaan baik yang Allah sudah rencanakan bagi kita. Disini, pimpinan Roh Kudus menjadi penting bagi setiap orang Kristen. Karena Roh Kudus yang pertama kali mengungkapkan dan memimpin kita kedalam rencana Allah untuk kehidupan kita.

Sayangnya, banyak orang Kristen hari ini sudah membalikkan proses ini. Mereka merencanakan cara-cara dan aktifitas-aktifitas mereka sendiri, dan lalu mereka memanjatkan doa seala kadarnya memohon Allah memberkati aktifitas-aktifitas itu. Dalam realitasnya, Allah Mahabesar tidak pernah membiarkan berkat atau persetujuan-Nya hanya dijadikan “stempel karet” -istilah bagi lembaga legislatif yang hanya mengikuti keinginan pemerintah -ditumpangkan atas rencana-rencana dan aktifitas-aktifitas yang mana nasihat-Nya tidak dengan tulus diminta.

Kesalahan ini umum bukan hanya dalam kehidupan orang-orang Kristen, namun juga dalam aktifitas-aktifitas gereja-gereja dan oraganisasi-organisasi Kristen lainnya. Berjam-jam waktu kerja tak terhitung banyaknya dan dana dalam jumlah besar diboroskan dan hilang, tanpa buah abadi, alasannya karena nasihat Allah tidak pernah dengan tulus diminta sebelum berbagai aktifitas dimulai.

Sebenarnya, dalam banyak lingkungan Kristen hari ini, musuh terbesar spritualitas dan keberhasilan sejati adalah aktifitas memeras keringat membuang waktu menggunakan nama “Kristen,” namun kekurangan hembusan nafas ilahi dan pengarahan Roh Kudus.

Hasil akhir semua aktifitas ini “kayu, rumput kering atau jerami” -semua akan terbakar, tanpa sisa dalam api penghakiman terakhir Allah atas pekerjaan umat-Nya (1 Korintus 3:12).

Sebaliknya, satu dari tanda yang membedakan gereja Perjanjian Baru adalah pimpinan supernatural langsung yang berkelanjutan Roh Kudus dalam semua akitifitasnya. Dari semua banyak contoh dalam Kitab Kisah Para Rasul, mari kita mempelajari satu karakteristik insiden dari perjalanan misi kedua Paulus, bersama Silas. “Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.

Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.

Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.

Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu pengelihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”

Setelah Paulus melihat pengelihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari pengelihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang disana” (Kisah Para Rasul 16:6-10).

Dalam mempelajari nas ini, kita harus camkan di pikiran bahwa Paulus dan Silas dalam tugas misi mereka memenuhi amanat langsung Yesus kepada murid-murid-Nya. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15).

Perhatikan bagaimana semua termasuk dalam amanat ini: “semua bangsa…segala makhluk.”

Dalam memenuhi amanat ini, Paulus dan Silas sudah berkotbah di Frigia dan Galatia -di bagian sentral yang hari ini disebut Asia Kecil. Perjalanan mereka selanjutnya seharusnya ke daerah Asia, di ujung barat Asia Kecil. Namun, catatan Kisah Para Rasul mengatakan, “Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia” (Kisah Para Rasul 16:6). Akibatnya, mereka berjalan ke Asia utara, menuju Misia.

Dari sini, seharusnya perjalanan mereka selanjutnya ke timur laut menuju Bitinia. Namun, pada titik ini Kisah Para Rasul mencatat: “Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka” (ayat 7).

Kedua pintu evangelisasi -menuju Asia di satu sisi dan menuju Bitinia di sisi lain -tertutup bagi mereka oleh titah eksplisit langsung Roh Kudus.

Pasti, Paulus dan Silas mulai bertanya-tanya apa rencana Allah untuk mereka atau apa arah yang mereka harus ikuti. Namun di titik ini Paulus mendapatkan pengelihatan pada malam hari seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya katanya, “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” (ayat 9). Tanpa bertanya lebih jauh, mereka langsung menyadari bahwa Allah mengarahkan mereka ke Makedonia -di bagian utara Yunani dan tenggara Eropa. Melalui jalan ini injil pertama kali dibawa keluar dari Asia masuk ke Eropa.

Sementara kita melihat kebelakang selama sembilan belas abad sejarah gereja berikutnya setelah insiden itu, kita melihat peran gereja di Eropa dalam melestarikan kebenaran injil dan dalam menyebarkan kebenaran itu secara aktif keseluruh dunia. Kita bisa mengerti, karenanya, kenapa, dalam hikmat dan pengetahuan Allah, sangat mendesak dan penting injil harus, dari awal ditanam di Eropa oleh Paulus sendiri, pemimpin rasul kepada orang-orang bukan Yahudi.

Namun, Paulus dan Silas tidak tahu arah sejarah akan terjadi dalam sembilan belas abad berikutnya. Karenanya, langkah bersejarah mereka masuk ke Eropa dimungkinkan hanya melalui pewahyuan dan pengarahan supernatural Roh Kudus. Jika mereka tidak terbuka pada pimpinan Roh, mereka sudah meleset dari rencana Allah, bagi kehidupan mereka dan seluruh pekerjaan injil.

Pengarahan supernatural Allah kepada Paulus melalui Roh Kudus pada titik ini menjadi luar biasa ketika kita mempelajari tahap-tahap aktifitas misi Paulus berikutnya.

Dalam Kisah Para Rasul 16 kita membaca Paulus di cegah oleh Roh Kudus memberitakan Firman di propinsi Asia, dan karenanya ia melintasi Asia dan menuju ke Eropa. Namun dalam Kisah Para Rasul 19 kita membaca bagaimana Paulus kemudian kembali ke Efesus, kota utama Asia, dan bagaimana disana berkembang dari kotbahnya salah satu dari kebangunan rohani terbesar dan paling ekstensif yang pernah di catat dalam seluruh pelayanannya. “Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani” (Kisah Para Rasul 19:10).

Ini penting untuk kita pelajari secara hati-hati. Sebelumnya Paulus tidak di ijinkan Roh Kudus untuk masuk Asia. Lalu pada waktu yang ditentukan Allah, dibawah pimpinan Roh Kudus, Paulus menyaksikan dampak spektakuler pemberitaan injil sehingga setiap orang yang bermukim di seluruh propinsi Asia datang untuk mendengarkan kesaksian Kristus.

Berdasarkan fakta-fakta ini, kita bisa membuat dua kesimpulan: pertama, jika Paulus memasuki Asia pada kunjungannya yang pertama, berlawanan dengan pengarahan Roh, ia sudah mengalami frustasi dan kegagalan; kedua, dengan mengunjungi Asia sebelum waktunya, yaitu sebelum Roh memimpinnya kesana, Paulus menghalangi, atau bahkan mencegah, gerakan Roh Allah berikutnya
-hak istimewa yang ia miliki untuk memberitan injil.

Apa pelajaran disini bagi semua orang yang mencoba memberitakan injil atau bersaksi bagi Kristus dengan cara apapun! Dalam setiap aktifitas, waktu dan tempat ada dua faktor penting yang saling berhubungan.

Dalam pewahyuan Kitab Suci ada dasar teori ilmiah modern relativitas: bahwa kita tidak pernah bisa secara akurat menentukan tempat kecuali kita juga menentukan waktu. Dua hal ini saling berhubungan dan tidak pernah bisa dipisahkan.

Kebenaran yang sama ini dinyatakan berabad-abad yang lampau oleh Salomo. “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya” (Pengkhotbah 3:1).

Tidak cukup hanya melakukan hal yang benar atau memiliki tujuan yang benar. Agar menikmati kesuksesan dan berkat Allah, kita harus melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat, dan kita harus melaksanakan tujuan yang benar pada masa yang tepat. Ketika Allah berkata, “Sekarang,” sia-sia bagi manusia mengatakan, “Nanti.” Dan ketika Allah mengatakan, “Nanti,” sia-sia bagi manusia mengatakan, “Sekarang.”

Pelayanan Roh Kudus yang ditetapkan Allah mewahyukan kepada gereja bukan hal yang benar atau tujuan yang benar, tetapi juga waktu yang tepat dan masa yang tepat. Banyak orang Kristen tulus dan memiliki maksud baik belum belajar memberi ruang pada pimpinan Roh Kudus sehingga menghadapi frustasi terus menerus dalam kehidupan mereka. Alasannya mereka mencoba melakukan hal yang benar pada waktu yang salah dan melakukan tujuan yang benar pada masa yang salah. Sehubungan dengan ini, nabi Yesaya mengajukan pertanyaan “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” (Yesaya 40:13).

Namun inilah yang banyak dilakukan banyak orang Kristen hari ini: mereka mencoba mengarahkan Roh Tuhan dan bertindak sebagai penasihat Roh Kudus. Mereka merencanakan aktifitas-aktifitas mereka, menjalankan pelayanan-pelayanan mereka, dan lalu mengatakan pada Roh Kudus apa, kapan, dan bagaimana mereka mengharapkan Tuhan memberkatinya. Dalam berapa banyak jemaat hari ini ada ruang bagi Roh Kudus untuk mengarahkan atau mengintervensi?

Akibat dari sikap salah ini terhadap Roh Kudus bisa disimpulkan dalam satu kata: frustasi.

Orang-orang percaya seperti itu kemungkinan memiliki pengalaman kelahiran baru sejati dan bahkan baptisan dalam Roh Kudus. Mereka kemungkinan secara sempurna tulus memiliki iman dalam Kristus.
Namun demikian, dalam kehidupan mereka sehari-hari mereka tidak mengalami kemenangan atau keberhasilan (berbuah) karena mereka melupakan atau mengabaikan satu hukum tertinggi kehidupan Kristen: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).

Pimpinan terus menerus Allah dalam kehidupan orang percaya membuka jalan untuk pemeliharaan-pemeliharaan lain Roh-Nya: hidup yang melimpah dalam seluruh kepribadiannya. Hubungan antara pimpinan Allah dan kecukupan hidup digambarkan secara indah dalam Yesaya. “Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan” (Yesaya 58:11).

Yesaya menggambarkan seseorang yang begitu terus menerus dipimpin Allah sehingga ia memiliki didalamnya mata air kehidupan yang mengalir dalam seluruh kepribadiannya, menyegarkan dan memperbaharui jiwa dan tubuhnya.

Dalam Perjanjian Baru Paulus melacak kehidupan melimpah ini ke sumbernya: Roh Kudus yang mendiami orang percaya. “dan menurut Roh Kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia (Yesus Kristus) adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 1:4).

“Roh Kekudusan” -ekspresi Ibrani untuk “Roh Kudus” -yang membangkitkan tubuh Yesus yang mati dari antara orang mati, membenarkan klaim-Nya sebagai Anak Allah. Roh Kudus melakukan pelayanan yang sama bagi setiap orang percaya yang Ia diami. “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Roma 8:11).

Kepenuhan dan kerja final pelayanan Roh Kudus akan diterima pada kebangkitan pertama, ketika Ia akan membangkitkan orang mati dengan tubuh abadi sama seperti tubuh Yesus. “Karena kami tahu, bahwa Ia (Allah), yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya” (2 Korintus 4:14).

Namun demikian, pelayanan Roh Kudus dalam tubuh fisikal orang percaya juga memiliki aplikasi pada masa sekarang. Bahkan sekarang Roh Allah, yang mendiami orang percaya, mengimpartasikan ke tubuh fisikalnya kehidupan ilahi dan kesehatan untuk menopang dan menyingkirkan penyakit dan kelemahan serangan satanik. Ini tujuan tertinggi kedatangan Kristus. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10).

Dikatakan bahwa bagian pertama kehidupan ilahi datang melalui kelahiran baru, namun mengalirnya kehidupan berkelimpahan datang melalui baptisan dalam Roh Kudus. Tujuan Allah, bahkan pada zaman sekarang, melalui aliran kehidupan berkelimpahan ilahi ini, mencukupi bukan hanya kebutuhan spiritual manusia didalam -kodrat spiritual manusia -namun juga kebutuhan tubuh fisikal manusia.

Sekarang orang percaya belum menerima tubuh kebangkitannya, namun ia sudah menikmati kebangkitan hidup dalam tubuh fananya.

Paulus menggambarkan mujizat kebangkitan hidup dalam tubuh fana ini dengan latar belakang tekanan besar, fisikal dan spiritual. “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini” (2 Korintus 4:8-11).

Kata-kata yang indah! Kehidupan Yesus dimanifestasikan -hadiratnya didemonstrasikan melalui efek visibel yang dihasilkan “dalam tubuh kita.” Untuk mempertegas Paulus berkata dua kali, mengenai “tubuh fana kita.” Dengan frasa ini ia meluruskan interpretasi yang mungkin mencoba mengaplikasikan kata-katanya ke tubuh masa depan setelah kebangkitan. Ia berbicara mengenai tubuh fisikal kita sekarang. Ditengah semua tekanan yang datang menekannya -alamiah dan satanik -ditopang kehidupan didalam yang tidak bisa dikalahkan.

Manifestasi kehidupan berkemenangan, supernatural Kristus yang sudah bangkit dalam tubuh orang percaya tidak disediakan hanya untuk kebangkitan, namun bekerja efektif bahkan sekarang sementara kita masih hidup “dalam tubuh fana kita.” Manifestasi kehidupan Kristus dalam tubuh kita disini dan sekarang adalah dasar prinsip alkitabiah kesembuhan ilahi dan kesehatan ilahi.

Pusat dari mujizat yang sedang berlangsung ini adalah paradoks yang melintasi seluruh Alkitab: kematian adalah pintu kepada kehidupan. Dalam setiap tempat Paulus bersaksi mengenai manifestasi kehidupan Kristus, ia pertama berbicara mengenai identifikasi dengan kematian-Nya: “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami.”

Yesus tidak mati secara alamiah; Ia mati melalui penyaliban. Identifikasi dengan-Nya adalah disalibkan dengan-Nya. Namun melalui penyaliban terjadi kebangkitan dalam kehidupan didalam orang percaya yang tidak berhutang pada dosa atau Satan, pada kedagingan atau pada dunia.

Paulus mempresentasikan sisi negatif dan positif dari pertukaran ini. “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).

Proses penyaliban yang sama mengakhiri hidup lemah, sementara kita dalam dunia membuka jalan untuk kehidupan baru yaitu kehidupan Allah Sendiri, yang mendiami bejana tanah liat. Bejana lemah selamanya, namun kehidupan baru didalamnya tidak terkalahkan dan tak habis-habisnya.

Selama tatanan dunia sekarang berlangsung, selalu ada ketegangan terus menerus antara kelemahan kedagingan dan kehidupan baru dalam Roh. “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Korintus 4:16).

Tubuh fisikal masih tunduk dibawah penyakit dan kerusakan, namun kebangkitan hidup dari dalam memiliki kuasa menopangnya sampai tugas kehidupan orang percaya selesai. Setelah itu, seperti Paulus berkata, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -itu memang jauh lebih baik” (Filipi 1:23).

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply