Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

PERBANDINGAN BAPTISAN YOHANES PEMBAPTIS DAN BAPTISAN KRISTEN




eBahana.com – Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa doktrin-doktrin tertentu lebih penting daripada yang lain dan karenanya, harus dipelajari lebih dulu. Alkitab memberi daftar enam dasar, atau doktrin fondasional. “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal” (Ibrani 6:1-2).

Enam fondasi doktrin Kristus dalam daftar diatas adalah: pertama, pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia; kedua, kepercayaan (iman) kepada Allah; ketiga, (doktrin) pelbagai pembaptisan; keempat, penumpangan tangan; kelima, kebangkitan orang-orang mati; keenam, hukuman kekal.

Kita sekarang meneruskan dengan doktrin pelbagai pembaptisan (jamak), urutan ketiga dari enam fondasi doktrin seperti diungkapkan dalam catatan Perjanjian Baru: pertama, baptisan Yohanes Pembaptis; kedua, baptisan Kristen dalam air dan ketiga, baptisan dalam Roh Kudus.

Banyak orang Kristen mungkin tidak jelas dengan perbedaan antara baptisan Yohanes Pembaptis dan baptisan Kristen. Oleh karena itu, akan menolong kita mempelajari dua baptisan ini dengan kembali ke Kisah Para Rasul 19:1-5, dimana dua tipe baptisan ini diletakan berdampingan dengan perbedaan penting diantara keduanya. “Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid.

Katanya kepada mereka: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya? Akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada mereka: “Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?” Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.”

Kata Paulus: Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.”

Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.”

Di Efesus Paulus bertemu dengan sekelompok orang yang menyebut diri mereka “murid-murid.” Pertama Paulus mengira mereka murid-murid Kristus-Kristen-namun setelah mengamati lebih dekat ia menemukan mereka hanya murid-murid Yohanes Pembaptis.

Mereka sudah mendengar dan menerima pesan Yohanes mengenai pertobatan dan baptisan, namun mereka belum pernah mendengar apa-apa mengenai pesan injil Yesus Kristus atau baptisan Kristen yang berhubungan langsung dengan menerima pesan injil.

Setelah Paulus menjelaskan pesan injil kepada mereka, orang-orang ini menerimanya dan dibaptis lagi dalam nama Tuhan Yesus-menurut catatan Kitab Suci.

Kejadian ini menunjukkan dengan jelas bahwa baptisan Yohanes dan baptisan Kristen berbeda dalam kodrat dan signifikan keduanya dan begitu pelayanan Yohanes berakhir dan dispensasi injil resmi dimulai, baptisan Yohanes tidak lagi diterima sejajar atau sebagai pengganti baptisan Kristen. Sebaliknya, mereka yang hanya menerima baptisan Yohanes disyaratkan dibaptis lagi dengan baptisan Kristen.

Markus 1:3-5 memberi ringkasan pesan dan pelayanan Yohanes dengan baptisannya. “ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”

Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.”

Dalam pemeliharaan Allah, pesan dan pelayanan Yohanes memiliki dua tujuan khusus: pertama, mempersiapkan hati orang-orang Israel untuk kedatangan Mesias, Yesus Kristus mereka, yang sudah lama ditunggu.

Kedua, membangun hubungan antara dispensasi (periode) hukum dan nabi-nabi, yang di akhiri dengan pelayanan Yohanes, dan dispensasi (periode) injil, yang dimulai kira-kira tiga tahun kemudian setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Dalam menggenapi dua tujuan Allah ini, pelayanan Yohanes singkat dan temporer. Bukan merupakan dispensasi atau periode namun hanya transisi periode.

Dalam pesan dan pelayanannya, Yohanes membuat dua tuntutan kepada orang-orang: bertobat dan mengaku dosa di muka umum.

Mereka yang bersedia memenuhi dua kondisi ini dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan sebagai kesaksian di muka umum bahwa mereka sudah bertobat dari dosa-dosa masa lalu dan membuat komitmen untuk hidup lebih baik. “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4).

Secara harfiah, Yohanes mengkotbahkan baptisan pertobatan “kedalam” pengampunan dosa. Ini sesuai dengan gambaran harfiah Matius 3:11, dimana Yohanes sendiri menggunakan dua kata depan “dengan” dan “sebagai tanda.” “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan.”

Kita melihat, bahwa baptisan Yohanes adalah “kedalam” pertobatan dan “kedalam” pengampunan dosa. Oleh karenanya, penting membangun arti kata depan atau preposisi “kedalam” setelah frasa kata kerja ” membaptis.”

Sudah barang tentu tidak berarti mereka yang dibaptis oleh Yohanes hanya masuk kedalam pengalaman pertobatan dan pengampunan.

Sebaliknya, ketika banyak orang Farisi dan Saduki datang kepada Yohanes untuk dibaptis, Yohanes menolak menerima mereka dan minta mereka memberi bukti perubahan nyata dalam hidup mereka sebelum ia membaptis mereka. “Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka:

“Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:7-8).

Dengan kata lain Yohanes menuntut mereka: “Buktikan dulu dengan tindakkan-tindakkanmu bahwa sudah ada perubahan nyata dalam hidupmu sebelum kamu minta saya membaptismu.”

Yohanes menuntut mereka yang datang kepadanya untuk dibaptis, harus menghasilkan bukti pertobatan dan pengampunan dosa dalam hidup mereka, sebelum ia membaptis mereka. Oleh karena itu, frasa “baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa” bukan indikasi dua pengalaman pertobatan dan pengampunan dosa.

Tetapi konfirmasi yang bisa dilihat bahwa mereka yang sudah dibaptis, sudah melewati pengalaman pertobatan dan pengampunan dosa.

Jadi baptisan adalah materai diluar yang menjamin transformasi didalam yang sudah terjadi.

Mengerti hal ini sangat penting karena frasa “membaptis kedalam” terjadi dalam dua nas berurutan Perjanjian Baru, sekali yang berhubungan dengan baptisan Kristen dalam air dan sekali yang berhubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus. Untuk keduanya kita harus mengikuti prinsip interpretasi yang sama seperti dengan baptisan Yohanes.

Sebelum mempelajari dua nas ini kita kembali dulu pada baptisan Yohanes, kita bisa simpulkan efek-efeknya seperti berikut. Mereka yang dengan tulus memenuhi syarat-syarat Yohanes, menikmati pengalaman pertobatan dan pengampunan riil yang diekspresikan dalam hidup yang dirubah menjadi lebih baik. Namun demikian, pengalaman-pengalaman ini mirip karakter pelayanan Yohanes-transisional.

Mereka yang di baptis Yohanes tidak menerima damai sejahtera didalam hati dan kemenangan atas dosa, yang hanya mungkin diperoleh melalui pesan injil Yesus Kristus, namun hati mereka dipersiapkan menerima dan merespons pada pesan injil ketika diplokamirkan.

Mari kita kembali dari transisional ke permanen-dari baptisan Yohanes ke baptisan Kristen yang ditahbiskan oleh Kristus Sendiri sebagai bagian integral pesan injil. Pembelajaran terbaik mengenai baptisan Kristen adalah baptisan Yesus Sendiri. “Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibatis olehnya.

Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”

Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya.

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:13-17).

Walaupun Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, bentuk baptisannya tidak setingkat dengan semua orang-orang lain yang Yohanes baptis. Seperti sudah kita kemukakan, baptisan Yohanes memiliki dua tuntutan atas orang-orang: pertobatan dan pengakuan dosa.

Namun, Yesus tidak pernah berbuat dosa apa pun yang Ia perlu bertobat. Karena itu, Ia tidak perlu dibaptis oleh Yohanes dengan cara sama seperti semua orang-orang lain yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis.

Yohanes sendiri dengan jelas mengakui fakta ini, karena ia berkata: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” (Matius 3:14).

Namun, Yesus menjawab dalam ayat berikutnya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15).

Dalam jawaban Yesus kita menemukan alasan kenapa Yesus Sendiri dibaptis dan kebenaran signifikan dari baptisan Kristen, berbeda dengan baptisan temporer (transisional) yang dilakukan oleh Yohanes. Yesus tidak dibaptis oleh Yohanes sebagai bukti bahwa Ia sudah bertobat dari dosa-dosa-Nya karena Ia tidak punya dosa.

Sebaliknya, seperti Yesus Sendiri menjelaskan, Ia dibaptis agar Ia menggenapkan seluruh kehendak Allah.

Dalam ini-seperti dalam banyak aspek-aspek lain hidup dan pelayanan-Nya-Yesus dengan sengaja dan sadar membangun standar perilaku. Dengan dibaptis oleh Yohanes, Ia memberi contoh dan pola baptisan yang Ia ingin orang-orang Kristen mengikuti-Nya.

Ini sesuai deskripsi Petrus mengenai tindakkan-tindakkan Kristus. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” (1 Petrus 2:21-22).

Ini mengkonfirmasi apa yang kita sudah katakan: Yesus tidak dibaptis oleh Yohanes karena Ia bertobat dari dosa-dosa-Nya. Sebaliknya, seperti pernyataan Petrus, “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.” Namun dengan dibaptis, Ia memberi contoh bagi semua orang Kristen, bahwa mereka harus mengikuti langkah-langkah-Nya.

Dengan pemikiran ini, mari kita kembali kepada alasan Yesus Sendiri memberi diri-Nya dibaptis dan pelajari kata-kata-Nya secara detil: “karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15).

Kita bisa membagi alasan ini dalam tiga bagian: pertama, kata “karena demikianlah, atau lebih jelas lagi “dengan cara ini” : Yesus memberi contoh pola metode baptisan. Yesus tidak dibaptis sebagai bayi. Ketika Yesus masih bayi, orang tua-Nya “membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan” (Lukas 2:22).

Namun tidak ada baptisan waktu itu. Yesus tidak dibaptis sampai Ia sudah dewasa, maka Ia tahu waktu itu apa yang Ia lakukan dan kenapa Ia melakukannya.

Kita membaca dalam ayat selanjutnya, Matius 3:16 “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air.”

Dengan logika sederhana kita menarik kesimpulan dari ini bahwa dalam pembaptisan, Yesus pertama masuk kedalam, dan lalu keluar dari air. Sesuai arti harfiah dari frasa kata kerja “membaptis”, tidak diragukan bahwa Yesus mengijinkan diri-Nya diselam seluruh tubuh dibawah air sungai Yordan.

Mari kita meneruskan bagian kedua alasan yang diberikan oleh Yesus untuk dibaptis: “sepatutnya.” Frasa ini mengatakan mereka yang ingin mengikuti Kristus dibaptis, sesuatu yang ditahbiskan oleh Allah. Bukan perintah legal, seperti yang dipaksakan pada bangsa Israel oleh hukum Musa, tetapi bagi orang-orang Kristen adalah ekspresi alamiah ketulusan dan pemuridan sepenuh hati.

Dengan menggunakan bentuk jamak “kita”-“sepatutnya kita”-Yesus mengidentifikasi diri-Nya dengan semua mereka yang akan mengikut Dia dengan tindakan iman dan ketaatan.

Terakhir kita sampai pada bagian kesimpulan: “menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Seperti sudah kita tunjukkan, Yesus tidak dibaptis sebagai bukti bahwa Ia mengaku dan bertobat dari dosa-dosa-Nya. Ia tidak pernah berbuat dosa; Ia selalu benar sempurna. Kebenaran ini, kondisi didalam hati yang Yesus selalu miliki.

Namun demikian, dengan mengijinkan diri-Nya dibaptis, Yesus menggenapkan kebenaran didalam diri-Nya dengan tindakkan ketaatan kepada kehendak bapa surgawi-Nya. Melalui tindakkan ketaatan ini dan dedikasi kepada Allah, Ia masuk kedalam kehidupan aktif pelayanan untuk menggenapkan rencana Allah Bapa.

Jadi bagi semua orang-orang Kristen sejati yang dibaptis. Orang-orang percaya itu tidak dibaptis hanya karena mereka orang-orang berdosa yang mengaku dan bertobat dari dosa-dosa mereka. Jika demikian ini meletakkan baptisan Kristen kembali satu tingkat dengan baptisan Yohanes. Betul orang-orang Kristen mengaku dan bertobat dari dosa-dosa mereka. Tanpa ini, mereka tidak bisa menjadi orang-orang Kristen sama sekali. Tetapi mereka sudah melewati lebih dari ini kedalam sesuatu yang lebih besar daripada yang mereka tahu hanya pesan dan baptisan Yohanes. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1).

Orang-orang Kristen sejati bukan hanya mengaku dan bertobat dari dosa-dosa mereka. Mereka sudah melakukan ini dan lebih lagi.

Dengan iman dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka sudah di justifikasi; Allah sudah menghubungkan kebenaran Kristus Sendiri dengan mereka berdasarkan iman mereka.

Ini kenapa mereka dibaptis-bukan semata-mata sebagai bukti bahwa mereka sudah mengaku dan bertobat dari dosa-dosa mereka, namun “untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dengan tindakkan ketaatan ini mereka melengkapi kebenaran yang mereka sudah terima dalam hati mereka melalui iman. Penjelasan ini menunjukkan bagaimana berbedanya baptisan Kristen dengan baptisan yang Yohanes kotbahkan. Kita sekarang bisa mengerti kenapa Paulus tidak menerima baptisan Yohanes bagi mereka yang ingin menjadi orang Kristen sejati. Malahan, ia menginstruksikan mereka menerima kebenaran injil yang berpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus dan mendesak mereka dibaptis lagi dengan baptisan Kristen.

Sebagai kesimpulan, baptisan Kristen adalah tindakkan ketaatan yang melaluinya orang percaya menggenapkan kebenaran yang ia sudah nikmati dalam hatinya melalui iman dalam kematian dan kebangkitan Yesus.

 

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply