Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Halal – Haram Makanan




Manusia mengkonsumsi makanan hewani pada zaman Nuh setelah Air bah (Kej 9:4). Konsumsi makanan hewani baru secara eksplisit dan detil dijelaskan pada zaman Musa. Kepada Musa dan Harun, Allah memberi perintah supaya orang Israel memperhatikan makanan yang mereka makan. Ada kriteria yang Dia berikan. Tuhan membedakan binatang haram dan binatang tidak haram (Im. 11:1-47, Ul.14:4). Dia juga membedakan ikan yang bersirip dan bersisik serta ikan yang tidak bersirip dan tidak bersisik (Im. 11:9-12; Ul. 14:9-10). Dari kata “tidak” itu, artinya tidak boleh dimakan.

Keliru Memahami

Meskipun sudah ada kriteria itu, terkadang, kita terjebak dalam suatu kesalahpahaman karena pernyataan Kristus 1) bukan makanan yang masuk ke mulut, yang menajiskan, melainkan perkataan yang keluar dari mulut, yang menajiskan 2) makanan yang masuk ke perut akan turun ke perut kemudian keluar ke jamban (Mat. 15:11,17-19). Jika dikaitkan dengan ayat-ayat PL di atas, tafsiran yang muncul makanan yang dimakan boleh segalanya, termasuk kategori haram. Alasannya setelah dimakan, akan dibuang ke jamban.

Untuk memahaminya, pertama, konteks kedua ayat itu berbeda. Kedua,  ayat-ayat PL menekankan binatang yang boleh dan tidak boleh dimakan. Ayat PB menekankan perkataan yang keluar dari mulut itu menajiskan karena dari hati, yang jahat. Ketiga, karena semua ayat itu berasal dari-Nya, tentu, keduanya saling menguatkan, tidak mungkin saling bertentangan. Karena itu, ketika Dia berkata bahwa makanan yang dimakan tentu dari binatang yang dikategorikan halal, tidak mungkin kategori haram. Keempat, Yesus datang tidak untuk meniadakan Taurat (Mat. 5:17-18). Faktor keempat inilah yang menjadi faktor kunci dari semua faktor sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa ayat dari Kitab Imamat tersebut masih berlaku hingga sekarang.

Dari semua faktor tersebut, selanjutnya perlu dicermati dengan dampak yang akan muncul. Tentang makanan, dampak yang muncul adalah kesehatan tubuh jika makan makanan, dengan kategori halal. Tentang perkataan, dampak yang muncul adalah keselamatan jika perkataan kita tidak sia-sia (Mat. 12:36).

Dampak yang Terjadi

Setelah mengetahui semua itu, kita harus mengetahui alasannya sehingga tidak boleh makan ikan yang tidak bersirip dan tidak bersisik. Misal, udang, cumi, tiram, kerang, kepiting. Jika dimakan, kita akan diganggu dislipidemia (kadar kolesterol tinggi). Akibatnya muncul efek negatif yang beruntun. Mulai dari penimbunan di dinding pembuluh darah, aterosklerosis (penyempitan atau pengerasan pembuluh darah) hingga menjadi cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Sebaliknya, kita harus mengetahui alasannya sehingga boleh makan ikan yang bersirip dan bersisik. Misal, makarel, sarden, salmon, tuna, ikan kembung. Jika dimakan, DHA akan kita terima. DHA adalah satu bentuk asam lemak Omega-3 yang terkadung dalam ikan. Jika semakin banyak DHA , semakin tinggi tingkat serotonin (transmitter yang menyebabkan bahagia). DHA juga membantu menciptakan struktur otak menjadi fleksibel.

Dalam pemahaman ilmu pengetahuan modern, akhirnya kita tahu bahwa  daftar binatang-binatang haram yang disebutkan membuat kita mengalami, misal, kolesterol atau asam urat. Selain itu, meskipun binatang halal diperbolehkan untuk dimakan, lemaknya tidak boleh dimakan. Mengapa? Lemak adalah milik TUHAN sehingga harus dijadikan kurban api-apian (Im. 3:1-17). Akhirnya, kita tahu alasannya. Kalau kelebihan lemak mengakibatkan penyakit jantung, kanker, diabetes, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru. Semua ini tidak baik bagi kesehatan. Demikianlah cara Allah memelihara umat-Nya supaya kesehatan mereka terjaga.

 



Leave a Reply