Partisipasi Seluruh Jemaat
eBahana.com – Kita akan mempelajari ciri kedua jemaat yang dipenuhi Roh.
Dalam ibadah reguler sebagian besar gereja Kristen hari ini, hampir semua inisiatif dan aktifitas dalam praktiknya dibatasi hanya pada beberapa orang. Jemaat bisa mengambil bagian dalam aktifitas-aktifitas tertentu yang sudah dipersiapkan sebelumnya, seperti menyanyi lagu pujian dari buku atau pengulangan doa-doa yang baku. Bisa juga dalam jemaat ada satu atau dua kelompok anggota yang dilatih khusus-seperti paduan suara atau orkestra. Selain ini, semua inisiatif dan aktifitas dalam praktiknya diserahkan pada satu atau dua orang sementara sebagian besar jemaat lainnya pasif.
Satu orang memimpin pujian; satu orang berdoa; satu orang berkotbah. Kadang-kadang dua atau lebih, aktifitas-aktifitas ini, digabung dibawah satu orang. Jemaat lainnya tidak begitu dibutuhkan.
Jika kita mempelajari kehidupan dan penyembahan gereja mula-mula seperti digambarkan dalam Perjanjian Baru, kita menemukan ada partisipasi aktif dari seluruh orang percaya yang hadir dalam ibadah kebaktian. Ini terjadi karena kehadiran dan kuasa supernatural Roh Kudus yang bekerja dalam dan melalui pribadi orang-orang percaya.
Pembelajaran lebih jauh pola Perjanjian Baru mengungkapkan karunia-karunia atau manifestasi-manifestasi supernatural Roh Kudus tidak diberikan kepada pribadi orang percaya. Melainkan diberikan, melalui pribadi orang percaya, kepada gereja atau jemaat secara keseluruhan. Oleh karena itu, mereka tidak bisa mencapai tujuan mereka kecuali karunia-karunia itu dimanifestasikan dan dilakukan dalam kehidupan jemaat.
Dalam 1 Korintus 12 Paulus mengindikasikan bagaimana karunia-karunia pribadi orang-orang percaya ditujukan untuk berfungsi dalam kehidupan jemaat bersama.
Pertama ia mendaftar sembilan karunia atau manifestasi supernatural Roh Kudus, berakhir dengan kata-kata: “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:11).
Frasa terakhir ini mengindikasikan karunia-karunia atau manifestasi-manifestasi ini diberikan sebagai contoh kepada pribadi orang-orang percaya. Namun, Paulus tidak berakhir disana.
Dalam enam belas ayat berikutnya dalam pasal yang sama-ayat 12
-27-Paulus melanjutkan, gereja Kristen seperti satu tubuh dengan banyak anggota, dan ia menyamakan setiap anggota dengan satu anggota tubuh, berakhir dengan kata-kata: “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (ayat 27).
Pelajarannya, walaupun karunia-karunia spiritual diberikan kepada pribadi orang percaya, tujuannya untuk memampukan mereka memainkan peran dalam gereja-tubuh Kristus-secara keseluruhan. Jadi karunia-karunia spiritual tidak ditujukan untuk kepentingan perorangan melainkan untuk kehidupan dan penyembahan seluruh jemaat.
Paulus membuat poin yang sama lagi dalam ayat berikutnya. “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.
Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” (1 Korintus 12:28).
Paulus berkata semua pelayanan dan karunia-karunia berbeda ini sudah ditetapkan Allah dalam gereja. Bukan untuk penggunaan pribadi orang-orang percaya melainkan untuk manifestasi di muka umum dalam gereja, jemaat umat Allah secara keseluruhan.
Kebenaran yang sama dengan jelas diilustrasikan melalui perumpamaan Yesus. “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Matius 5:15).
Dua simbol utama yang digunakan dalam perumpamaan ini adalah pelita dan kaki dian. Simbol kaki dian bisa di interpretasi dengan referensi pada Wahyu 1:20 “ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.”
Dalam Kitab Suci, kaki dian digunakan sebagai simbol gereja atau jemaat.
Simbol nyala pelita di interpretasi dengan referensi pada Amsal 20:27. “Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.”
Jadi nyala pelita adalah simbol roh orang yang dibaptis Roh Kudus, terbakar dan bersinar oleh api Roh yang diam didalamnya.
Seperti pelita berada pada kaki dian, begitu pula orang percaya yang dibaptis Roh berada dalam jemaat gereja. Seorang percaya yang sudah dibaptis dalam Roh Kudus namun tidak pernah melakukan karunia spiritual dalam pelayanan jemaat seperti pelita dibawah gantang. Ia gagal memenuhi tujuan Allah memberinya karunia.
Ketika hadirat dan kuasa Roh Kudus dimanifestasi di muka umum melalui orang-orang percaya, seluruh kehidupan dan penyembahan seluruh jemaat ditransformasi. Tanggung jawab pelayanan ibadah kebaktian tidak lagi di tanggung oleh satu atau dua orang sementara anggota jemaat lainnya pasif.
Sebaliknya, setiap anggota jemaat berpartisipasi secara aktif dalam ibadah kebaktian, dan semua anggota melayani satu sama lain, ketimbang satu atau dua anggota melayani semua jemaat terus menerus.
Ini pola yang di indikasikan Paulus dengan contoh tubuh dan anggota-anggotanya, dan dikonfirmasi dengan kata-kata Petrus. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin” (1 Petrus 4:10-11).
Petrus disini berbicara mengenai berlipat ganda kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah begitu kaya, begitu banyak sisinya, sehingga banyak aspek dari kasih karunia dimanifestasi melalui setiap anggota dalam penyembahan dan pelayanan umat Allah. Dengan cara ini setiap anggota gereja menerima manifestasi khusus dan memiliki sesuatu untuk melayani semua anggota lainnya.
Petrus menekankan setiap anggota gereja dilibatkan; tidak ada orang ditinggalkan tanpa karunia atau pelayanan. Ia berkata: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10). Dalam ayat berikutnya: “Jika ada orang yang berbicara….jika ada orang yang melayani” (ayat 11).
Tidak ada disini gereja dengan satu atau dua pelayan full-time,
sementara semua anggota lainnya tidak aktif. Setiap anggota dilibatkan dalam program pelayanan supernatural Allah dalam gereja; setiap orang bisa memiliki karunia; siapa saja bisa berbicara; siapa saja bisa melayani.
Gambaran gereja dengan tiap anggota aktif ini di konfirmasi dengan kata-kata Paulus. “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus.
Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita” (Roma 12:3-8).
Dalam ayat-ayat ini Paulus sekali lagi menyamakan gereja Kristen dengan tubuh, dimana setiap orang percaya adalah anggota, dan ia menekankan pada aktifitas setiap anggota. Perhatikan pengulangan frasa seperti “setiap orang,” “anggota-anggota,” “setiap orang.”
Paulus mengajarkan bahwa Allah sudah menjatahkan atau membagi kepada setiap anggota fungsi khusus, pelayanan khusus. Bersamaan dengan ini, Allah sudah membuat pemeliharaan ganda untuk melakukan pelayanan efektif: pertama, ukuran iman; kedua, karunia-karunia khusus yang dibutuhkan pelayanan. Dengan cara ini anggota diperlengkapi lengkap untuk tugasnya.
Jadi gambaran gereja Perjanjian Baru, adalah tubuh aktif kuat bersemangat dimana setiap anggota memenuhi fungsi khususnya. Gereja dimana hanya satu atau dua anggota memiliki pelayanan aktif menurut standar Perjanjian Baru, seperti tubuh dengan kepala, dengan satu tangan, dan satu kaki kuat dan aktif, namun semua bagian tubuh lainnya lumpuh dan tidak berguna. Sudah barang tentu tubuh seperti itu, secara keseluruhan, tidak bisa memenuhi fungsinya dengan baik.
Paulus meletakan penekanan khusus pada pelayanan supernatural yang di impartasi Roh Kudus kepada setiap anggota gereja Perjanjian Baru. “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7).
“Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakinya” (1 Korintus 12:11).
Perhatikan secara hati-hati apa yang Paulus katakan disini: “Tetapi kepada tiap-tiap orang (kepada setiap anggota gereja) dikaruniakan penyataan Roh (manifestasi, demonstrasi di muka umum Roh yang mendiaminya) untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7). Dan lagi: semua sembilan karunia supernatural Roh Kudus diberikan “kepada setiap orang secara pribadi (kepada tiap-tiap orang)” (ayat 11).
Kata-kata ini membuat jelas bahwa kehendak Allah bagi setiap anggota gereja melakukan karunia-karunia spiritual-yaitu, manifestasi supernatural Roh di muka umum. Jika semua orang percaya tidak memiliki karunia-karunia ini, bukan karena Allah menahannya namun karena orang-orang percaya karena ketidakpedulian atau ketidaktahuan atau kecerobohan atau kurang percaya gagal melangkah kedalam kepenuhan kehendak Allah bagi umat-Nya.
Orang-orang percaya seperti itu gagal mentaati nasihat Paulus “berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama” (1 Korintus 12:31). Lebih jauh ia mendorong orang-orang percaya untuk “kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat” (1 Korintus 14:1).
Ini tiga karunia spiritual spesifik: lidah, interpretasi dan nubuat. “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat” (1 Korintus 14:5).
Karena Paulus disini menulis dibawah inspirasi Roh Kudus, kata-katanya mengimpartasi kepada gereja kehendak Allah bagi semua umat percaya-Nya untuk berkata-kata dengan bahasa roh dan untuk bernubuat. Jika ada orang-orang percaya yang tidak senang melakukan karunia-karunia ini, bukan karena Allah menahannya namun karena orang-orang percaya itu belum masuk kedalam kepenuhan warisan mereka dalam Kristus.
Tuhan berkata kepada Yosua dan umat-Nya dibawah perjanjian lama: “dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki” (Yosus 13:1).
Begitu pula dengan umat Allah dibawah perjanjian baru hari ini. Paulus juga berkata: “Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya” (1 Korintus 14:13).
Firman Allah tidak pernah mengatakan kepada kita untuk berdoa untuk sesuatu diluar kehendak Allah. Karenanya, kita tahu kehendak Allah, siapa saja yang berbicara dengan bahasa roh juga menafsirkan ucapannya. Karena Paulus mengatakan kehendak Allah bagi semua untuk berkata-kata dengan bahasa roh, karenanya kehendak Allah juga bagi semua untuk menafsirkannya. “Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan” (1 Korintus 14:31).
Tidak ada yang lebih jelas dari ini. Kehendak Allah bagi semua anggota gereja untuk melakukan karunia spiritual bernubuat. Paulus menekankan hanya dua batas. Dalam ayat yang baru saja dikutip ia berkata, “seorang demi seorang.” Yaitu, orang-orang percaya untuk melakukan karunia ini bergantian, tidak lebih dari satu orang
percaya bernubuat pada satu waktu. Tujuannya jelas dan dinyatakan dalam beberapa ayat lebih lanjut. Untuk menghindari kebingungan. “baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain (anggota-anggota lain) menanggapi apa yang mereka katakan” (1 Korintus 14:29).
Paulus disini membatasi jumlah anggota yang boleh bernubuat dalam ibadah kebaktian hanya ” dua atau tiga.” Tujuannya agar seluruh ibadah kebaktian tidak di monopoli oleh satu bentuk khusus manifestasi spiritual. Melakukan nubuat mendapat tempatnya dalam ibadah kebaktian, namun tidak dalam seluruh ibadah.
Pelayanan Roh Kudus melalui umat Allah berbeda-beda. Banyak bentuk lain pelayanan yang diperlukan untuk membuat ibadah kebaktian lengkap.
Dalam ayat ini Paulus juga berkata dengan jelas bahwa karunia bernubuat harus diuji. Ia berkata, “yang lain menanggapi apa yang ia katakan.” “Yang lain” termasuk seluruh orang percaya yang dibaptis Roh dan mampu mengetahui keaslian manifestasi karunia bernubuat. Bahkan kita melihat Paulus mengikutsertakan semua anggota. Ia tidak membuat spesifikasi hanya satu pelayan full-time untuk menanggapi, namun ia menetapkan orang-orang percaya secara keseluruhan bertanggung jawab melakukannya. “Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:19-21).
Ayat-ayat ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen secara umum, dan bersama-sama. Salah bagi orang-orang percaya untuk memadamkan Roh-untuk menolak gerakan dan manifestasi Roh Kudus di tengah mereka. Juga salah bagi orang-orang percaya merendahkan nubuatan-mengkritik, menghina atau tidak mempercayai manifestasi karunia bernubuat.
Dilain pihak, ketika karunia ini dimanifestasikan, orang-orang percaya bertanggungjawab menguji dengan standar Kitab Suci-dan berpegang teguh, menerima, mempertahankan yang baik, yang sesuai dengan standar Kitab Suci.
Maka kita melihat, Paulus hati-hati menjaga terhadap apa saja yang palsu atau kekacauan dalam melakukan atau memanifestasi karunia-karunia spiritual. Namun, ia menyatakan berulang-ulang secara empatikal semua orang percaya dalam gereja bisa dan harus melakukan manifestasi karunia-karunia spiritual di muka umum secara terbuka. Ia secara khusus membuat spesifikasi tiga karunia: lidah, interpretasi, dan bernubuat.
Apa hasil dalam gereja ketika semua anggotanya dengan bebas dan didepan umum secara terbuka melakukan karunia-karunia spiritual supernatural dengan cara ini?
Paulus menggambarkan ibadah-ibadah kebaktian yang dihasilkan. “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun” (1 Korintus 14:26).
Frasa “tiap-tiap orang” mengatur pola. Memberi implikasi partisipasi aktif semua anggota.
Berbicara secara umum, ketika orang-orang Kristen hadir bersama hari ini, mereka melakukan itu dengan tujuan menerima, bukan melakukan kontribusi. Mereka datang untuk mendapat berkat, untuk menerima kesembuhan, untuk mendengar pengkotbah.
Namun ini bukan cara gereja Perjanjian Baru. Dulu anggota-anggota tidak datang untuk menerima melainkan untuk melakukan kontribusi. Setiap dari mereka memiliki komitmen secara pribadi pada Roh Kudus, sehingga ia bisa melakukan kontribusi kepada seluruh penyembahan dan ibadah kebaktian gereja.
Paulus menyebut berbagai bentuk kontribusi. Mazmur menunjukan kontribusi musikal. Ini bisa talenta alamiah atau kemampuan supernatural Roh Kudus. Pengajaran menunjukan kemampuan mengimpartasi kebenaran pengajaran Firman Allah. Lidah dan interpretasi bisa diartikan mencakup secara umum tiga karunia supernatural-lidah, interpretasi, dan bernubuat. Pewahyuan mencakup satu dari tiga karunia pewahyuan-kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, dan membedakan roh-roh.
Dengan cara ini-melalui kerja karunia-karunia spiritual supernatural
-semua anggota memiliki sesuatu dari mereka untuk dikontribusikan kedalam seluruh penyembahan dan ibadah kebaktian gereja. Maka mereka bisa memenuhi perintah yang diberikan oleh Petrus. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10).
Petrus mengemukakan poin yang sama dengan Paulus. Kemampuan anggota-anggota melayani secara efektif satu sama lain karena mereka menerima karunia-karunia spiritual supernatural. Mereka diangkat keluar dari keterbatasan-keterbatasan pendidikan atau talenta alamiah mereka kedalam alam kebebasan spiritual yang jauh lebih tinggi.
Seandainya kemampuan mereka melayani satu sama lain bergantung pada pendidikan atau talenta alamiah, banyak dari mereka hanya memiliki sedikit untuk dikontribusikan. Hasilnya seperti apa yang kita lihat dalam banyak gereja hari ini. Beban utama pelayanan ditanggungkan ke atas sebagian kecil anggota, sementara sebagian besar jemaat yang lain pasif atau tidak aktif, tidak memiliki kesempatan berkembang atau tidak memiliki ekspresi spiritual.
Kenapa begitu banyak pelayan full-time dalam gereja-gereja modern menderita “mental” atau “nervous breakdown?”
Jawabannya, dalam banyak kasus, satu anggota harus bergulat menanggung beban pelayanan yang Allah tidak pernah letakkan ke atasnya. Satu anggota ini ingin melakukan sendiri pelayanan yang Allah ingin bagikan kepada semua anggota dalam gereja. Akibat yang tidak bisa dihindari adalah “breakdown.”
Satu-satunya jalan keluar dari keterbatasan-keterbatasan dan frustasi-frustasi situasi ini adalah melalui pelayanan supernatural Roh Kudus dalam gereja, membagi karunia-karunia spiritual kepada semua anggota secara pribadi, sesuai kehendak-Nya.
Ini akan membebaskan orang-orang percaya dari keterbatasan-keterbatasan alamiah mereka dan mengangkat mereka ke alam spiritual dimana mereka bisa membagi beban seluruh pelayanan gereja.
Ketika semua anggota diperlengkapi untuk berfungsi dalam pelayanan-pelayanan pribadi mereka, gereja secara keseluruhan bisa memenuhi peran bersamanya sebagai tubuh Kristus.
OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.