Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menguji Gerakan-Gerakan di Dalam Gereja- Bagian 1




eBahana.com – Dalam tahun-tahun terakhir gereja telah menyaksikan meningkatnya tanda-tanda dan mujizat-mujizat diseluruh dunia – beberapa alkitabiah, yang lain tidak alkitabiah. Tanda-tanda bukan fenomena baru; dicatat dalam berbagai nas Kitab Suci dan dilaporkan dalam periode berbeda dalam sejarah gereja. Diluar gereja atau denominasi mendapat perhatian dari kelompok sekular dan agamawi.

Seseorang tidak boleh menerima setiap manifestasi yang tidak biasa (tanpa pandang bulu). Dua pertanyaan harus selalu memenuhi syarat manifestasi itu. Pertama, apakah manifestasi tersebut dari Roh Kudus? Kedua, apakah manifestasi tersebut harmonis dengan Kitab Suci, atau kontradiksi dengan Firman Allah? Seperti Paulus perlihatkan dalam 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Roh Kudus Penulis semua Kitab Suci, dan Ia tidak akan pernah mengkontradiksi diri-Nya. Karenanya, setiap manifestasi asli Roh Kudus harus sepakat dengan Kitab Suci. Dalam 1 Tesalonika 5:21, Paulus mengatakan pada orang-orang percaya “ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Kegagalan menguji pengalaman supernatural adalah kegagalan mengikuti mandat Kitab Suci.

Yesus memberi peringatan-peringatan terhadap penipuan melalui manifestasi palsu pada akhir zaman. Empat dari peringatan ini dicatat dalam dua puluh satu ayat dalam kitab Matius. Pertama, dalam Matius 24:4, Yesus memperingatkan, “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” Dalam ayat 5, Ia menubuatkan, “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah (Kristus) Mesias, dan mereka akan (menyesatkan) banyak orang.” Dalam ayat 11, Ia memperingatkan, “Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.” Terakhir dalam ayat 24, Ia menyimpulkan,”Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mukjizat-mukjizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Peringatan-peringatan ini tidak boleh dianggap enteng. Siapa pun yang mengabaikan, risikonya jiwanya sendiri.

Penipuan – bukan penyakit, kemiskinan, atau persekusi – bahaya terbesar di akhir zaman. Siapa pun yang menyangkal kerentanan-nya pada penipuan sebetulnya sudah ditipu. Karena Yesus menubuatkan dan Ia tidak salah. Hati kita tidak mampu membedakan sendiri kebenaran. Amsal 28:26 mengajarkan, “Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal.” Kita tidak harus menjadi orang bebal dengan mempercayai hati kita. Apa pun yang hati kita katakan tidak bisa diandalkan, seperti Yeremia 17:9 menegaskan: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Dalam Ibrani, kata palsu aktif, bukan pasif. Hati tidak ditipu; melainkan, hati menipu, menyesatkan kita.

Penting juga untuk disadari bahwa tanda-tanda mujizat tidak menjamin dan tidak menentukan kebenaran. Kebenaran tidak berubah – Firman Allah. Dalam Yohanes 17:17, Yesus berdoa kepada Bapa, “firman-Mu adalah kebenaran.” Pemazmur mendeklarasi, “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, Firman-Mu tetap teguh di sorga” (Mazmur 119:89). Tidak ada peristiwa di bumi, apakah natural atau supernatural, bisa merubah sedikit tanda atau huruf dalam Firman Allah.

Tanda-tanda sejati memperlihatkan kebenaran; tanda-tanda palsu memperlihatkan kebohongan. Banyak orang Kristen berasumsi bahwa setiap tanda supernatural pasti dari Allah, mereka lupa bahwa Satan, atau setan, mampu melakukan tanda-tanda mujizat supernatural. Seperti Paulus tulis dalam suratnya kedua kepada orang-orang Tesalonika, “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.

Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”(2 Tesalonika 2:9-12).

Nas ini membuktikan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu ada; fenomena tidak benar, sebagai manifestasi supernatural ada. Ingat bahwa dalam kitab Keluaran, banyak dari mukjizat-mukjizat Musa dihadapan Firaun ditandingi oleh orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir Firaun (lihat Keluaran 7:11-23). Tongkat Musa yang berubah jadi ular pada akhirnya menelan tongkat-tongkat mereka, namun fakta tetap Satan bisa memberi kuasa kepada orang-orang untuk melakukan mukjizat-mukjizat tertentu.

Mereka yang menerima kebohongan Satan melakukan itu “karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran…Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta (2 Tesalonika 2:10-11). Ini di antara pernyataan paling mengerikan dalam Alkitab. Jika Allah mendatangkan kesesatan, kita pasti ditipu. Penghukuman datang pada “semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan” (ayat 12).

Satu-satunya jalan untuk mengetahui apakah tanda atau mujizat benar adalah mengukurnya dengan kebenaran – dengan Firman Allah. Dalam Yohanes 8:32, Yesus berkata, “kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kitab Suci satu-satunya faktor yang menentukan kebenaran atau kepalsuan. Kita di instruksikan, “ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21).

Kitab Wahyu menjanjikan tanda-tanda spesifik dan mukjizat-mukjizat supernatural yang akan menandai akhir zaman, namun kita harus mempraktikkan ketajaman sementara kita mengantisipasi hari penghakiman, menjaga diri kita melawan taktik-taktik setan dan berpegang pada yang baik – gereja sejati, mempelai Kristus.

Sementara kita menunggu hari ketika Pengantin laki-laki surgawi kita, Yesus Kristus, kembali untuk membebaskan kita sepenuhnya dari zaman jahat ini, kita harus dipisahkan dari dunia. Ketika Kitab Suci berkata dunia, mereka umumnya mengacu pada sistim dunia – orde politikal dan sosial yang Allah tolak, yang di perintah oleh Satan, yang mengatur pikiran dan perilaku orang-orang yang belum diselamatkan. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Allah menjamin kemenangan akhir atas setan. Satan mungkin mengatur dunia ini, namun pemerintahannya segera mendekati akhir. Pembebasan kita – dan kemuliaan Allah – akan bertahan sepanjang zaman-zaman. Dengan ini dipikiran, kita membagi terang dan kasih Allah dengan dunia. Fokus pada rumah surgawi kita. Kita harus berpakaian kerendahan hati. Kita harus menanggalkan semua usaha dan motivasi diri sendiri. Ini hanya membakar kesombongan kita, sikap berbahaya yang membutakan kita terhadap penipuan Satan dan membuat kita rentan. Dan kita harus berpegang teguh pada salib, instrumen sama yang menangani hukuman mati Satan dan menjamin keselamatan kita melalui kemenangan Kristus.

Setiap trend atau gerakan dalam gereja harus diuji untuk menentukan apakah dari Allah. Prinsip alkitabiah bahwa “Sebab dari buahnya pohon itu dikenal” (Matius 12:33).

Dalam gereja Perjanjian Baru, tanda-tanda supernatural selalu dirancang untuk mengikuti dan menegaskan pemberitaan Firman Allah. Dalam Markus 16:17-18, Yesus mengatakan pada murid- murid, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

Gerakan-gerakan dari Allah menghasilkan buah yang mengidentifikasi mereka seperti itu. Berikut lima buah utama dengannya kita bisa membuktikan gerakkan-gerakkan saat ini di gereja.

Dalam Perjanjian Baru, Allah menuntut (pertobatan) lebih dari iman. Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan untuk Yesus dengan memanggil orang-orang untuk bertobat (lihat Matius 3:2). Siapa pun yang di baptis disyaratkan mengasilkan buah pertobatan lebih dulu (lihat ayat 7-8). Ketika Yesus datang, kata pertama yang dicatat yang Ia beritakan “Bertobatlah” (lihat Markus 1:15). Ia menginstruksikan kerumunan orang, “kata-Ku kepadamu…Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa…” (Lukas 13:3).

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengatakan pada murid-murid bahwa ketika mereka berkotbah pada bangsa-bangsa, mereka harus mengajar bahwa pertobatan mendahului pengampunan dosa-dosa (lihat Lukas 24:47). Pelayanan Paulus merefleksi prioritas yang sama: berbicara di Athena, ia berkata, “sekarang Allah….memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kisah Para Rasul 17:30).

Apa yang disebut pertobatan sejati? Bukan emosi melainkan “keputusan kehendak” – keputusan berbalik dari dosa dan kefasikkan dan berserah tanpa syarat kepada ketuhanan Yesus Kristus. Pertobatan adalah pertama diantara enam doktrin fondasional yang didaftar dalam Ibrani 6:1-2.

Tanpa pertobatan sejati, tidak seorang pun bisa membangun kehidupannya sebagai orang Kristen diatas fondasi kuat.

Gereja memiliki kebutuhan amat mendesak untuk meletakkan penekanan yang diperbaharui pada pertobatan dan pada pengakuan dosa-dosa.

Dosa kita yang tidak diakui menjadi penghalang berat untuk kebangunan rohani. Sampai kita mengakui dosa-dosa kita, semua khotbah dan lagu-lagu pujian di dunia tidak menghasilkan efek. Kita sering berpikir, “saya tidak punya dosa apa-apa yang saya tahu.” Namun jika kita menunggu Tuhan, sering Ia akan mengungkapkannya pada kita.

Yakobus 5:16 menginstruksi kita, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.”

Kita memiliki akses pada Allah melalui penyucian darah Yesus, namun pertama kita harus hidup dalam terang – kita harus hidup satu sama lain dalam persekutuan, mengakui dosa-dosa kita. Jika kita diluar persekutuan, kita diluar terang, karena untuk hidup dalam terang memerlukan persekutuan. Darah Yesus tidak menyucikan dalam kegelapan, namun dalam terang; jadi, persekutuan dan pengakuan dosa-dosa penting untuk disucikan oleh darah Kristus (lihat 1 Yohanes 1:9).

Yesus menyebut Kitab Suci “firman Allah” (lihat Markus 7:13; Lukas 8:11), dan Ia meletakkan meterai-Nya diatasnya dengan lima kata “Kitab Suci tidak dapat dibatalkan” (Yohanes 10:35). Jika kita percaya pada Yesus, kita percaya pada Alkitab. Begitu pula, jika kita tidak percaya Alkitab, kita tidak percaya Yesus juga. Dalam Yesaya 66:2, Tuhan berkata, “Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.” Disini Allah mengkombinasi pertobatan – rendah hati dan patah hati karena dosa – dengan rasa takut dan hormat pada Firman-Nya.

Kenapa kita harus takut kepada Firman-Nya? Ada banyak alasan, namun disini – dengan singkat- dua yang penting. Pertama, Firman Allah jalan melaluinya Allah Bapa dan Allah Anak datang untuk membuat tempat tinggal mereka dalam kita (lihat Yohanes 14:23).

Kedua, kita akan pada akhirnya dihakimi oleh Firman Allah (lihat Yohanes 12:48).

Sejak awal ciptaan, Allah sudah mengerjakan melalui dua agen: Firman-Nya dan Roh-Nya. Roh Allah bergerak lebih dulu; lalu, Firman Allah (lihat Kejadian 1:2-3). Ciptaan hasilnya. Roh Allah dan Firman Allah bekerja bersama dalam harmoni. Roh Allah bertindak sesuai Firman Allah, dan Kitab Suci – Firman Allah – di ilhamkan oleh Roh Kudus.

Allah tidak pernah meng-kontradiksi diri-Nya. Jadi, setiap manifestasi spiritual harus di uji sesuai dengan Kitab Suci (lihat 2 Timotius 3:16). Apa pun yang tidak sesuai Kitab Suci harus di tolak.

Dalam Yohanes 16:13-14, Yesus menjanjikan murid-murid-Nya, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran….Ia memuliakan Aku.” Nas ini mengungkapkan dua fakta penting mengenai pelayanan Roh Kudus. Pertama, fungsi tertinggi-Nya untuk memuliakan Yesus. Apa pun manifestasi spiritual asli yang memuliakan Yesus, memfokuskan perhatian kita hanya pada-Nya.

Ketika kepribadian manusia mengambil alih dan menggangap supremasi diri, Roh Kudus mengundurkan diri. Meninggikan kepribadian manusia menggantikan Roh Kudus sering menghambat gerakkan asli Roh Kudus. Gereja-gereja kadang-kadang berbuat salah ketika mereka mengganti Kristus, Kepala sejati gereja, dengan pendeta.

Pendeta-pendeta orang-orang luar biasa, namun mereka tidak bisa mengambil tempat Yesus. Fungsi-fungsi utama pendeta-pendeta bukan untuk menyelesaikan masalah-masalah kita namun untuk membantu kita mengkultivasi hubungan kita dengan Yesus, Kepala. Beberapa orang dengan salah membuat asumsi pendeta-pendeta mereka memiliki semua jawaban benar. Beberapa pendeta melangkahi kedudukan mereka dan dengan salah mengendalikan jemaat-jemaat mereka. Mereka bahkan mengklaim sebagai saluran komunikasi dengan Kristus. Yesaya 48:11, “Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!”

Benar kita harus memiliki mentor-mentor spiritual. Namun lebih penting, kita juga harus memiliki hubungan pribadi dengan Kristus – satu yang memampukan kita mendengar suara-Nya, membedakan pimpinan-Nya, dan tahu apa yang menyenangkan dan membuat-nya marah. Kita harus sensitif kepada Kepala kita.

Kedua, Yohanes 16:13-14 menyoroti identitas Roh Kudus dengan menggunakan kata ganti “Ia.” Seperti Yesus adalah satu pribadi, begitu juga Roh Kudus satu pribadi yang menarik orang-orang percaya disekitar Yesus. Ketika orang-orang menggambarkan kehidupan spiritual mereka mengalaminya, kebalikan dari menggunakan kata ganti untuk Yesus atau Roh Kudus, mereka mengacu pada hal yang sama “Ia.”

Dalam Yohanes 13:35, Yesus mengatakan pada pengikut-pengikut- Nya, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Rasul Paulus mengumandangkan kebenaran ini dalam 1 Timotius 1:5: “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.”

Aktivitas “agamawi” apa pun yang tidak dicirikan dengan kasih Paulus tolak sebagai “sesat dalam omongan yang sia-sia” (ayat 6). Dalam 1 Korintus 13:2, Paulus menunjukkan pentingnya kasih: “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Setiap dari kita harus bertanya: apakah iman saya membuat saya menjadi orang yang mengasihi?

Gereja harus menjalani interogasi serupa. Ketika kerja Roh Kudus terjadi, kita harus bertanya: Apakah menghasilkan orang-orang Kristen yang dengan tulus mengasihi satu sama lain, terlepas label denominasinya?

Yesus mengatakan pada murid-murid-Nya dalam Yohanes 4:35, “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai!” Jika kata-kata ini benar pada masa Yesus, kebenaran mereka bahkan lebih urgen hari ini. Kita hidup dalam masa panen. Banyak orang Kristen yang bisa bekerja di ladang-ladang tuaian dunia – sebaliknya terjerat perangkap materialistik memusatkan pada diri sendiri. Kerja tulus Roh Kudus harus melepas orang dalam jumlah besar baru kedalam ladang- ladang tuaian.

Jika jumlah signifikan orang Kristen dalam setiap gerakkan lulus sebagian besar atau semua lima ujian yang sudah kita bahas diatas, kita bisa simpulkan sebagai benar gerakkan asli Allah. Ini tidak berarti, setiap orang atau segalanya dalam gerakkan tanpa cacat.

Tidak ada umat Allah tanpa kesalahan, namun Allah luar biasa dalam apa yang Ia capai dengan orang-orang lemah dan dapat berbuat salah itu, ketika mereka berserah pada-Nya.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply